11 I Tiga Pengganggu

12.3K 175 3
                                    

Hai, selamat malam minggu. Sesuai janji aku upload satu bab baru ya malam ini. Vote dulu sebelum baca. Mmwach.

●●●

Aku membiarkan mereka berdua melihat tubuh polosku tanpa busana. Jangan sampai berpikiran yang aneh-aneh tentangku, sebab saat ini, aku sedang menganggap diriku sebagai sebuah pertunjukkan seni. Aku sedang menunjukkan bagian yang menarik dari tubuku.

Oh, jangan pula kau adopsi pola pikirku dengan mudah. Jangan sampai apapun yang kukatakan dalam pikiranku, menjadi sebuah tolak-ukur dalam mengubah prinsipmu.

Aku hanya selalu berpikir secara sederhana, begitu yakin bahwa hal-hal tertentu yang kupikirkan dalam hidup dan menjadi prinsip hidup bukanlah sebuah kekurangan.

Misalnya aku menganggap s*ks di luar pernikahan atau sebelum pernikahan itu adalah hal yang biasa bagiku. Hanya karena kamu menganggaap itu buruk, bukan berarti hal itu adalah kekuranganku. Kita hanya berbeda prinsip, berbeda cara pandang, pun berbeda cara menilai sesuatu.

Sama halnya dengan perbedaan kepercayaan seperti agama dan lain sebagainya. Kita tumbuh hari ini, kini, atas lika-liku masa lalu yang juga berbeda. Kamu boleh menilai ini bukanlah sebuah seni, tapi maaf, aku menganggapnya demikian untuk diriku sendiri.

Jadi kuharap dimanapun kamu berada, saat kamu mulai membaca isi pikiranku yang aneh dan berbeda denganmu, kamu sama sekali tidak perlu menghujatnya. Atau dengan mentah-mentah menjadikannya sebagai prinsipmu. Cobalah mulai cari tahu lebih banyak, lebih memahami apa yang ingin kamu tahui dalam hidup, perluas cara pandang hingga jika nanti kamu menemukan jawab bahwa prinsip kita sama, maka kita sudah boleh bersulang. Cheers!

"Mm... ahh..." Geraldi sudah mulai memainkan kepunyaannya, begitu pula saat kulihat Gazriel.

Ah, kurasa mereka berdua memang kakak-beradik asli, kandung. Sebab kulihat kepunyaan mereka berdua kembali tegak di waktu yang bersamaan.

Oke, sedang asyik-asyiknya memperhatikan ekspresi, gurat wajah serta cara mereka beraksi di depanku, suara dari arah pintu tiba-tiba terdengar. Sebuah suara ketukan.

Kita langsung diam terlebih dahulu, mencoba mengukuhkan kembali, apakah pendengar kita benar atau tidak. Siapa pula yang tiba-tiba mengetuk pintu di sore hari begini? Kulihat jam dinding, ah ternyata masih pukul 14.22.

Lalu ketukan pintu itu kembali terdengar dan kita serentak bersiap diri. Dua lelaki itu segera mengenakkan celana boxer sekenanya dan aku buru-buru mengambil kimono handuk, untuk segera membukakan pintu.

Perlahan pintu kubuka, dan astaga...

"Siapa kak?"

Gazriel yang bertanya. Sepertinya ia ikut penasaran juga karena gue tetiba terdiam.

"Ini... makanan aku... astaga... Bang, kenapa baru nyampe?"

"Eh i-iya Mba. Maaf. Eh ini bener dengan Mba Syakila?"

"Iya Pak benar."

"Wah, maafin ya Mba. Tadi saya berusaha chat Mba Kila tahunya ceklis terus. Mau ngehubungi, eh pulsa saya habis, ga bisa nelpon ke beda operator, hehe. Kalau ke sesama operator udah ta' paketin Mba..."

"Oh iya Pak, iya.. Tapi emang kenapa bisa lama Pak?"

"Anu Mba, antriannya, puaannjaaang buanget. Maklum Mba makanannya emang kata temen-temen saya yang udah nyobain sih uenak, terus tempatnya baru juga. Jadi emang kebetulan lagi banyak yang beli, Mba. Maafin ya...,"

"Ah iya, iya. Gapapa kok Pak, saya yang salah ga ngecek. Bahkan saya hampir lupa Pak kalau saya pesan. Hehe. Eh, bayarnya udah pake non-cash kan ya Pak?"

Brondong Hot LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang