Aku membawakan botol kaca bekas untuk Truth or Dare yang akan segera kita mainkan. Kebetulan ada bekas sisa botol sirup kemarin.
Mereka udah siap duduk melingkar di atas karpet ruangan ini. Gazriel dan Geraldi sudah mengenakkan pakaian yang layak, aman dari kebuasan Sheryl (dan semoga aman juga dari kebuasan diam-diam dari Helda). Walau mereka terlihat begitu berbeda, jangan pernah lupakan pepatah lama: jika kamu ingin mengetahui karakter seseorang, maka lihatlah dengan siapa ia berteman.
Dan karena mereka kebetulan berteman denganku, jadi ya, ya begitulah. Kalian bisa menilai sendiri karakterku seperti apa, dan kurang lebih mereka juga punya hasrat yang tak begitu jauh berbeda. Sebetulnya aku bersyukur sekali bisa mendapatkan kawan dekat seperti mereka, mengisi kosong atau hampa yang sesekali melanda.
No body on this planet could live alone, right? However, seberapa pun tertutupnya seseorang, ia tetap membutuhkan orang lain untuk 'membagikan' apa yang mereka miliki. Dan kurasa, atas dasar itulah aku juga berkawan dengan mereka. Kami masing-masing butuh berbagi dari penat harian yang mengusik.
"Nah... botolnya udah ada nih. Kita mulai permainannya ya." Helda kembali memimpin pembicaraan di antara kita. Dia berperan sekaligus sebagai pembawa acara sepertinya dalam permainan kita kali ini. Kulihat dia begitu antusias. Entah karena permainan ini atau... ah, iya. Sosok Gazriel bisa jadi pengaruh besar akan perubahan mood dia kali ini. Dia juga pernah bercerita dulu, kalau dia bisa menjadi lebih 'vokal' atau 'bersuara' saat ada seseorang yang ia sukai di sekitarnya. Ia ingin menjadi pusat perhatian untuk sementara.
"Diingat lagi ya peraturan sederhana yang tadi diminta sama Kila. Kalau pun nanti yang diminta truth, jangan pernah menanyakan hal yang terlalu pribadi,"
"Dan..." aku tiba-tiba kembali bersuara.
"Dan apaan Kil? Seinget aku kamu cuma ngajuin satu persyaratan itu doang deh barusan. Kamu mau nambahin?"
"Ya, untuk membuat permainan ini lebih menarik, aku rasa, saat seseorang kena untuk memilih antara Truth or Dare, yang berhak memberikan pertanyaan untuk pilihan truth atau pun memberikan tantangan untuk pilihan dare, hanyalah satu orang saja. Gimana?"
"Euh... terus cara nentuin orang yang akan memberikan tantangan?"
"Setelah botol diputar untuk menunjuk orang yang akan diberikan pilihan, sekali lagi botol akan langsung diputar untuk menunjuk orang yang akan memberi pertanyaan atau tantangan. Cuman agar lebih menarik, setelah itu dia akan otomatis menjadi yang tertantang selanjutnya. Dia yang nantinya harus memilih antara Truth or Dare. Begitu seterusnya."
"Wow," Helda hanya mengatakan sepatah kata itu saja, sementara yang lain hanya manggut-manggut saja.
"Eh gimana nih? Sebenarnya ini opsional aja sih, putusan kembali diserahin ke kalian. Aku cuma kasian aja, kalau satu orang nanti dikeroyok saat udah milih ToD. Permainan juga jatohnya jadi alot kalau misal harus keroyokan gitu. Jadinya lebih lama. Dan ini juga bakal ngaruh kepada..."
Aku sengaja menghentikan penjelasanku. Memancing perhatian mereka, apakah mereka betulan tertarik dengan penjelasanku, atau semua hanya angin lalu saja. Aku hanya sedang menentukan arah anginku sendiri. Setiap pembicaraan yang baik (atau tulisan yang baik), akan selalu memancing rasa penasaran dari receivernya. Entah untuk sekadar memerhatikan atau pun memberikan pertanyaan.
"Kepada apaan Kil?"
"Iya nih apaan?" Geraldi yang merespon.
"Kak?" Gazriel yang duduk di sampingku bertanya sambil menowel pahaku. Tapi aku diam aja.
"Lo kejebak lagi di momen masa lalu, KIl?" respon Sheryl-lah yang akhirnya bikin aku ngakak.
"Ya engga lah, gila! Ini tuh aku pengen tahu respon kalian aja. Sebenernya kalian tertarik ga sih sama aturan permainan yang aku bilang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Hot Lovers
RomancePERINGATAN!! JANGAN DIBACA! (Membaca ini bisa membuat kamu mengerti sisi lain wanita: sebuah hasrat liar yang disembunyikan oleh mereka) Namaku Syakila Maharani. Sejak kecil sebatang kara hidup di panti asuhan. Namun karena aku terlihat aneh jelek d...