3| Menikmati, Ah!

77.1K 470 2
                                    

"Tolong tutup pintunya," kataku sambil berjalan menuju lemari kamarku. Mencari baju ganti. Aku berniat untuk mengganti bajuku sekarang dengan baju tidur yang tembus pandang. Eh, boleh kan menggodanya lagi? Ini mulai terasa mengasyikkan.

"Iya kak," dan tepat saat dia menutup pintunya, suara pintu otomatis terkunci terdengar. Aku kembali fokus mencari baju yang pas untuk siang ini.

"Kamu kalau mau minum, itu ambil aja di kulkas. Gelasnya di pantry sebelah sana. Jangan sungkan ya, santai aja. Kakak mau ke toilet dulu," kataku sembari berjalan ke toilet setelah menemukan baju yang terasa pas. Aku tak sabar ingin melihat reaksinya nanti setelah aku memakai bajuku.

Aku membuka baju dan celanaku lalu mencuci wajah untuk menyegarkannya. Aku juga mengambil sikat gigi dan pastanya untuk sekalian membersihkan mulutku sehabis makan tadi.

Lalu aku mengeringkan mukaku dengan tisu dan menyemprotkan penyegar wajah agar lebih fresh lagi. Aku tersenyum melihat pantulan diriku sendiri di cermin. Cantik. Aku bersyukur diberkati penampilan seperti ini, sehingga bisa dengan lebih muda merayu atau menggoda lelaki muda yang kutemui.

Aku memakai baju tidurku dan mulai memakai dua kancing di atasnya. Sangat terlihat jelas balutan tubuhku di dalamnya yang hanya menggenakan celana dalam dan lingerie. Terlihat seksi dan menggoda, setidaknya menurutku. Aku kembali tersenyum, merasa puas dengan apa yang tlah kulakukan.

Aku membuka pintu toilet dan mendapati Gazriel sedang duduk di pinggiran kasur sambil memainkan handphone-nya. Oh iya, kalau dipikir-pikir, dia daritadi belum terlihat memainkan handphonenya. Dia fokus denganku. Mungkin merasa canggung? Atau sungkan dengan orang yang baru dikenal? Ah entahlah. Tapi setidaknya dia berarti bersikap sopan padaku, kan?

Pertunjukan dimulai. Aku menyebut namanya dan dia mulai melihat ke arahku. Bola matanya kembali membulat, menatap tubuhku, lalu kembali ke mataku. Dan bertahan di sana. Ia, kurasa, sedang menahan diri untuk tidak terlalu tergoda denganku. Gemas sekali.

"Kamu gapapa?" tanyaku berusaha mengais jawaban darinya. Aku ingin dia berkomunikasi kembali denganku sebelum semua ini dimulai.

"Engga kak, gapapa. Eh, kenapa kakak pakai baju kayak gitu? Bukannya mau keluar lagi?"

"Eh, maksud kakak, kakak kan mau keluar sama kamu," godaku sambil menekankan kata keluar untuk maksud yang lain. "Kamu suka ga penampilan kakak yang begini?"

Aku kini duduk tepat di sampingnya dan mulai menyentuh bahu kirinya. Meremasnya pelan, lalu berlanjut seperti pijatan.

"Kamu mau ga?" aku memberikan tawaran. Aku tidak ingin 'mencicipinya'. Semua ini harus dilakukan berdasarkan persetujuan. Sejak awal aku terus menawarinya sebelum melakukannya, sebab bagiku semua ini harus dilakukan dengan keputusan masing-masing. Bukan salah satu pihak yang dipaksakan.

"Mau apa kak?"

"Merasakannya. Sebuah hubungan badan yang panas, yang lebih dari sekadar ciuman tadi."

"Tapi kak..."

"Kamu takut? Kakak ga bakalan kenapa-napa, ga bakalan menuntut apa-apa. Dan ga akan terjadi sesuatu seperti kehamilan juga. Kakak sudah memperhitungkannya. Jadi..."

"Kakak beneran mau sama aku?"

"Aku tak mungkin mengajakmu ke sini kan, kalau aku tidak menginginkanmu?"

"Ayo kak, aku penasaran juga karena udah nanggung di sini. Kalau emang kakak udah memperhitungkannya, aku ikut kakak aja. Tapi aku sama sekali ga berpengalaman. Nanti aku ga bisa muasin kakak gimana?"

"Gazriel..." aku kini mengusap kedua belah pipinya dengan tanganku. Menatapnya lekat-lekat. "Selalu ada yang pertama untuk semua hal, kan? Kamu ga perlu terlalu maksain diri, aku bisa mengatasinya untukmu. Aku bisa bimbing kamu. Nah, sekarang, gimana kalau kita mulai dengan..."

Ah, dia sudah memagut bibirku kini. Tangannya mulai nakal menelusup ke balik baju tidurku dan mulai meremas buah dadaku. Aku melenguh tertahan, sebab bibirnya masih menempel lekat dengan bibirku. Kini dia menjulurkan lidahnya dan memasukannya. Aku menghisapnya dan bermain dengan lidahnya di dalam mulutku. Tidak disuruh pun, ternyata dia mulai memahami permainan. Dia memulainya dengan sesuatu yang memang ingin kubilang. Sesuatu yang kuinginkan: a naughty kiss.

Dan kini aku terbaring di atas kasur dengan dia berada di atas tubuhku mengambil kuasa. Bibirnya kini terlepas dari bibirku dan kita masing-masing mulai terengah-engah. Berusaha menghirup nafas setelah ciuman yang lumayan panjang. Aku tersenyum, diiringi kembali dengan senyumannya yang puas.

Saat itupula, aku menginginkan melihat pahatan tubuhnya sedari tadi. Akan seperti apa kelihatannya? Apakah sesuai imajiku?

Dan perlahan, benar-benar sangat pelan, kubuka satu demi satu kancing baju seragamnya dengan dia yang masih menatapku. Kuberikan senyuman nakal dan sebuah kedipan. Dia membiarkanku melepas satu demi satu kancing seragamnya. Setelah terbuka semua, dia membantuku untuk melepas seragamnya. Langsung terlihat olehku mahakarya, pahatan tubuh yang kunantikan.

Tubuhnya terlihat jelas di depanku dan aku memberanikan diri mengusap dadanya, nakal memainkan dadanya. Dia meringis kegelian. Aku ketawa.

Sekarang giliranku mengajarinya satu-dua hal. Aku membalikkan tubuhnya, menghentakkannya ke atas kasur. Bagianku yang berada di atasnya. Duduk di antara kedua pahanya dan mulai menikmati tubuhnya lebih jelas lagi.

Demi krabby patty yang tak pernah kucicipi seumur hidup, tubuhnya sangat seksi. Aku sangat... lebih dari sangat menyukainya.

Agar terlihat lebih seksi lagi, aku membuat kedua tangannya terbuka. Ia, aku menuntunnya untuk meletakkan kedua tangannya di balik kepala. Sejauh ini dia menuruti hal-hal yang kuinginkan. Bulu ketiaknya yang masih jarang-jarang, terlihat sangat menggemaskan.

Ah, aku tak kuasa.

Aku segera membenamkan diri menghidu aroma lehernya. Lalu kembali mencium bibirnya.

Jika ditanya hal beruntung apa yang kualami dalam hidup, kurasa, keputusan-keputusanku selama ini untuk memilih lelaki muda yang kumau tak pernah salah sasaran.

Hey, jangan pernah labeli aku sebagai pedofil! Aku hanya menyukai lelaki matang yang lebih muda saja, bukan anak-anak. Aku tak suka anak-anak. Pengertian pedofil adalah mereka yang menyukai anak-anak di bawah umur 14 tahun. Aku tak menyukai umuran itu. Aku menyukai laki-laki umuran 17 atau agak lebih dikit hingga 20. Kukira dia juga 17 sih, karena perawakannya terlihat dewasa. Wajahnya juga innocent tapi gagah. Ah, benar-benar tipeku.

Dan kali ini aku sedang menikmatinya.
Aku benar-benar sedang menikmatinya.

Lelaki muda di masa kini, kenapa terlihat dan terasa lebih menggairahkan sih?

Permainan baru saja dimulai. Dia terlihat lebih bernafsu dan mulai meremas kedua buah dadaku. Dengan gerakan tangannya, dia memintaku agar membuka baju tidurku. Kini tanpa baju tidurku, lingeri-ku terpampang, terlihat sangat seksi.

"Kau menyukainya?" tanyaku sembari menggigit bibir. Berusaha terus menggodanya. Memainkan libido di tubuhnya.

"Sangat suka. Kamu terlihat dewasa.. dan, ... mmm, nakal," katanya seolah berusaha mencari kosakata yang tepat untuk disampaikan padaku. Aku tidak peduli lagi, karena kini, aku mulai menelusuri tubuhnya. Menikmati aroma ketiaknya yang tidak berbau busuk. Ah syukurlah, dia beraroma segar. Kurasa dia rajin menyemprotkan parfum yang enak ke tubuhnya, juga ketiaknya.

Bau lelaki yang khas. Yang sejati, manly.

Bukankah ini salah satu dari sekian kenyataan yang indah?

Brondong Hot LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang