18 I Kisah dengan Rasyif (Bagian Kedua)

3.8K 62 7
                                    

Mumpung aku inget ini malam minggu. Jangan lupa tinggalkan jejak sih :))
Vote dulu dan spam komen sblm baca.

***

Aku mencium seseorang karena menginginkannya. Pikiran seperti itu terus berdengung di kepalaku dan kini aku melihat dua lelaki di depanku itu sedang menatapku. Begitu juga dengan Sheryl dan Helda. Aku sadar, mungkin aku sudah melamun terlalu lama.

"Lo mikirin kenangan itu lagi, Kil?"

Aku hanya menatap datar. Tak merespon dengan jawaban, maupun anggukan sebagaimana halnya.

"Lo kenapa Kil?" suara Sheryl lagi-kagi 'menyerangku'. Aku sudah tak tahan ingin melampiaskan hasrat yang menggebu ini.

"Kil?" Helda ikut menganggguku, mencoba menggoyangkan tubuhku. Aku bisa merasakan semua itu sekarang, namun fokusku saat ini adalah dua lekaki di depanku kini.

"Boleh aku memutuskan sendiri tantangan yang dikasih Geraldi?"

Aku bersuara datar. Tak menggubris kata-kata Sheryl atau pun gerakan Helda pada tubuhku. Aku mengabaikan itu semua.

Aku mencium karena menginginkannya.

"Of course, darl..." belum sempat Geraldi menyelesaikan kata-katanya, aku sudah 'menyerangnya'. Aku bergelayut di atas kedua pahanya yang duduk bersila, dan langsung meraih kepalanya. Aku memagut kedua bibir yang telah memberikan tantangan bodoh itu kepadaku. Ganas. Aku mencium karena aku menginginkannya.

"Kil.. Lo gila ya?"

Aku tak menggubris Sheryl sama sekali. Kubiarkan dia bersuara sementara aku terus memagut bibirnya Geraldi tanpa henti. Dia juga membalasnya, kurasakan itu semua. Dia menelusupkan saliva perantara lidahnya dan bermain di ruang-ruang mulutku. Aku merasa 'bebas'.

"Kil.. lo hentiin ga?"

Kudengar Sheryl mulai berteriak. Namun aku sama sekali tidak memedulikannya. Aku begitu senang bisa melakukan ini, sebab ini pada akhirnya merupakan kumpulan hasrat yang tertahan sejak aku pagi. Kenangan dengan Rasyif yang muncul kembali, membuatku marah dan ingin melakukan ini semua.

Aku ingin sekali berkata bahwa aku merdeka atas tubuhku sendiri, aku memiliki kendali atas bibir siapa yang ingin kutuju sebagai tempat menepi.

"Kil... brengsek lo ya!"

Sheryl sempat menarik tubuhku dan aku terjengkang, lepas dari tautan bibirku dengan bibir milik Geraldi. Aku merasa 'kosong' saat jarakku terbentang dengan Geraldi meski hanya beberapa spasi. Tapi aku sangat ingin melabuhkan bibirku saat ini, tolonglah!

Kulihat Gazriel terlihat memerah di pipinya. Mengembung, seperti menahan amarah. Tidak seperti biasanya, dia yang terlihat kalem dan santai, serta kurang begitu acuh dengan apa pun yang terjadi, kini justru menampakkan muka seperti itu.

{My dear, apakah kamu cemburu karena aku memilih bibir Geraldi sebagai titik temu?}, batinku. Namun sejak awal, sejak putusanku dibuat, aku memang tidak ingin memilih salah satu. Aku menginginkan kedua bibir lelaki di depanku ini. Aku tak ingin memilih. Aku merdeka menentukan jika bibir keduanya memang sangat kuinginkan.

Sambil meredakkan napasku yang terengah-engah dan melihat Sheryl tampak marah sekali padaku, aku kembali bangkit berdiri dan kini berjalan menuju Gazriel. Aku melakukan, persis dengan apa yang kulakukan kepada Geraldi.

Gazriel nampak sangat kaget. Namun kurasakan dia menghela napas, seperti lega. Justru dia yang kini malah mengangkat tubuhku dan membuatku lebih merapat, erat ke tubuhnya. Dia memangkuku dan memainkan tangannya di rambutku. Dia yang kini menjadi lebih lihai dalam 'permainan' ini.

Brondong Hot LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang