"Kil, kenapa kamu menyerang Gazriel juga? Kan pilihannya cuma satu. Kamu udah milih Geraldi barusan." Helda bertanya dengan nada agak berteriak, sepertinya tidak terima dengan apa yang kulakukan. Tapi aku merasa bodo amat, tak merasa bersalah sama sekali. Ini adalah putusan yang kuinginkan. Aku mencium keduanya karena aku memang menginginkannya.
"Kil.. lepasin ga?"
"Kil... lo udah ga waras ya?" kali ini Sheryl kembali berteriak. Kudengar dari suaranya dia sangat marah.
"Lo maniak ya!" Sheryl murka. Aku sudah tak bisa menerka lagi apa yang akan diperbuatnya kepadaku setelah ini. Aku serahkan saja pada takdir, apa yang akan mereka lakukan padaku setelah ini. Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan.
"Lepasin Gazriel, Kil. Please..." Nada suara Helda kini terdengar lebih memelas. Seperti memohon.
Mendengar Helda memohon seperti itu, aku merasa luluh. Dan aku akhirnya melepaskan bibirku dari tautannya dengan milik Gazriel. Lagi pula napasku rasanya sudah engap, karena telah mencium cukup lama dua lelaki yang berbeda. Sepertinya aku harus beristirahat.
"Dasar lontek kau ya!" Kali ini, secara tetiba Sheryl menyerangku tanpa kendali. Dia menjambak rambutku sekuat tenaga. Aku yang tidak terima segera membela diri. Aku menarik paksa juga rambutnya dengan kedua tanganku.
"Mau lo apa, 'hah?" Sheryl berteriak.
"Emangnya kenapa? Sejak awal mereka bukan milik kalian. Nyadar ga? Mereka milik gue!" Saat marah, ucapan gue-elo akan keluar otomatis dariku.
"Elo maruk banget, tau ga! Mereka itu lebih pantas sama kita-kita yang bakalan setia sama mereka. Ga gonta-ganti mulu kayak elo, bitch!"
"Ya terus kenapa kalau nyatanya mereka memang suka sama gue, hah? Kalau mereka memang pinginnya sama gue! Lo aja yang kelewat halu, nganggap dia tiba-tiba jadi milik elo!"
"Setan lo ya, berani-beraninya lo ngomong gitu sama gue, 'hah?"
"Tanya aja sama mereka berdua kalo lo mau bangun dari mimpi-mimpi lo itu!"
"Udah-udah lepasin!" Helda berteriak, berusaha melerai kita berdua.
Ujung-ujungnya, karena perkelahian terasa lepas kendali, Helda juga ikut terjambak. Dia menjerit. Akhirnya perkelahian tiga sekawan pun berlangsung rumit. Yang terdengar hanya suara jeritan dan mengaduh serta beberapa kata makian, tentu saja.
Melihat hal ini berlangsung makin pelik, ada inisiatif langsung dari Geraldi. "Dek, bantu gue nahan mereka!"
Geraldi mendekat ke arahku dan langsung menahan tangan serta tubuhku. Sehingga aku tak kuasa lagi buat melakukan perlawanan. Begitu juga dengan Sheryl yang akhirnya dibantu lepas oleh Gazriel. Helda yang terlepas, kini mulai merapikan dirinya sendiri.
"Kalian apa-apaan sih?" suara Helda berteriak nyaring, memarahi kita berdua.
"Lo ngerasa kesel juga 'kan Hel, saat bitchy satu ini tadi nyerang si Gazriel?"
"Lo juga bitchy, bastard! Ga usah ngelabeli gue dengan sesuatu yang lo juga punya!"
"You are bitchier." Kayaknya kata bitchier ga bakalan ada di kamus Bahasa inggris, cuman karena emosi Sheryl pasti tak bisa mengendalikan apa yang ingin dia katakan. Dan aku juga merespon dengan kata yang ga kalah aneh, "No, you are bitchiest!"
"Shut.. up!" Bentak Helda akhirnya. Dia berusaha menyelesaikan perkelahian ini, matanya nyalang tak seperti biasanya yang terlihat tenang dan elegan. Matanya kini menyiratkan kemarahan yang tak teredam. Memang benar apa kata orang-orang, pendiam yang marah, akan terlihat lebih menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Hot Lovers
RomancePERINGATAN!! JANGAN DIBACA! (Membaca ini bisa membuat kamu mengerti sisi lain wanita: sebuah hasrat liar yang disembunyikan oleh mereka) Namaku Syakila Maharani. Sejak kecil sebatang kara hidup di panti asuhan. Namun karena aku terlihat aneh jelek d...