Astagaaaa ... Maaf lupa upload sabtu kemarin. Aku lagi ngapain ya? Hehe. Makasih yang udah mau baca duluan di karyakarsa. Nanti kalau udah senggang, aku upload sampe bab 40 di karyakarsa ya ...
°°°
"Hey, hey, hey, ... bukankah itu hal yang sangat biasa?"
Aku membuat tanganku dalam posisi bersedekap di depan dada. Aku membuat gaya yang sangat santai dalam situasi kali ini. Tidak boleh gegabah dan terlihat takut, sebab aku sedang memainkan situasi ini agar memilikii peluang penuh untukku.
"Biasa?" Helda yang merespon. Aku tahu dia agak sensitif soalan Gazriel, tapi ya.. gimana lagi. Toh ini semua bukan salahku 'kan? Mereka mengenalku lebih dulu dan tertarik padaku. Jadi sama sekali bukan salahku kalau mereka pada akhirnya sudah pernah 'bermain' denganku.
"Kalian pikir anak seumuran dia tabu dengan hal-hal seperti ini? Hey, kalian cari saja di aplikasi-aplikasi mencari pasangan atau kencan sejenis, kalian pasanglah status menginginkan brondong atau apa yang menyiratkan kalian sedang membutuhkan lelaki lebih muda.
Kujamin..." Aku menekankan kata kujamin karena di sinilah kunci permainan kata yang sedang kumainkan. Aku ingin membuat mereka percaya dengan kalimat-kalimat yang kukeluarkan.
... kujamin kalian akan menemukan lelaki seumuran dia atau bahkan yang lebih muda lagi dari dia, yang menginginkan untuk 'bermain' dengan kalian. Karena ya, karena... mereka memang sudah pernah melakukannya. Anak-anak zaman sekarang lebih 'bebas' dari kelihatannya, tauk!"
Aku melirik ke arah Gazriel lalu ke arah Geraldi. Ah ya, aku harus menekankan beberapa kalimat lagi untuk menghadapi momen seperti ini.
"Dan begitu pula dengan Gazriel, kalian ga bisa menilai Gaziel sepolos dari apa yang kalian lihat saja. Kita ga bisa menebak manusia sebenarnya seperti apa bukan?
No, no, no, don't get me wrong. Ini bukan soalan aku menila jelek seorang Gazriel, kita juga kan ga pernah tahu seperti apa dia lebih jauh. Namun satu hal yang harus kita pahami di sini, kita harus berusaha menghargai keputusannya dia.
Dia bilang apa tadi? Dia juga menginginkannya dan itu berarti dari awal aku menginginkannya. Kita melakukannya atas dasar kesepakatan. Persetujuan dua orang yang sama-sama sadar. Apalagi yang lebih penting dari itu? Ya, 'kan Geraldi?"
Aku melirik ke arahnya, menajamkan mata dan suaraku dalam pertanyaan itu, hanya untuk membuatnya mengerti agar tidak membongkar perihal adiknya yang jika pada nyatanya, baru melakukannya kali pertama. Ini semua harus ditutup selihai mungkin.
"Iya, gue setuju sih. Ini memang tentang putusan yang diambil adik gue sendiri. Jadi emang dia ga sepenuhnya salah. Di luar sana banyak kok bahkan anak laki-laki yang seumuran dia udah jadi simpanan. Ga cuma simpanan tante-tante, bahkan banyak pula yang udah jadi simpanan om-om. Dunia emang sekeras itu."
Syukurlah, Geraldi emang sedari awal cepat paham dengan kode-kode yang kuberikan. Dia bisa meng-cover permainan kata ini dengan baik untuk meyakinkan mereka berdua bahwa semua ini memang hal yang biasa saja terjadi.
"Yup, bener banget, Di. Aku juga melihat fenomena itu, diskusi di beberapa forum medsos, hingga mencoba beberapa aplikasi kencan. Lalu aku mendengarkan cerita-cerita mereka. Dan voila, mereka memang sudah terbiasa melakukannya di umuran yang terbilang muda.
Dan ya, perlu diingat sebuah ungkapan yang menarik yang menjadikan kita sadar untuk tidak sembarang men-judge orang lain dengan hanya kacamata kita."
"Apaan tuh?" Sheryl kali ini cepat merespon. Selain masuk pengaruh gue, dia juga udah mendapat pengaruh dari Geraldi. Jadi dia masih jauh lebih mudah buat dikontrol atau diarahkan. Berbeda dengan Helda yang tampak masih skeptis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Hot Lovers
RomancePERINGATAN!! JANGAN DIBACA! (Membaca ini bisa membuat kamu mengerti sisi lain wanita: sebuah hasrat liar yang disembunyikan oleh mereka) Namaku Syakila Maharani. Sejak kecil sebatang kara hidup di panti asuhan. Namun karena aku terlihat aneh jelek d...