4| Kode Panas

58.9K 375 3
                                    

Kamu pasti mengerti apa yang terjadi setelahnya, dan setelahnya, dan setelahnya. Dia, seperti kebanyakan lelaki pada umumnya, meski pada kali pertama melakukan hubungan seperti itu, akan melakukan banyak bagiannya sendiri. Gazriel mengikuti insting naluriahnya untuk mencumbuiku, inci demi inci bagian tubuh ia sesap. Aku sampai kewalahan melayani gejolaknya di kali kedua.

Begini, jadi di kali pertama, sperma itu keluar lebih cepat dari tubuhnya. Mungkin rangsangan demi rangsangan yang bergejolak, mendorong tubuhnya untuk memberikan tekanan yang sangat besar sehingga ia tak mampu menampungnya lagi. Oh iya, jangan khawatir, tentu saja selama permainan itu, aku sudah menyiapkan pelindung karet untuk menutupi alat kelaminnya. Dan kusuruh dia, kuwanti-wanti sejak awal untuk tak mengeluarkannya di dalamku.

Seperti sejak awal, ia sangat mudah dikontrol. Jadi dia menuruti setiap titah yang kupinta. Namun di kali kedua, saat ia tergerak melakukannya lagi, kubiarkan ia berfantasi dengan dirinya sendiri atas tubuhku. Kuizinkan dia melakukan banyak gaya yang dia mau. Tentu saja masih dalam protokol yang telah kutetapkan, yakni memakai pelindung dan tak mengeluarkannya di dalam.

Semuanya berjalan sesuai harapan. Dia (ternyata) sangat bisa memuaskan ekspektasiku. Dia bisa menikmati permainan ini dengan baik.

xxx

"Gazriel..."

"Iya kak?"

"Kamu nyesel ga?"

"Nyesel kenapa kak?"

"Ya nyesel karena kita berdua tadi ngelakuin itu..."

"Oh itu, mm... gatau juga, kak. Itu bener-bener pengalaman baru buat aku. Kalau kakak mau tahu, itu semua beneran hal baru buat aku. Mulai dari ciuman sampai tidur bareng kayak tadi. Semuanya bener-bener baru buat aku."

"Ah yang bener... masa tadi jago gitu, maennya?"

Aku memainkan mata dan senyumanku. Berusaha menggodanya kembali.

"Yah jago apaan, pas main pertama, aku malah keluar cepet."

"Ya gapapa dong. Namanya juga baru pertama. Kayaknya banyak orang yang baru pertama bakalan begitu. Buktinya kamu di kali kedua lebih bisa menahan diri, lebih bisa mengatur permainan. Wah, kayaknya kamu sudah jadi pemain hebat..."

Dia tak membalas ucapanku, hanya tetiba melihat ke arahku dalam jeda yang agak lama, dan tersenyum. Aku suka senyuman Gazriel. Dia makin terlihat menjadi seorang lelaki muda yang kuinginkan.

"Di depan belok kemana kita?" tanyaku memecah keheningan.

"Kanan kak,"

Dan aku menurutinya. Iya, dalam perjalanan kali ini, aku sedang dalam proses mengantarkannya pulang ke rumah. Lagipula aku sudah berjanji sejak awal, bukan? Waktu berlalu begitu cepat, matahari hampir tenggelam. Kurasa, permainan yang kita lakukan tadi menguras banyak waktu. Itu mungkin bisa jadi pertanda bahwa kita berdua menikmatinya. Dari pertanyaan-pertanyaan yang kuloloskan barusan, aku merasa dia juga menikmatinya.

Untuk itu, saat dia sudah keluar membuka pintu mobil sesampainya kita di depan rumahnya, aku tetiba menyahutnya, "Gazriel..."

"Eh iya kak, gimana?"

Aku membuka pintu mobil di sebelahku, menutupnya dan kini berhadapan dengan Gazriel.

"Kamu ga mau ninggalin nomor handphone kamu gitu? Kamu ga mau ketemu kakak lagi?"

"Oh, eh, mm... wait kak, ini nomor telponku," dia langsung merogoh saku celananya dan mungkin sedang melihat daftar kontak untuk menemukan nomornya sendiri. "Sorry aku ga hafal, hehe."

Brondong Hot LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang