Aku ingat saat aku menanyakan dengan rintih, "kenapa kamu tega ngelakuin ini semua Rasy? Apakah aku tidak pernah memiliki arti begitu besar di hidupmu? Apakah aku hanya jenis kekasih yang tak kauanggap keberadaannya dan berhak dimiliki siapa saja? Katamu kau akan menjagaku..."
"Seorang lelaki memiliki fantasi, Sayang. Dan fantasiku adalah memberikanmu kenikmatan sebanyak-banyaknya. Mungkin dari aku saja masih kurang, jadi sengaja kuberikan lebih untukmu, Yang. Kamu senang 'kan?"
"Mmhhh..." Aku melenguh, menahan sensasi yang masuk, mengalahkan akal warasku saat ini. Namun aku sejak awal mati-matian berusaha untuk menanyakan segala kejadian ini kepada si brengsek di depanku ini. Kenapa aku selalu dan selalu jatuh kepadanya? Apakah karena sejak awal mula diciptakan, aku dikutuk dengan kesendirian yang menyesakkan, hingga Tuhan justru mendatangkan seseorang yang menemaniku tapi ia justru menghancurkan hidupku?
Apakah aku salah berdoa saat dulu sekali pernah minta dibebaskan dari rasa sepi dan sendiri yang selalu menerpa?
Aku pernah membaca, 'be careful with what you wish for'. Dan ternyata memang benar begini adanya. Aku yang awalnya berdoa (atau mungkin bahasanya berharap agar Tuhan menuntaskan kesepianku), malah berakhir dengan satu –atau bahkan tiga lelaki sekaligus di ruangan ini.
Apakah ini jawaban dari kesepianku selama ini Tuhan?
Apakah Engkau memang mendatangkan orang-orang ini, masuk ke dalam hidupku untuk mewarnai kehidupanku yang suram selama ini?
Apakah maksud Engkau mendatangkan mereka sebagai jalan agar aku bisa menikmati momen demi momen dalam hidupku ini dengan sebuah kesenangan (atau biasa mereka sebut kenikmatan)?
Apakah memang pada akhirnya, tak ada lagi yang bisa kulakukan selain ... menikmatinya?
See?
Aku berdebat dengan diriku sendiri. Konflik batin. Atau memang Tuhan mendengar semua keluh-kesahku, tetapi, aku memang tidak memiliki jawaban lain saat ini selain bahwa mungkin memang tak ada yang bisa aku lakukan untuk menghadapinya.
Karena rasanya berbeda, mungkin pengaruh obatnya lebih kuat. Tubuhku merasakan ingin yang lagi dan lagi. Menginginkan 'diberikan sensasi' lebih banyak oleh ketiga lelaki yang berada bersamaku di kamar hotel ini. Aku bisa merasakan bahwa ini kamar hotel (bukan semacam kamar indekos) karena memang dari segi interior berbeda.
Selang beberap hari setelah hari ini terjadi, aku kembali bertemu muka, hanya berdua dengan Haris. Ternyata si ganteng kalem itu, merupakan anak dari pemilik hotel. Dia anak orang kaya raya. Mobil yang kutumpangi juga merupakan mobil miliknya. Pantas saja petugas hotel tidak protes saat Haris melakukan hal seperti ini. Ia Tuan Muda yang biasa ditinggalkan orang tuanya berpergian ke luar negeri, anak semata wayang. Orang tuanya membebaskan ia melakukan hal apa pun yang ia mau, namun tak seperti kebanyakan cerita-cerita yang kubaca di novel remaja yang mengidamkan cowo tampan nan kaya raya, Haris itu jenis cowok yang amat bisa mengatur dirinya sendiri.
Rupanya arti 'bebas' bagi dia adalah putusan yang bertanggung jawab. Saat dia ingin melakukan sesuatu, dia sudah dilatih untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, sebagai imbal hasil atas apa yang ia putuskan.
Sejak kecil, berdasarkan cerita dari Haris yang kudengar dari mulutnya sendiri, orang tuanya sepertinya orang-orang yang penuh dengan rencana masa depan. Ia tak pernah diperlakukan untuk melakukan ini dan itu, dikekang dan diarahkan orang tuanya—dengan embel embel demi masa depan yang lebih baik.
Haris berbeda dari kebanyakan cerita fiktif yang kubaca. Sejak ia sangat kecil, ia selalu diberikan pilihan dan bebas menentukan apa saja yang ia mau dalam hidupnya. Dari hal-hal yang sangat sederhana seperti pakaian, makanan dan lain sebagainya. Hingga hal-hal yang cukup besar untuk anak seumurannya; sekolah. Ia sudah diberikan sejak SD apakah dia mau belajar di rumah saja atau ingin memilih sendiri sekolah yang diinginkannya untuk belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Hot Lovers
Lãng mạnPERINGATAN!! JANGAN DIBACA! (Membaca ini bisa membuat kamu mengerti sisi lain wanita: sebuah hasrat liar yang disembunyikan oleh mereka) Namaku Syakila Maharani. Sejak kecil sebatang kara hidup di panti asuhan. Namun karena aku terlihat aneh jelek d...