Untung aku inget ini malam minggu.
Selamat membaca manteman.
Makasih yang udah komen dan like, terus baca sampe sini. Dah gitu aja.***
Pemaksaan Geraldi untuk memilih mencium siapa, membuatku terpaku. Aku biasanya yang menentukan sendiri, lelaki mana yang ingin kucium, kapan dan dimana. Aku yang mengatur segala situasinya agar semuanya terkendali. Tetapi dihadapkan pilihan 'harus' karena ini juga merupakan sebuah permainan, membuatku kembali mengingat sebuah masa yang sangat ingin kulupakan, tetapi nyatanya selalu kembali terkenang.
Sebuah kisah yang tidak pernah kuceritakan secara mendalam kepada siapa pun, termasuk kepada Sheryl dan Helda. Mereka hanya tahu, orang ini adalah seseorang dari masa lalu yang pernah berpacaran denganku. Aku menceritakan sesuatu yang terdengar indah saja kepada mereka, tanpa menceritakan sisi buruk yang kualami bersamanya.
Rasyif. Ini semua tentang Rasyif.
Momen kenapa aku tidak menceritakan perihal ini kepada siapa pun, karena aku memiliki prinsip: rahasia tidak akan lagi menjadi rahasia saat sudah dibicarakan. Rahasia berarti kamu menutup mulut bahkan terhadapmu sendiri.
Orang yang sering memulai bercerita dengan kata: tapi ini rahasia ya, jangan diomongin ke siapa-siapa adalah omong kosong. Rahasia adalah kamu membawa cerita itu sendiri dalam dekapanmu hingga kamu mati. Itulah rahasia!
Ahh, ngomong-ngomong tentang ciuman yang terasa terpaksa, adalah kali pertama aku akhirnya menjadi semakin dekat dengan Rasyif kali itu.
Rasyif sejak saat itu tak terpungkiri lagi makin dekat denganku. Seorang lelaki tampan, bermulut sangat manis. Ia mampu bermain dengan logikaku sendiri di umuranku kala itu.
Aku tahu, aku sudah mulai bisa 'berpikir' kala itu dengan banyaknya bacaan yang kubaca.
Namun aku alfa terhadap satu hal: cinta bisa membuatmu bodoh.
Aku yang terjerat ke dalam pesonanya, seseorang yang pertama kalinya membuatku jatuh cinta --pada akhirnya--, berhasil menguasai logikaku.
Saat itu, entah kenapa aku selalu merasa tunduk dan takluk. Dia selalu bisa membantah logikaku dengan rayuan manisnya. Perkataannya yang lembut, atau belaiannya yang hangat di tubuhku yang kesepian sejak kecil.
Kau tahu sendiri 'kan, semenjak kecil aku sudah tak memiliki siapa-siapa. Anak-anak menjauhiku dan aku sudah terbiasa hidup sendiri. Aku yang yatim piatu, aku yang harus dijauhi anak lain, hingga aku yang biasa diejek banyak orang di sekitarku membuatku menelikung diriku dalam sepi. Dan sendiri.
Hingga kedatangan kembali Rasyif kembali ke dalam hidupku, dengan pesona 'pura-pura polosnya', dengan kata-katanya yang lembut untuk masuk ke dalam hidupku hingga belaiannya yang hangat sudah seumpama matahari yang datang menyinari ke dalam hidupku yang gelap. Pekat.
"Kamu aku antar pulang ya?"
Rasyif dengan motornya kala itu mengajakku untuk pulang bareng. Sejak Rasyif meminta kontakku, kita bertukar kabar setiap hari. Kita tak pernah alfa untuk chatting-an, menggunakan BBM kala itu setelah satu bulan sebelumnya kita masih SMS-an atau telponan. BBM baru hits memang tepat satu bulan aku dekat dengan Rasyif.
Dengan uang penghasilanku sendiri dari menulis, aku menyisihkan sebahagiannya untuk digunakan membeli Handphone BBM.
"Boleh."
Aku langsung menerima helm yang Rasyif serahkan kepadaku dan menggunakannya. Aku lalu naik di jok belakang dan Rasyif mulai melaju.
Dia berbicara, "Kakak sangat cantik hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Hot Lovers
RomancePERINGATAN!! JANGAN DIBACA! (Membaca ini bisa membuat kamu mengerti sisi lain wanita: sebuah hasrat liar yang disembunyikan oleh mereka) Namaku Syakila Maharani. Sejak kecil sebatang kara hidup di panti asuhan. Namun karena aku terlihat aneh jelek d...