36. Morning bully

728 109 0
                                    






Paman Lee membuka pintu utama dengan pelan dan berjalan masuk kedalam dengan gontai. Di lihatnya lampu yang sudah mati di beberapa tempat.
"Rumah ini benar-benar sepi" gumam Paman Lee seraya duduk di kursi tamu dengan memejamkam matanya. Hari yang benar-benar melelahkan untuk pria tua sepertinya.

"Mengapa kau tidak menekan bel?" tanya sang isteri yang tiba-tiba saja berjalan ke arahnya dengan secangkir teh hangat ditangannya.

"Aku tidak ingin membangunkanmu" jelas Paman Lee dengan tersenyum. Mendengar itu Bibi Jessie hanya bisa menatapnya iba.

"Minumlah kau pasti sangat lelah bukan?" ucap Bibi Jessie yang kemudian ikut duduk bersama sang suami.
"Ingin kupijat?"

"Tidak, kau tahu kau pasti juga lelah" jawab Paman Lee seraya meminum teh hangat terbaik di dalam hidupnya.

"Oh ya, bagaimana dengan Tuan muda? Apa dia masih tidak ingin pulang?" mendengar pertanyaan itu, wajah Paman Lee seketika menjadi lesu.

"Ya begitulah, kau kan sudah tahu dia seperti apa"

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Tuan muda kita, bahkan tadi Jennie nampak sangat murung. Saat kutanyakan, ternyata dia sedang memikirkan tentang keuangannya yang tidak sepadan dengan kebutuhannya. Aku merasa kasihan kepada gadis itu. Syukur dia sudah menemukan kerja sampingan"

"Kerja sampingan?" tanya Paman Lee dengan tak percaya.

"Iya, katanya dia sudah bekerja di sebuah cafe milik kenalan temannya" jelas Bibi Jessie yang hanya di jawab anggukan pelan oleh Paman Lee. 
"Oh ya, aku dengar Jennie juga mempunyai hutang kepada Tuan muda bukan? dan katanya dia akan mencicilnya dengan memotong sebagian gajinya dari sini. Dia benar-benar gadis yang penuh semangat" jelas Bibi Jessie dengan iba, sedang Paman Lee masih menyesap teh nya dengan tenang. Dia menjadi teringat akan sesuatu, dan dia akan mengatakannya kepada Taehyung besok.





***



  Taehyung membuka pintu apartemennya dengan malas setelah bel sialan itu tak berhenti berbunyi  selama kurang lebih lima menit. Dia tahu betul siapa yang sangat rajin mengunjungi apartemennya setiap pagi.

"Ada apalagi Paman?" tanya Taehyung datar, kemudian  duduk di sofa dengan rambut yang masih acak-acak an.

Seperti biasa respon Paman Lee hanya tersenyum seraya mengeluarkan sebuah kemeja baru dari dalam Eco bag yang ia bawa.
"Bukankah kemarin malam kau mengatakan tidak ingin pulang kerumah? jadi kuputuskan untuk membawa kemeja baru setiap hari, dan membawa baju kotormu untuk di cuci di rumah. Bagaimana? Aku rasa itu bukan ide yang buruk untuk menghemat uang bukan"

Taehyung menyerngit keheranan mendengar Paman Lee mengatakan 'Menghemat uang.' Sejak kapan pria tua itu seperti ini?

"Paman berhenti melakukan hal-hal aneh, dan langsung saja pada intinya"

Paman Lee langsung bertepuk tangan tak percaya "Ternyata kau pria yang peka juga yaaa, baiklah aku hanya ingin bertanya, apakah kau sudah membayar gaji Nona Jennie? Aku rasa kau melupakan itu"

Taehyung terdiam, kali ini Paman Lee mengatakan sesuatu yang benar mengenai gadis itu. Dia benar-benar lupa akan gaji Jennie sebagai asistennya ataupun gaji sebagai isteri palsunya.

"Kau bisa menitipkannya padaku Tuan, karena kurasa kau mencoba menghindarinya akhir-akhir ini" jelas Paman Lee.

Taehyung masih terdiam dan mencoba terlihat biasa saja. Namun sialnya, ekpresinya sedikit tak tertahan. Akhirnya dia memilih untuk beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kamar mandi.
"Aku akan bersiap-siap ke kantor" ucapnya seraya mengambil handuk.

"Bagaimana dengan saranku Tuan?" tanya Paman Lee sedikit berteriak.

"Akan kupikirkan lagi" jawab Taehyung sebelum akhirmya dia masuk ke dalam kamar mandi. Dan meninggalkan Paman Lee yang masih menatap pintu kamar mandi itu dengan terheran.

"Kenapa harus dipikirkan lagi? Bukankah dia memang tidak ingin pulang" guman Paman Lee yang kemudian beranjak dari duduknya untuk merapikan tempat tidur Tuan mudanya. Dia tahu,  pria itu akan sangat sangat tidak peduli dengan hal seperti ini.



***



  Taehyung membuka pintu kamar mandi pelan, dan dengan pinggang yang masih berlilitkan handuk,  dia berjalan keluar menuju lemari. Namun, Taehyung masih melirik kemeja yang Paman Lee bawakan  untuknya.
Dengan membuang nafas kasar, dia memungut kemeja tersebut dari kasurnya yang entah sejak kapan menjadi rapi seperti dirumahnya.

"Apa sikapku terlalu kentara? Sehingga Paman saja bisa tahu jika aku menjauhi Jennie?" gumamnya pelan.
Lalu bagaimana jika Jennie juga peka akan sikapnya? Apa yang akan wanita itu pikirkan? Jika dipikir-pikir sikap melarikan dirinya ini, terasa sangat menjengkelkan.
Haruskah dia pulang? sudahlah dia akan pikirkan ini nanti saja.

Taehyung melihat-melihat sekitar, kemana perginya pria tua itu? Diliriknya secangkir teh hangat yang ada dia atas mejanya. Namun, dia lebih memilih memakai pakaiannya terlebih dahulu, walau dia sangat ingin menikmati teh hangat itu.

Setelah selesai memasang kancing terakhir di kemejanya, Taehyung langsung mengambil dasi dan memasangnya dengan rapi.

Tiba-tiba saja pintu apartemennya terbuka dan menampakkan Paman Lee yang berjalan ke arahnya dengan beberapa bungkus makanan siap saji.

"Tuan, aku rasa kau memang harus pulang ke rumah, sulit sekali menemukan makanan sehat di sekitar sini" jelas Paman Lee seraya menayajikan makanan tersebut di atas meja.

Dengan mode tuli, Taehyung langsung duduk dan memakannya dengan santai. .

"Bukankah kau tidak begitu menyukai makanan seperti ini Tuan?" ringis Paman Lee melihat Tuannya yang dengan santainya melahap kentang goreng, dan beberapa makanan siap saji.

Paman Lee tidak habis pikir dengan semua kelakuan Tuan mudanya itu. Sekejap dia marah, dingin, bahkan parahnya dia tidak bersuara sama sekali. Namun dalam sekejap pria itu juga bisa menjadi pribadi yang berbanding terbalik dengan kesehariannya.

"Tidak begitu menyukai bukan berarti tidak akan pernah memakannya bukan?"

"Baiklah, terserah kau saja lah. Oh ya, bagaimana dengan gaji Nona Jennie Tuan?"
Paman Lee masih menunggu Taehyung yang tak kunjung selesai mengunyah kentang gorengnya itu dengan sabar.

"Masih belum kupikirkan" 

"Untuk apa masih dipikirkan Tuan? sudah jelas-jelas kau telat membayar gajinya. Hanya tinggal menitipkannya padaku jika kau memang malas bertemunya" dengus Paman Lee yang tak direspon oleh Taehyung.
"Atau jangan-jangan Tuan berencana ingin pulang kerumah?" tanya Paman Lee dengan ekpresi yang sangat sangat menjengkelkan untuk Taehyung lihat.

"Aku sudah selesai, aku tunggu di luar Paman" Taehyung langsung keluar dan meninggalkan Paman Lee, walau sebenarnya dia tidak ingin melakukannya. Entahlah dia sedikit risih saja jika kepekaan Paman Lee sudah keluar, apalagi mengenai asistennya.

Haruskah dia pulang? dia juga tidak begitu menyukai suasana di sini. Sebenarnya, dia juga tidak tahu apa yang ia inginkan. Tapi yang jelas dia akan menutupi perasaan brengseknya itu.

Taehyung rasa itu lebih baik.





Taehyung and JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang