Taehyung and Jennie

35. I hate her, but...

Pertama-tama, iam sorry guys karena aku luaaamaa banget up nya. But, happy reading!

  Hari-hari Jennie berlalu dengan datar, tidak ada sesuatu yang spesial darinya.
Maksudnya, jika di jabarkan lebih detail lagi, dia akan sangat malu mengakui jika sebenarnya dia sedikit rindu, entah dengan kemarahan Tuannya, permintaan aneh Tuannya, titah menyebalkan Tuannya, dan semua yang bersangkutan dengan Tuannya.
Hal ini terjadi, sebab setelah hari pertama bekerja, Jennie sama sekali tidak pernah melihat Tuan Taehyung nya berkeliaran di rumah besar ini, bahkan di hari Jum'at sekalipun.
Hanya Paman Lee yang rajin pulang kerumah karena Bibi Jessie sedang sakit. Paman Lee juga mengatakan bahwa tugas Jennie sekarang hanya mengurus rumah dan isterinya dengan baik, semua tugas tentang tuannya seperti menyiapkan baju dan sarapan tidak perlu, karena Tuannya mungkin akan jarang pulang kerumah.
Namun nyatanya, bukan hanya jarang, tapi tidak sama sekali.

   Apa ini karena Jennie bekerja disini?
Apa dengan bekerja di sini Taehyung membenci Jennie? Seperti apa yang telah pria itu katakan kepada gadis malang itu di hari pertama bekerjanya.
Jika memang Taehyung membenci Jennie, harusnya pria itu bersikap seperti biasanya kepada Jennie, seperti kepada wanita lainnya. Sehingga, Jennie tidak akan merasa sedikit ter spesialkan.
Namun nyatanya, pria tampan itu telah membenci Jennie. Dan nampaknya perkataan itu berasal dari lubuk hati terdalamnya. Lalu, jika memang seperti itu, apalagi yang Jennie harapkan?
Harapah kecil? Lupakan saja.

"Jennie"
Sontak Jennie terkaget dari merenungnya, setelah Bibi Jessie memanggilnya lembut. Dengan langkah pelan, wanita paruh baya tersebut berjalan ke arah Jennie yang sedang membersihkan meja tamu dengan lesu.

"Eh, Bibi? Ada apa? Kenapa Bibi beranjak dari kasur? harusnya Bibi tidur dan banyak istirahat" keluh Jennie yang langsung berdiri dari duduknya dengan khawatir. Sedangkan Bibi Jessie yang mendengar hal itu  hanya bisa tersenyum geli.

"Kau ini, sebenarnya yang harus istirahat itu kau nak, hari ini sudah tepat dua minggu sejak aku sakit, dan sekarang lihatlah dirimu, wajahmu bahkan terlihat sangat lesu, apa kemarin malam kau tidak tidur?" Tanya Bibi Jessie mengelus pundak Jennie.

   Jennie hanya bisa terdiam, dia tidak mungkin mengatakan bahwa sejak seminggu yang lalu dirinya sudah bekerja sebagai penyanyi di kafe milik temannya, Eunwo. Jika di ingat-ingat Eunwo cukup banyak membatunya, tapi sayangnya Jennie sendiri yang menggagalkan rencana manis dari pria itu. Dan anehnya, mengapa dia merasa sangat bersyukur akan hal itu?

"Tidak apa-apa Bibi, aku hanya sedikit memikirkan sesuatu akhir-akhir ini" jawab Jennie mendatar dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Melihat itu Bibi Jessie langsung meraih tangan nya dan mengajaknya duduk di kursi dengan cepat.

  Jennie terdiam dan menatap wajah Bibi Jessie dengan lekat. "Ada apa Bibi? Kenapa kau mengajak ku duduk?"

"Kita sesama wanita tidak perlu ada yang ditutup-tutupi, saat aku sakit kau selalu merawatku dengan baik dan kau akan melakukannya walau tidak diperintah sekalipun oleh tuan muda. Dan sekarang kau tidak ingin berbagi masalahmu denganku?"
Jennie masih nampak ragu untuk mengatakannya, tapi dengan sigap Bibi Jessie langsung menggenggam tangannya kembali.

"Bukankah kau juga tahu jika seharian aku jarang, bahkan tidak pernah keluar dari rumah ini, lalu kepada siapa aku akan menceritakan masalahmu?" Tanya Bibi Jessie meyakinkan. Mendengar itu, Jennie hanya bisa menarik nafas pasrah.

"Sebenarnya, sehari sebelum bekerja di sini, adikku mendapat surat peringatan karena telat membayar SPP, uangku hanya tersisa sedikit sekali, aku tidak tahu harus apa lagi. Aku juga mempunyai hutang kepada Pak Taehyung, tidak mungkin aku meminjam uang padanya lagi. Walau sekarang aku sudah bekerja disini. Tapi gajiku akan cair setelah sebulan, dan aku juga akan mengurangi sedikit dari gajiku untuk mencicil hutangku kepada Pak Taehyung. Jadi, kuputuskan untuk mencari pekerjaan lain saja" ungkap Jennie dengan menahan sesak di dadanya. Dia tidak tahu akan menceritakan keluh kesahnya kepada siapa lagi, dan entah mengapa dia merasa sedikit lega saat ini.