Extra Part

33 2 0
                                    

Kehidupan kuliah Tasya berjalan cukup lancar. Walaupun diselingi berbagai kesulitan baik dalam hal kuliah atau hubungan. Setidaknya semua kesulitan itu bisa diselesaikan dengan baik.

"Sya, aku udah bilang kemarin lupa," ujar Adit sambil mengejar Tasya yang terus menghindarinya.

"Kamu punya HP, Adit," balasnya singkat.

"Aku lupa serius! I'm sorry babe," ujar Adit memohon.

"Gila ya ngabarin aku aja kamu lupa. Gimana kalo nanti ketemu cewe lain? Aku gak akan dianggap kayaknya,"

"Kamu kok ngomongnya gitu sih? Aku gak pernah ngelirik cewe lain!" bantah Adit.

Pertengkaran seperti ini cukup sering terjadi semenjak mereka kembali bersama. Alasannya selalu sama, Adit yang akan lupa orang lain ketika nongkrong atau berada didunianya dan Tasya yang ingin dimengerti untuk sekedar diberi kabar agar tak khawatir. Mereka bukan lagi remaja labil yang putus nyambung karena masalah sepele. Saat ini, sebesar apapun perselisihan dalam hubungan mereka selalu diselesaikan dengan baik walaupun melalui adu argumen dan amarah.

Sejak kehilangan orang-orangyang ia sayangi, Tasya memiliki kecemasan akan ditinggalkan seseorang. Oleh karena itu, selama ini Adit selalu mencoba mengalah ketika bertengkar.

"Kenapa sih kamu selalu pengen dimengerti?! Aku capek selalu memaklumi kesalahan kamu yang nantinya kamu ulangi lagi," ujar Tasya kesal.

"Aku udah minta maaf dari kemarin tapi respon kamu masih marah sama aku dan terus ngebahas ini. Harus berapa kali aku ngejelasin?" balas Adit dengan nada agak tinggi.

"Itu biar kamu berhenti ngelakuin kesalahan yang sama. Kamu sadar gak sih selama ini kita selalu berantem karena hal kayak gini,"

"Terus kamu maunya gimana?" tanya Adit lelah meladeni pertengkaran dengan topik yang selalu sama.

"Apa?" tanya Tasya balik karena tak paham arah pertanyaan Adit.

"Kamu mau kita udahan? Terserah." jawab Adit lalu melenggang pergi.

Tasya terdiam mencoba mencerna ucapan lelaki yang berstatus kekasihnya. Matanya berkaca-kaca karena tak menyangka lelaki itu akan mengatakan kalimat yang paling ia takuti. Bukankah lelaki itu yang salah? Tasya hanya mencoba memberi sedikit pelajaran mengingat dia sering dengan mudah memaafkan kesalahan Adit.

Setelah punggung Adit menghilang dibalik tembok, gadis itu pergi menuju ke parkiran untuk mengambil mobilnya. Sampai di parkiran, Tasya baru menyadari bahwa tadi pagi ia berangkat bersama sang kekasih.

"Sialan!" umpatnya.

Dengan langkah berat ia berjalan menuju halte bus. Lebih sial ketika ia mengingat ponselnya kehabisan baterai dan tidak bisa memesan taxi. Sekarang pukul 18.30, gadis itu memang pulang terlambat karena mengerjakan beberapa tugas individu dan melakukan project kelompok.

Sebuah mobil hitam berhenti dihadapan gadis itu. Tanpa dilihat juga Tasya sudah tahu jika pemilik mobil itu adalah kekasihnya.

"Masuk!" titah Adit.

Lelaki itu menghela nafas ketika tak mendapat respon. Dengan langkah besar ia mendekati Tasya dan menarik lengan gadis itu untuk masuk ke mobil.

"Diem atau aku sita apart kamu," ancam Adit.

Beberapa bulan lalu, Adit memberi hadiah ulang tahun berupa sebuah apartemen yang letaknya tak jauh dari kampus untuk memudahkan gadis itu beristirahat ketika harus pulang malam seperti sekarang. Tapi diluar dugaan, apartemen itu malah sering digunakan Tasya untuk menghindari orang lain ketika memiliki masalah.

Tasya berubah menjadi sosok yang selalu menghindari masalah dan solusinya adalah mengasingkan diri. Pernah sekali dia bertengkar hebat dengan Adit dan dimarahi oleh Randy yang berakhir gadis itu mengurung diri di apartemen selama 3 hari.

Adit mulai mengendarai mobilnya menuju ke apartemen milik gadisnya. Akan lebih rumit jika mereka pergi ke rumah Tasya dan Randy mengetahui masalah ini.

Lelaki itu menghela nafas "Maaf, aku tadi emosi dan gak sengaja ngomong kayak gitu. Ini salah aku dan harusnya aku lebih intopeksi diri bukannya malah ngomong kayak tadi,"

Tak ada jawaban dari Tasya yang menandakan ia sudah lelah berdebat. Pandangannya tertuju keluar memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang.

"Udah sampai," ucap Adit memecahkan keheningan.

"Gue mau pulang," balas Tasya.

"Sya, aku mohon jangan kayak gini,"

Jika gadis itu sudah mengubah cara bicaranya, maka sudah dipastikan ia benar-benar marah. Sebelumnya, Tasya memang marah untuk memberi sedikit efek jera pada Adit. Namun ketika lelaki itu mengatakan kata putus, dirinya merasa bila Adit sudah lelah dengan hubungan mereka.

Sejak awal mereka kembali bersama, kesepakatan diantara keduanya adalah tidak boleh mengatakan kata perpisahan walaupun sedang bertengkar hebat. Kecuali jika memang sudah tak ingin bersama.

"Pertama kali aku punya banyak banget temen dan bikin aku selalu senang kalo ketemu sama mereka. Kamu tau selama ini aku gak pernah nongkrong rame-rame kayak sekarang, makanya selama nongkrong aku selalu lupa waktu bahkan lupa untuk ngecek hp," ujar Adit.

"Aku gak pernah ngelarang kamu sama temen-temen kamu, begitupun kamu yang gak pernah ngelarang aku buat ngelakuin apapun. Aku janji bakal berubah. Tolong percaya sama aku," lanjut Adit.

"Kamu suka ngeliat aku pergi ke psikiater terus teriak gak jelas tentang kehilangan seseorang?" lirih Tasya.

"Gak! Bukan gitu, Sya. Aku bener - bener minta maaf," ucap Adit sambil menggenggam tangan Tasya.

"Mereka juga pergi sebentar tapi malah pergi selamanya. Aku cuman butuh tau bahwa kamu baik-baik aja," gumam Tasya yang masih bisa didengar Adit.

Adit mengusap wajahnya kasar. Ia tak menyangka bahwa masalah seperti ini malah membuat hati gadisnya kembali gelisah. Kepalanya tertunduk dengan tangan yang masih setia menggenggam tangan kekasihnya.

Melihat lelaki itu terus diam sambil menuduk membuat hati kecil Tasya tergerak untuk memaafkannya. Gadis itu menghela nafas lalu memeluk Adit dengan air mata yang mulai menetes.

"Maaf,"

"Jangan diulang lagi. Aku takut,"

Hubungan mereka memang tak selalu berjalan mulus bahagia. Realitanya setiap hubungan pasti memiliki lika liku yang membuat mereka semakin dewasa dan bisa belajar dari pengalaman. Masalah dalam hubungan suatu hal biasa tapi beberapa orang mengambil langkah yang salah dipandangan orang lain. Akhiri masalahnya, perbaiki hubungannya.

My Galak Girlfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang