Sudah genap satu bulan sejak kepergian Edward. Sang ratu galak kembali ada julukan awalnya. Sifatnya menjadi dingin tak tersentuh. Bahkan ia sering marah pada sesuatu hal.
Sejak satu bulan pula tasya terus memikirkan tentang permintaan edward yang menyuruhnya kembali pada adit. Rasanya itu mustahil karena adit seolah menghilang ditelan bumi akhir-akhir ini.
"Sya" Panggil randy.
"Apa?" Balas tasya.
Randy meneliti penampilan tasya yang berantakan. Sungguh miris hidup sepupunya itu. Gadis itu selalu mengurung diri di kamar dan keluar hanya untuk sekedar makan. Edward seolah orang yang menarik tasya dari keterpurukan dan sekarang orang itu sudah pergi selamanya.
"Gue gak pernah bahas ini sebelumnya. Tapi gue sempet denger permintaan edward sebelum meninggal" Kata randy.
"Lo nyuruh gue kembali sama si brengsek itu?" Sinis tasya.
"Dan lo memilih mengabaikan permintaan edward di akhir hidupnya?" Tanya randy.
Tasya menunduk. Ia bingung harus bagaimana. Di satu sisi,ia sangat ingin memenuhi permintaan edward karena ia tahu edward pasti meminta itu untuk kebaikannya. Tapi, di sisi lain tasya tak membuka luka lama. Ia mungkin bisa jika memaafkan adit,tapi goresan luka masih membekas dihatinya.
"Gue gak tahu maksud edward apa minta kayak gitu. Tapi, gue yakin edward pasti mau yang terbaik buat lo" Saran randy.
Setelah mengatakan itu randy keluar dari kamar tasya. Langkahnya terhenti ketika melihat seorang lelaki di depan pintu kamar tasya. Ia memilih tak mengatakan apapun,randy hanya menepuk pundak lelaki itu lalu berlenggang pergi.
"Apa kamu masih sedih?" Tanya lelaki itu.
Tasya menoleh kearah pintu kamar. Sebenarnya ia tak terlalu terkejut melihat kedatangan lelaki itu. Adit. Lelaki itu datang setelah menyelesaikan beberapa urusannya.
"Kamu merindukannya?" Tanya adit lagi.
"Pergi" Usir tasya.
Adit sama sekali tak beranjak dari tempatnya. Ia memilih untuk berbicara pada tasya mengenai edward. Adit tahu semuanya. Sebelum ke kamar tasya,randy memberitahu adit tentang perkataan edward sebelum meninggal.
"Maaf" Kata adit.
Tak ada sahutan apapun dari tasya. Hanya terdengar isakan yang semakin keras.
"Kata maaf memang gak akan mengubah semuanya. Tapi setidaknya aku pengen ngungkapin kata maaf untuk segala yang telah terjadi selama ini. Dulu ataupun sekarang." Ujar adit.
"Lo bahkan gak berhak mendapatkan maaf." Gumam tasya dengan senyum miris.
"Aku tau. Aku terlalu banyak melakukan kesalahan sampai menghancurkan semuanya. Disini aku bukan untuk menepati atau menagih janji atas ucapan edward. Kamu berhak memilih. Aku akan selalu menunggu." Tutur adit.
Gadis dihadapan adit semakin terisak. Tasya bisa saja mengabulkan apapun permintaan terakhir dari edward, tapi jika untuk kembali lagi bersama adit itu sangat sulit. Jujur jika saja dulu adit tak terlalu banyak menyakitinya mungkin tasya bisa saja menerima dia kembali.
Kembali bersama dengan adit sama saja membuatnya kembali masuk dalam luka yang sudah lama ditutupinya. Rasa sakitnya bahkan masih bisa tasya rasakan sampai saat ini.
"Gue emang berhak memilih. Tapi, gue gak bisa mengabaikan permintaan terakhir edward." Lirih tasya.
Tasya berbalik menghadap kearah adit. Bisa dilihat dari mata lelaki itu bahwa dia sangat menderita selama ini. Terlihat jelas banyak penyesalan di mata adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Galak Girlfriend (END)
Teen Fiction(WORK ACAK-ACAKAN) (PROSES REVISI) - Julukan untuknya yang membuat menantang.