Mata beomgyu begitu was-was melihat keadaan kota. Sepi dan terlihat berantakan. Dirinya semakin khawatir, apa maksud dari perkataan wanita tadi, batinnya.
"Aissshhh,,, sebenarnya ada apa sih?", Beomgyu mengambil handphone nya di saku, mencoba menghubungi teman-temannya dan rekannya di tempat kerja, dan nihil. Tidak ada yang mengangkat.Braaakkkkkk
Beomgyu terkejut ketika didepannya terlihat mobil yang menabrak tiang listrik. Tanpa pikir panjang beomgyu menghampiri mobil tersebut berniat menolong. Belum juga sampai, terlihat dari dalam seseorang meraung seperti orang gila terus menghantamkan kepalanya ke kaca ketika melihat sosok beomgyu dari luar. Beomgyu menghentikan langkahnya, berdiri kaku. Dia menjadi ragu untuk menolong, perlahan-lahan dia berjalan mundur ke belakang lalu berbalik dan berlari, oke sekarang beomgyu paham apa yang di maksud wanita tadi.
.
Sekarang sudah menunjukkan pukul 6 sore, taehyun, giselle dan yeonjun masih setia di tempat. Ketiganya sama-sama diam tanpa membuka suara.
"Apakah kita akan tetap disini sampai besok?", Tanya giselle.
Taehyun dan yeonjun menatapnya.
"Tidak, kita bisa kembali sekarang", ujar yeonjun.
"Bagaimana caranya? Ingin mati?", ujar taehyun.
"Sudah tidak ada suara bising lagi, kupikir suasananya mulai kondusif", jelas yeonjun.
Taehyun menganggukkan kepalanya mengerti, "boleh aku menumpang di tempat kalian? Tempatku cukup jauh", mohon taehyun.
Yeonjun dan giselle saling menatap.
"Aku bukan orang jahat asal kalian tahu. Oke,, hanya semalam", pinta taehyun.
Yeonjun melihat dari atas ke bawah pada taehyun dengan tatapan mengintimidasi, "Kau bisa sementara tinggal bersamaku", ujar yeonjun final.
Taehyun membelalakkan matanya, "kalian bukan suami istri?", Tanyanya.
Giselle menggelengkan kepalanya. Taehyun hanya ber-oh sebagai jawabannya.
"Kau, terus bawa palu mu,, kupikir kita membutuhkannya", perintah yeonjun. Taehyun menganggukkan kepalanya.
"Ngomong-ngomong, dari mana kau mendapatkannya?", Tanya giselle.
"Aku mengambil asal di rak perabotan", jawab taehyun.
Yeonjun membuka pelan pintu kamar mandi, suasana sangat sunyi dan berantakan, tidak ada siapapun. Yeonjun lalu keluar perlahan sembari memberikan kode untuk giselle dan taehyun keluar. Mereka berencana untuk kembali ke parkiran mengambil mobil giselle, baru mereka mendekati tangga, makhluk-makhluk aneh tersebut ternyata berkumpul di sana.
"Shit", umpat yeonjun pelan. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk menuju pintu masuk. Bersyukur mereka bisa keluar dengan selamat..
Krukrukkruk
Perut hueningkai berbunyi.
Hueningkai memandang winter yang masih asyik tidur.
"Winter,,, hey,,, bangunlah", ujar hueningkai sembari menggoyangkan tubuh winter pelan.
Winter yang terusik perlahan membuka matanya, lalu meregangkan tubuhnya, "ada apa?".
"Aku lapar", ujar hueningkai.
"Tidurlah,, nanti juga laparnya hilang", jawab winter lalu membalik tubuhnya mencoba tidur kembali.
"Aishhhh,, yakk,, kita harus keluar sekarang. Kita harus makan, kau juga harus minum obat bukan?", rengek hueningkai.
Winter lalu membuka matanya. Dia mengambil tasnya mengecek didalamnya, "ahhh untung saja tidak hilang", ujar winter setelah mendapatkan obatnya.
"Benar juga, aku tidak mungkin minum obat tanpa minum air", gumam winter. Perlahan winter berdiri diikuti hueningkai di belakangnya. Winter menggeser perlahan kursi dan meja serta lemari dibantu hueningkai, setelah selesai winter mendekatkan telinganya ke pintu.
"Sepertinya sudah aman, yakk tolong bawakan tasku", perintah winter. Hueningkai mengangguk lalu mengambil tas winter dan membawanya. Winter perlahan mengambil linggis yang tadi digunakan untuk mengganjal, lalu membawanya sebagai persenjataan. Pintu terbuka perlahan, winter celingak-celinguk keluar memastikan keadaan. Bersyukur keadaan sepi, perlahan diikuti hueningkai di belakang, mereka berjalan pelan-pelan, hampir tidak terdengar. Sayup-sayup mereka mendengar suara aneh dari lantai atas, sembari mata mereka was-was agar tidak bertemu makhluk aneh tersebut.Brakkkkkkkk
Sial. Hueningkai bodoh, batin winter. Hueningkai tidak sengaja menyenggol tempat sampah yang otomatis mengundang makhluk tersebut mendekat. Suara-suara bising mulai terdengar mendekat, "lari", tegas winter lalu lari secepat mungkin, hueningkai kewalahan mengikuti langkah winter, tapi dia harus terus berlari karna makhluk tersebut tepat sepuluh langkah berada di belakang mereka, sial jumlah mereka banyak. Sampai di gerbang, winter langsung membukanya menyuruh hueningkai keluar terlebih dahulu. Sambil tertatih-tatih karna kelelahan, hueningkai akhirnya sampai lalu segera gerbang sekolah tersebut ditutup oleh winter. Lalu mereka kembali berlari menjauh dari sekolahan.
"Winter awas", teriak hueningkai. Terlihat dari sisi kiri jalan utama makhluk aneh tersebut menyerang, reflek winter mengayunkan linggisnya menyerang makhluk tersebut. Setelah dirasa makhluk tersebut mati, winter kembali lari dengan hueningkai. Lagi-lagi kesialan menghampiri mereka. Didepan mereka sepuluh makhluk tersebut berlari mulai menyerang, "sial, yaakk,, bantu aku menyerangnya", ujar winter dengan posisi siap menyerang.
"A-aku tidak punya senjata", panik hueningkai.
"Bodoh, kan kau membawa tas, gunakanlah", kesal winter.
Hueningkai mengerti lalu membuat tas tersebut sebagai persenjataan.
Winter lalu berlari menghampiri makhluk tersebut memukuli mereka satu persatu.Brakkk
Satu persatu makhluk tersebut berhasil dilumpuhkan winter. Bagaimana dengan hueningkai? Bermodalkan ransel milik winter, dia berhasil menggunakan ransel tersebut sebagai pertahanannya dari serangan makhluk tersebut. Ya walaupun dia tidak melumpuhkannya, yang penting lumayan berguna. Tinggal satu makhluk yang belum mati, walau sudah diserang berkali.
Dorrrr
Suara tembakan berbunyi. Winter dan hueningkai terkejut. Makhluk tersebut lalu terjatuh. Dari kejauhan tampak seseorang membawa senjata sembari memberi kode agar hueningkai dan winter mendekat. Tanpa pikir panjang, hueningkai dan winter berlari ke arah orang tersebut, lalu memasuki mini market yang ditunjuk orang tersebut. Mereka bersembunyi di balik kasir. Menjauhi diri mereka dari pandangan makhluk tersebut yang berlarian semakin banyak akibat suara tembakan.
"Kalian baik-baik saja?", Tanya pria tersebut.
"Iya,, kami baik. Hanya kelelahan", jawab hueningkai.
"Anda pemilik mini market ini?", Tanya winter.
"Bukan,, aku juga bersembunyi disini. Oh ya aku beomgyu",ujar pria tersebut sembari mengulurkan tangan. Winter dan hueningkai menjawab uluran tersebut sembari memperkenalkan diri.
"Lalu,, dimana,, pemilik mini market ini?", Tanya hueningkai.
"Saat aku masuk kemari, aku tidak menemukan siapapun. Aku mencari-cari bahkan sampai nekat masuk ke ruang karyawan tapi kosong", jelas beomgyu.
"Mungkin pemilik tersebut kabur", ujar winter.
Suara-suara dari makhluk tersebut terdengar cukup ramai, sesekali beomgyu mengintip mengecek keadaan.
Mini market tersebut full kaca, jadi keluar saja bisa menarik perhatian makhluk tersebut.
Winter melihat sekeliling, dia lalu berdiri menekan saklar yang ada di tembok belakang meja kasir, winter berdiri dan dengan cepat dia langsung mematikan saklar tersebut, membuat seisi ruangan+lampu latar mini market tersebut mati. Dia berbalik memandang luar, dan yaa,,,makhluk tersebut tidak bisa melihat keberadaan winter.
"Kita aman", ujar winter. Beomgyu dan hueningkai perlahan ikut berdiri menatap jendela luar dimana makhluk aneh tersebut bergerak kesana kemarin dengan erangan menakutkan.
"Benar juga, ini sudah cukup gelap, jadi jika lampu dalam mati dari luar pun tidak akan terlihat apa yang ada di dalam. Kenapa tidak terpikirkan ya", gumam beomgyu"Hahh,,, aku lapar", ujar winter lalu berlalu mengambil makan di mini market tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run For Safe
FanfictionCerita fiksi murni dari author, jika terjadi persamaan itu merupakan hal tidak disengaja. Happy reading ;) Jangan lupa juga vote+comment