26

94 8 8
                                    

Satu-satunya jam yang masih aktif di kamar staff menunjukkan puku 10 pagi. Bersiap-siap untuk menuju ke Camp G. Hanya terdengar suara benda-benda yang sedang mereka packing untuk perbekalan. Tidak ada satupun dari mereka yang bersuara. suasana cukup canggung. Kondisi ningning sudah cukup membaik, walaupun untuk berdiri, dia masih harus dibantu. Matanya menatap ke arah taehyun yang masih sibuk memasukkan obat-obatan ke dalam tas yang dia ambil di salah satu toko. Memisahkan dari obat lainnya, agar ketika ningning membutuhkan dia bisa langsung memberikannya.

"semua sudah siap?", tanya yeonjun.

"yaa aku sudah siap", jawab taehyun dan lainnya mengangguk.

"kalau begitu,, ayoo kita berangkat sekarang",ujar yeonjun.

Dengan dibantu giselle dan beomgyu, ningning perlahan berdiri walau perutnya sedikit agak kram. Taehyun melirik sekilas lalu membuang muka, menarik tangan winter untuk berjalan bersamanya. Yeonjun menghampiri ningning, "masih nyeri? atau aku bisa menggendongmu,,,", ningning tidak peduli,lalu meninggakan yeonjun begitu saja sembari berpegangan bersama giselle. Yeonjun menghembuskan berat nafasnya, sakit hati dengan reaksi ningning. Beomgyu menenangkan yeonjun, sembara menepuk-nepuk pundaknya, "ayo hyung", ajak beomgyu.

.

.

.

.

Mereka berjalan di bawah terik matahari yang cukup menyengat.

"kenapa hari ini sangat panas?", gumam hueningkai.

Mereka cukup kelelahan. lumayan berjalan kaki selama 2 jam dengan bawaan mereka yang cukup berat.

Winter berjalan sedikit tertatih, pandangannya sedikit kabur karena kepalanya terasa pusing, 'jangan,aku mohon jangan sekarang',ujarnya dalam hati.

"hyung bisakah kita beristirahat dulu, aku sudah tidak kuat", pinta beomgyu.

"yeah tentu, kita duduk di bawah pohon itu, cukup rindang",ujarnya.

Mereka menuju pohon yang dimaksud yeonjun. mendudukkan diri mereka,hueningkai langsung menidurkan dirinya, setidak nya di bawah pohon ini masih ada hembusan angin segar untuk pasokan oksigennya,begitu kata hatinya.

Mereka menikmati semilir angin, di siang yang terik.

Taehyun menatap sekitaran, mellihat beberapa rekannya dengan sendu. Rasa lelah, khawatir dan takut benar-benar terpancar dari sorot mata mereka. Taehyun melihat ningning yang menyendiri di sisi kiri pohoon, melihat ke arah barat, yang terlihat hanyalah rukoo-ruko kosong. Perjalanan sangat jauh,ditambah dirinya membawa satu nyawa lain dalam dirinya. Seketika muncul perasaan bersalah dan tidak tega pada ibu yang sangat dia sayang. Taehyun mendudukkan dirinya di depan ningning, membuat ningning yang sedang melamun sedikit terkejut. Taehyun mengambil botol air dalam tasnya, membukakannya lalu membantu ningning untuk meminumnya.

"apa masih sakit?",ujar taehyun sembari memegang perut ibunya. Ningning tersenyum sembari menggelengkan kepalanya..

"Pasti sangat pegal kan, aku pijat dulu kaki ibu", taehyun ber-ujar sembari tangannya memulai memijat kaki ningning.

Ningning menghentikan kegiatan taehyun, "Ibu tidak apa-apa nak, sungguh. Sini, istirahat di samping ibu", ujar ningning. Terlihat perasaan lega di hati ningning melihat putranya mulai berbicara kepadanya.

"oppa kita tidak bisa terus seperti ini", karina tiba-tiba bersuara.

"kita tidak bisa terus berjalan,lihat kita membawa banyak barang bawaan, lalu ada satu wanita hamil disini. bukankah sangat beresiko jika kita mengambil jalan seperti ini",protes karina.

Run For SafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang