Yeonjun, giselle, taehyun sampai di apartemen mereka. Beruntung di jalan tidak terjadi hal-hal yang mengancam. Beberapa kali mereka bertemu makhluk aneh tersebut, namun berhasil bersembunyi menghindari mereka.
"Apartemen ini terlihat sepi. Firasatku menjadi buruk", ujar taehyun hampir berbisik.
Giselle mendengar hal itu, feeling-nya juga sangat tidak karuan. Apartemen mereka gelap, dengan lampu gedung yang tidak dinyalakan, pintu apartemen yang rusak parah seperti dibobol secara paksa. Pintu apartemen tersebut berbahan kaca, dan sekarang pintu tersebut pecah, hanya tersisa beberapa sisi runcing yang masih menancap. Perlahan mereka memasuki apartemen tersebut, dipimpin yeonjun didepan, dia mengarahkan Giselle dan taehyun untuk berjalan di sisi yang dirasa aman."Sepertinya apartemen kita dalam zona marah giselle-a", ujar yeonjun.
Mereka kembali berjalan, perlahan menaiki tangga lantai tiga menuju tempat mereka. Baru saja sampai, mereka melihat seseorang berjalan aneh dengan erangan menakutkan, persis seperti apa yang mereka lihat di mall. Yeonjun, giselle, taehyun lalu mundur perlahan.Krakkkkkkk
Tidak sengaja yeonjun menginjak pecahan kaca yang membuat makhluk tersebut menoleh pada mereka. Makhluk tersebut lalu berteriak mengejar yeonjun, giselle, taehyun yang langsung berlari turun. Makhluk tersebut berlari semakin cepat mengejar mereka.
"Belok, masuk ke pintu", perintah yeonjun yang langsung dilakukan oleh giselle dan taehyun. Setelah mereka memasuki pintu tersebut, yeonjun langsung menutup pintu tersebut, menahannya agar makhluk tersebut tidak masuk.
"Sial kenapa sih, kuncinya tidak ada", kesal yeonjun. Dibantu taehyun, mereka menahan pintu tersebut dimana makhluk tersebut mulai mendobrak memaksa masuk. Giselle lalu mengetuk asal pintu-pintu apartemen disana.Toktoktok
"Tolong apakah ada orang di dalam, izinkan kami masuk", pinta giselle.
Pintu pertama tidak ada jawaban.Pintu kedua, "tolong kami,, bisakah anda membantu kami". Tidak ada jawaban.
Pintu terakhir, "tolong, bisakah anda membantu kami", kembali giselle memohon.
Pintu tersebut terbuka sedikit dan malah melempar pemukul baseball sembari berteriak dari dalam, "semoga kau selamat".Giselle mematung, yeonjun dan taehyun memandang dari arah pintu sambil terus menahan pintu tersebut yang mulai terdengar suara makhluk tersebut semakin banyak. Giselle menatap mereka dengan air mata yang mulai menetes. Dia lalu mengusap air matanya dan mengambil tongkat baseball tersebut, lalu berlari ke arah yeonjun dan taehyun.
"Hiks, maafkan aku", ujar giselle sembari terisak.
Yeonjun dan taehyun hanya menghembuskan nafas kecewa, perlahan pintu tersebut terdorong dan terbuka memperlihatkan satu tangan yang bergerak liar, mencoba menarik. Giselle yang melihatnya lalu memukul tangan tersebut.Buggghhhh
Satu pukulan pada tangan tersebut. Lalu tangan lain ikut muncul, mencoba meraih mereka. "Aaaghhhhhh", erang yeonjun dan taehyun menahan pintu tersebut.
Buggghhh
Buggghhh
BuggghhhGiselle terus memukul tangan-tangan tersebut.
"Aggghhhhh", giselle semakin brutal memukuli tangan tersebut, sembari berlinang air mata. Mereka tahu mereka tidak akan selamat. Setidaknya mereka tidak mati dengan keadaan menyerah.
"Hei masuklah cepat", ujar seseorang dari pintu kedua mengajak mereka masuk. Giselle, yeonjun dan taehyun menatap arah suara tersebut. Yeonjun lalu menyuruh giselle dan taehyun untuk masuk terlebih dahulu, setelah mereka masuk barulah yeonjun berlari meninggalkan pintu tersebut yang mulai terbuka kasar dengan beberapa makhluk yang berebutan masuk. Tepat waktu, yeonjun berhasil masuk.
"Kalian baik-baik saja?", Tanya pria tersebut. Yeonjun, giselle dan taehyun tidak menjawab. Keringat membasahi mereka, deru nafas mereka bertiga bahkan terasa sangat sesak, ada rasa cemas namun juga lega karna ternyata mereka bisa lepas dari makhluk tersebut. Terdengar suara beberapa makhluk mencoba mendobrak pintu tempat tinggal pria tersebut. Pria tersebut dibantu orang lainnya yang ternyata wanita mendorong lemari di samping pintu. Yeonjun dan taehyun ikut berdiri membantu.
Setelah lemari tersebut berhasil digeser, yeonjun dan taehyun lalu terduduk di depan lemari.
"Ambilkan air", perintah pria tersebut pada si wanita. Pria tersebut menjongkokkan dirinya di depan yeonjun yang masih mengatur nafasnya, "jangan khawatir. Lemari ini cukup kuat untuk menahannya", jelas pria tersebut. Suara-suara, di depan pintu menggema di ruangan tersebut, namun tidak membuat pintu tersebut goyah, mereka berhasil menahan tempat tersebut.
Si wanita membagikan minuman pada yeonjun, Giselle dan taehyun yang langsung diminum habis oleh yeonjun dan taehyun. Mereka mulai tenang perlahan."Aku sudah mengetuk dari tadi",ujar giselle. Mereka menatap giselle.
Dengan mata memerah dan air mata yang mengalir penuh kemarahan dan kesedihan, "aku sungguh mengetuk pintu kalian berulang kali", ujar giselle kembali penuh penekanan.
"Maaf", ujar si pria.
Giselle lalu meletakkan minuman tersebut di meja nakas ruangan tersebut tanpa meminumnya. Dirinya terduduk sambil memeluk lututnya menatap datar sembari menenangkan diri.
"Terima kasih sudah membuka pintu untuk kami", ujar yeonjun. Pria itu tersenyum."Namaku soobin dan itu karina", ujar pria tersebut memperkenalkan.
"Aku yeonjun, ini taehyun dan wanita itu,,, giselle", yeonjun ikut memperkenalkan.
"Kalian tinggal disini?", Tanya si wanita, karina.
"Aku dan giselle tinggal di lantai 3, taehyun hanya ikut untuk menumpang. Kami lari dari mall ketika tiba-tiba makhluk aneh tadi menyerang", jelas yeonjun.
"Kenapa tidak langsung ketempat kalian, kenapa di lantai ini? Bukankah hanya tinggal naik sedikit lagi kalian sampai?", Tanya karina sarkas.
"Karina,,,", ujar soobin pelan.
"Kau tidak lihat makhluk tadi?", Taehyun akhirnya bersuara, "aku pikir kau sudah bisa menyimpulkan", lanjutnya. Karina menatap taehyun sejenak lalu membuang wajah.
"Mungkin kau bisa menjelaskan pada istrimu untuk bertanya dengan bahasa yang lebih enak didengar", kesal taehyun.Soobin merasa tidak enak, "O-oh,,, maaf karna ucapannya. Dia memang seperti itu, terkadang menjengkelkan", ujar soobin sembari melirik karina dan memelototi nya, "ah dan dia bukan istriku, kami saudara kembar", jelas soobin.
.
Ningning duduk di kasur dengan perasaan berkecamuk. Hatinya gusar. Dia tau berita tentang virus yang mengancam kota tempatnya tinggal.
Itulah kenapa, si pria bongsor mengurungnya di dalam kamar, tanpa memperbolehkannya keluar.'ya,, aku tau. Aku akan segera menemukannya'
'tidak, aku sangat yakin dia selamat'
'aku sudah menyuntikkan obat itu padanya'
'iyaaa,,, aku pastikan dia masih hidup'Begitulah pembicaraan si pria bongsor itu di telepon yang ningning dengar. Pria itu masuk, lalu mengambil jaket dan kunci mobil.
"Kau mau kemana?", Tanya ningning.
"Bisnis penting tentu saja",ujar si pria bongsor.
"Bagaimana dengan taehyun?", Tanya ningning kembali.
Pria tersebut menatap ningning, "kau terlalu mengkhawatirkannya. Dia bukan bayi dasar bodoh", ujar pria tersebut.
Ningning terdiam.
"Jangan kemana-mana, tetap disini", perintahnya.
Pria tersebut keluar, menutup pintu kamar tersebut. Ningning lalu menyelimuti dirinya, sembari menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Kau dimana taehyun-a", gumam ningning sembari terisak.Si pria bongsor turun ke lantai dasar menemui seorang pria, berperawakan tinggi yang sedang memandang 5 mobil van yang berjalan menjauh dari rumah tersebut.
"Semua sudah kau angkut?", ujar si bongsor.
"Yahhh,,, para wanita jalang berteriak takut dan para pria sampah mencoba menyerang. Kau tidak lihat pukulan di mataku", kesal pria tersebut.
Si bongsor tertawa, "itu bukan seberapa. Sekarang, kita temui dulu bos. Sehabis itu cari dimana taehyun", ujar si bongsor.
Pria berperawakan tinggi tersebut menatap si bongsor, "apa kau yakin, taehyun masih hidup,,,,, ayah?".
Si bongsor yang di panggil ayah itupun balas menatap, "jika kau yakin sudah menyuntikkan obat itu ke taehyun, tentu saja dia masih hidup lucas", jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run For Safe
FanfictionCerita fiksi murni dari author, jika terjadi persamaan itu merupakan hal tidak disengaja. Happy reading ;) Jangan lupa juga vote+comment