Alarm berbunyi tepat pukul 6 pagi hari. Karina terbangun, meregangkan tubuhnya agar bugar, walaupun sebenarnya dirinya masih mengantuk. Tapi dia ingat hari ini adalah jadwalnya membersihkan kamar mandi, jadi sebelum soobin bangun dan menggunakannya, dia harus membersihkannya terlebih dahulu. Karina menuju ke dapur, mengambil air agar dia benar-benar membuka matanya, sekali lagi melakukan sedikit peregangan, lalu menuju kamar mandi, mencuci muka langsung membersihkan kamar mandi tersebut. Lima belas menit lamanya dia membersihkan kamar mandi. Selesai dengan kamar mandi, karina membersihkan kamarnya yang tadi lupa di bersihkan.
Setelah selesai dia mengistirahatkan dirinya di sofa, sembari menonton televisi tayangannya belum ada yang menarik. Dia melirik jam ternyata sudah pukul 06.45, waktunya soobin untuk bangun. Tidak berselang lama, Pintu kamar soobin terbuka, memperlihatkan soobin dengan pakaian tidurnya sambil masih setengah menutup mata, dengan rambut layaknya sarang burung.
"Selamat pagi", sapanya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Hummm", gumam karina yang masih fokus pada televisi.
"Kau sudah membersihkan kamar mandi?", Tanya soobin sembari menuangkan air ke dalam gelas dan sekali lagi dijawab deheman karina.
"Aku akan mandi dahulu", ujar soobin langsung masuk ke kamar mandi. Karina tidak memperdulikan. Matanya masih menangkap bosan tayangan televisi.Breaking News
Kebocoran yang terjadi di lab Y, mengancam masyarakat musave. Masyarakat diharapkan waspada dan menghindari keramaian untuk sementara waktu.Karina mendengarkan berita itu dengan seksama. 'itu berarti hari ini, tidak ada yang boleh kemana-mana', batinnya. Tidak berselang lama, soobin keluar dari kamar mandi.
"Soobin-a, kita harus libur hari ini", Ujar karina.
"Huh kenapa?", Bingung soobin.
"Berita mengatakan kebocoran lab yang terjadi sangat parah. Kita harus menghindari keramaian", jelas karina.
"Hanya keramaian kan", ujar soobin lalu menuju dapur membuat sarapan.
"Aishh bisakah kau mengerti. Ini keadaan serius", ujar karina mulai kesal.
Soobin menghembuskan nafas kasar, "sekarang kau mandilah. Kita bahas ini setelah kau mandi, aku akan buat sarapan", ujar soobin mengakhiri. Mau tidak mau, karina menurut lalu mengambil handuk, menuju kamar mandi..
Winter merapikan peralatan belajarnya, memasukkan ke dalam tas beberapa yang dibutuhkan. Setelah semua siap, dia turun ke bawah. Baru saja dia keluar, dia mendengar suara keributan dari ruang kerja ayahnya. Dia sedang memarahi seseorang di telepon.
'siapa yang membocorkannya di awal?'
'sialan reputasi ini akan hancur, pemerintah pasti turun tangan'
'bajingan lalu ada berapa orang yang bertahan?'
'yakk,,sialan'Begitulah kira-kira yang didengar winter. Dia paham apa sedang terjadi dengan ayahnya, tapi memilih tidak peduli. Winter menuju dapur, mengambil kotak bekal lalu menuju meja makan memasukkan sarapannya ke kotak bekal tersebut. Winter menuju pintu keluar dan bertemu dengan pria yang menjaganya kemarin, "katakan pada ayah, aku berangkat naik bus", ujar winter yang dijawab anggukan oleh pria tersebut. Winter lalu berjalan menuju pagar tinggi rumah tersebut dan keluar dari sana.
.
Yeonjun menghisap rokoknya yang terakhir, entah sudah berapa batang yang dia habiskan. Puntung-puntung yang berserakan di asbak dengan sepuluh kaleng bir kosong tersusun berantakan menghiasi meja nakas di kamarnya. Puntung terakhir dia matikan. Yeonjun kembali melamun menghadap jendela di kamarnya, yang gordennya terbuka sedikit memperlihatkan pemandangan belakang apartemennya yang memperlihatkan lapangan basket dengan beberapa orang melakukan lari pagi disekitarnya. Cukup lama dia memandangnya hingga merasa mulutnya mulai gatal ingin memasukkan sesuatu. Yeonjun tidak lapar, dia tidak lapar dari kemarin. Setelah berita pemecatannya, nafsu makannya seakan menghilang. Sebenarnya Yeonjun adalah perokok dan peminum berat, namun setelah kasus PHK kemarin, tidak pernah dia berfikir untuk lapar, dipikirannya dia hanya ingin minum lalu merokok untuk meredakan emosinya.
Yeonjun berjalan keluar dari kamar, membuka kulkas untuk mengambil birnya lagi yang ternyata habis, "shit", umpatnya. Dia kembali ke kamar mengambil jaket dan melihat isi dompet yang terlihat masih cukup jika untuk membeli bir kaleng. Dia lalu berlalu keluar pintu apartemennya dan menemukan seorang kurir barang yang terus menekan tempat giselle.
"Mungkin dia sedang keluar", ujar yeonjun kepada sang kurir.
Kurir tersebut menoleh, lalu menggarukkan kepalanya.
"Yang punya tempat ini memesan makanan dan juga belum membayar", jawab kurir tersebut. Yeonjun menatap barang yang dibawa sang kurir, dan benar saja itu ternyata makanan.
"Aku sudah menekan bel hampir 10 menit", ujar kurir tersebut dengan raut wajah sedih. Yeonjun melihatnya merasa iba, dia lalu menghampiri pintu giselle, melirik sela bawah pintu yang ternyata lampu di dalam mati.
"Berapa kira-kira totalnya?", Tanya yeonjun.
"50000 won", jawab kurir tersebut.
Yeonjun mengambil dompetnya, membayar kurir tersebut. Kurir tersebut tersenyum, "ah terima kasih. Tapi makanan ini,,,,", bingung si kurir.
"Taruh saja di depan pintu", ujar yeonjun. Kurir tersebut menurut lalu pamit kepada yeonjun.
'bagus uangku benar-benar habis sekarang', batin yeonjun.
Ada terbesit niat untuk mengambil makanan giselle yang ada di depan pintu, toh dia yang membayarnya. Tapi dipikir lagi, dia tidak menginginkan makanan itu, dan itu perilaku yang kurang ajar. Mungkin nanti dia akan meminta ganti rugi uangnya pada giselle, pikirnya asal. Yeonjun lalu berlalu pergi, memilih untuk keluar sembari menghirup udara luar dan mungkin menjual jam tangan yang sedang dia pakai untuk membeli bir yang dia butuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run For Safe
FanfictionCerita fiksi murni dari author, jika terjadi persamaan itu merupakan hal tidak disengaja. Happy reading ;) Jangan lupa juga vote+comment