9

146 21 11
                                    

Beomgyu dengan ditemani hueningkai duduk santai menghadap jendela luar. Sangat sepi.  Hueningkai masih betah membaca buku-bukunya. Entah kenapa anak ini benar-benar betah.
"Otakmu pasti sangat encer saat di kelas", ujar beomgyu. Hueningkai melirik sekilas, tersenyum karena ujaran beomgyu, "itulah kenapa aku selalu dimanfaatkan beberapa anak", jawabnya.
Beomgyu tertawa, "ngomong-ngomong, dari mana info pemerintah itu?", Tanya beomgyu.
"Aku melihatnya dari ponsel tv tadi", jawabnya.
Beomgyu ber-oh ria sebagai jawaban. Suasana mulai menggelap, terlihat senja indah namun juga mengerikan untuk dipandang. Hueningkai menutup buku yang dibacanya.
"Selesai?", Tanya beomgyu.
Hueningkai menganggukkan kepala. Dia meregangkan tubuhnya karna pegal setelah berjam-jam membaca. Hueningkai menoleh ke ruang staff yang pintunya sedikit terbuka, "winter belum bangun?", Tanya hueningkai.
Beomgyu mengedikkan bahunya, "mungkin sudah bangun. Aku mendengar suara kran menyala" jawab beomgyu.

.

"Huekkkkkkkk", winter memuntahkan isi perutnya. Dengan air kran yang dia biarkan mengalir untuk meminimalisir suaranya agar tidak terdengar dari luar. Winter terduduk lemas. Wajahnya memucat, keringat deras membanjiri tubuhnya. Matanya tertutup, mencoba menetralkan dirinya. Setelah dirasa dirinya baik-baik saja, dia membersihkan bekasnya. Memutuskan beristirahat sebentar di dalam toilet tersebut. Kondisinya benar-benar lemah sekarang.
"Tidak. Jangan winter, kau harus kuat", gumamnya menyemangati dirinya sendiri.

.

Ningning duduk di pinggiran bathtup, dengan taehyun yang membersihkan sela-sela noda darah dan cairan aktivitasnya bersama lucas sebelumnya. Taehyun sangat berhati-hati, takut menyakiti wanita yang sangat dicintainya tersebut. Banyak memar yang ada ditubuhnya, entah baru diapakan ibunya ini.

"Aku akan membantu mengobati lukanya", ujar giselle masuk sembari membawa kotak P3k yang dia temukan di rumah tersebut.

Giselle, mendudukkan dirinya disamping ningning. Membuka kotak tersebut, mengambil obat merah untuk mengobati jidatnya yang memar dan berdarah.

Di sisi lain, yeonjun dan soobin memindahkan jasad si boss ke luar ruangan dan menutupinya dengan selimut dari kamar. Karina duduk di kursi rias, mengamati ruang kamar tersebut.
"Karina mau menemaniku berkeliling?", Tawar yeonjun.
"Uhh boleh,, aku juga sedang tidak ada kerjaan", ujarnya seraya berdiri mendekati yeonjun.
"Aku akan stay di sini", ujar soobin.
"Tidak ada yang bertanya", sarkas karina. Soobin melirik sinis.

.

Yeonjun dan karina berjalan mengitari area dalam rumah ini, memasuki ruang per ruangan untuk mengecek dan mencari-cari barang yang sekiranya berguna.
"Apakah sungguh tidak apa-apa kita melakukan hal ini? Rasanya seperti akan merampok", ujar karina.
"Taehyun sudah memberi ijin tadi, jadi ya,,, kenapa tidak", jawab yeonjun.
"Rumah ini sangat besar, pasti mereka banyak menyimpan barang-barang berharga. Tapi yang kita butuhkan sekarang persenjataan. Taehyun bilang ada di basement. Tapi dimana pintu basement itu berada?", Jelas yeonjun panjang lebar.
"Mungkin tidak di rumah ini, apa kau tidak liat di luar masih ada satu rumah kecil di halaman depan tadi. Kita juga belum cek yang ada di halaman belakang. Atau jika kau mau, kita berpencar", tawar karina.

Yeonjun menghentikan langkahnya, memandang karina, "kenapa ide itu tidak muncul dari tadi", ujar yeonjun.
Karina memutar bola matanya malas, "oppa kau mencari di rumah kecil halaman luar tadi, aku akan menuju halaman belakang", ujar karina mendahului yeonjun.

Yeonjun lalu bergegas menuju rumah kecil yang dimaksud karina. Yeonjun membukanya, hanya ada satu kasur yang berantakan belum tertata disana. Tapi dasarnya yeonjun, dia tidak ingin melewatkan apapun. Dengan sengaja dia merobek kasur tersebut dengan pisau yang ada di ranselnya.
Mengobrak-abrik isinya yang hanya berisikan tumpukan kapuk.

Run For SafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang