Fase Satu

635 50 21
                                    


Oh, I don't know what you've been told
But this girl right here's gonna rule the world
Yeah, that's where I'm gonna be because I wanna be
No, I don't wanna sit still, look pretty

Now playing
Sit Still Look Pretty - Daya

Caleya menekuk bibir. Sudah berkali-kali dia mengumpat sebal. Harusnya hari pertamanya di SMA menjadi hari yang penting sekaligus sempurna. Namun semuanya kacau karena acaranya marathon drakor semalam bersama Bunda. Akibatnya, dia terlambat bangun tadi pagi. Apesnya lagi, jalanan kota yang macet membuatnya makin frustasi. Dia jelas bukan seseorang yang sabar.

Caleya menekan klakson motornya. Dia sekarang berada di depan gerbang sekolah yang entah kenapa sama macetnya seperti di jalan raya.

"Wooy yang depan buruan maju dong!!" Serunya tak sabaran. Sepertinya kepalanya akan berubah menjadi amoeba kalau begini, membelah diri.

"Wooyy" lagi-lagi Caleya berteriak. Menekan klaksonnya kuat-kuat. Menimbulkan bunyi bising yang bahkan sama sekali tak dihiraukan.

Merasa tak dianggap, Caleya memarkirkan motornya asal. Matanya menatap kerumunan jauh di depan. Berpasang mata melihatnya heran seakan berkata 'akhirya ada pahlawan kesiangan'

Caleya yang bertubuh kecil nyempil di tengah kerumunan. Menatap tajam apa yang terjadi di depannya. Terdapat empat mobil sport mewah terparkir sempurna di tengah jalan, dan pemiliknya berdiri berjejer menampilkan wajah sok cool seolah tebar pesona. Baik, setidaknya itu yang terlihat menurut pengamatan Caleya. Empat manusia yang semena-mena tak tahu diri. Anehnya, hanya dia yang berpikiran seperti itu. Buktinya, anak lain memandang mereka dengan kagum seolah melihat air di tengah sahara.

Caleya mendengus. "Hey!" Teriaknya lantang, tak ada aroma gentar sedikitpun. Ia maju dua langkah, tak tahu saja siapa yang sedang di hadapinya. "Lo pikir jalanan ini tempat parkir? Seenaknya aja lo parkir disini, yang lain juga mau masuk bego. Emangnya lo yang punya sekolah main parkir seenaknya?"

Yang diajak bicara hanya saling toleh dan tertawa kecil, sama sekali tak mau mengalihkan niatnya untuk tebar pesona. Salah satu cowok dengan postur yang cukup tinggi menjawab singkat. "iya" ucapnya enteng sekali, seperti menyingkirkan debu dari mantel mahalnya. Murid lain pun tak kuasa menahan gelak tawa. Caleya jadi bingung sendiri.

Ia melihat empat manusia arogan itu dengan tatapan mengintimidasi. "Oke, gue tau lo orang kaya, tapi bukan berarti lo bisa seenaknya dong. Ini sekolah bukan stage fashion show atau tempat pameran mobil! Seenggaknya kalau lo semua mau pamer tahu tempat!"

Senyum miring terbit dari cowok yang berdiri paling pojok. Ia memiringkan kepala. Sebelumnya sempat mengabsen penampilan Caleya yang nggak ada luar biasanya dari ujung kepala sampe tumit. "Lo yang harus tahu tempat, peduli sosial kan?" Caleya melotot mendengarnya.

"Seenggaknya lo harus tau tempat lo dimana, jadi lo nggak perlu repot-repot nyolot di depan kita dan kelihatan lebih bego." mereka berempat sempat tersenyum miring lalu berlalu begitu saja.

Caleya membuka mulutnya, tak habis pikir. Wah ni orang belum lihat gue tinju nih. Otaknya mulai berekspetasi bagaimana puasnya meninju wajah ke empat cowok dengan tampang sok cool itu. Namun sebelum mereka pergi, Caleya sempat melihat nametag cowok yang mengatakan hal nyelekit padanya.

Jaeden A. Lieberher.

"Oke, Jaeden gue tandain muka lo" desisnya licik.

◆◇◆


Caleya menyedot es jeruk yang tadi dibelikan Aura. Rasanya segar sekali, terlebih mereka habis dijemur ditengah terik matahari yang rasanya lebih panas dari biasanya.

ARTERI (A1- ARKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang