Fase empatpuluh delapan

154 28 37
                                    


Gue peringatin jangan ngamuk ke gue oke? Pokoknya jangan gebukin gue.

Anw, Happy Reading all!

Now if you're trying to break my heart
It's working cause you know
That should be me, holding your hand
That should be me, making you laugh
That should be me, this is so sad
That should be me
That should be me
That should be me, feeling your kiss
That should be me, buying you gifts
This is so wrong I can't go on
Till you believe
That should be me

Now playing
That Should be Me - Justin Bieber




4 Januari

Hari-hari menyedihkan Caleya ia mulai sendiri setelah ia memutuskan untuk melepas Jaeden dan menuruti permintaan cowok itu untuk kembali menjadi orang asing.

Caleya nggak mau munafik kalau dia benar-benar kacau. Sejak ia lahir sampai sekarang baru kali ini ia memutuskan untuk membuka hati kepada seorang cowok. Dan itu malah berujung sakit hati.

Caleya pikir ia nggak akan mengalami fase ini. Dikejar hutang, harus bekerja sepanjang hari, dan kini Jaeden menambah bebannya dengan mengatakan hal menyakitkan bahwa ia selama ini hanya mempermainkan Caleya. Entah lelucon apa lagi yang semesta siapkan untuknya. Bahkan Caleya ingin tertawa melihat penampakannya melalui pantulan kaca. Kantung mata tebal karena banyak menangis dan kurang tidur, serta penampilan acak-acakan. Perpaduan sangat bagus untuk definisi orang yang sedang patah hati.

Deskripsi Caleya sebagai cewek humble dan ceria seolah luntur. Kini ia lebih sering diam dan berpikir. Menghabiskan waktu-waktunya untuk melamun dan menangis. Nggak ada lagi suara tawa Caleya juga lelucon garingnya. Gadis itu berubah total, atau mungkin saja ia nggak berubah, hanya menunjukkan sisi aslinya yang selama ini ia tutupi. Terlalu sering berpura-pura membuatnya muak dan lelah.

Mobil yang ditumpangi Caleya dan Galen berhenti karena lampu merah.

"Lo yakin bakal dateng cal?" Galen mengalihkan perhatiannya dari kendali kemudi. Ia melihat Caleya khawatir karena sejak tadi cewek ber dress biru laut itu hanya duduk diam menatap jalanan lewat jendela mobil.

Caleya mengangguk pelan. Walaupun harus siap mental, dia sudah yakin dengan keputusannya. Baginya, kualitas diri seseorang tergantung pada janji yang ditepati. "Gue udah janji bakal datang len, gue cuma bakal ngasihin ini habis itu pulang." Caleya berujar lirih.

Galen mengiyakan. Mobil kembali berjalan ketika lampu lalu lintas berubah hijau. Mobil sport berwarna kuning itu kembali di selimuti keheningan. Masing-masing sibuk dengan pikirannya dendiri.

Tepat hari ini, adalah hari ulang tahun Jaeden yang ke 18. Sebenarnya Caleya tak diundang ke pesta besar itu, namun ia tetap memberanikan diri untuk berangkat karena terjerat janjinya sendiri. Setelahnya, baru ia akan benar-benar menepati omongannya untuk menjadi orang asing bagi Jaeden. Caleya nggak mau ingkar janji, lagipula Jaeden sendiri yang memberinya benang rajut untuk diberikan di ulang tahunnya yang ke 18. Cewek dengan rambut panjang digerai itu nggak peduli apakah Jaeden akan menerimanya atau tidak nanti. Ia hanya ingin urusannya selesai dan pergi jauh. Memperbaiki hatinya sendiri yang sudah nggak berbentuk.

Sepuluh menit kemudian, mobil Galen berhenti di parkiran depan restoran mewah. Disekitar sudah banyak mobil yang berjejer, menandakan tamu-tamu sudah banyak yang datang.

Galen menatap Caleya sekilas. Ia menghela napas. Cowok itu menepuk pundak Caleya. "Gue sebenarnya nggak mau lo makin sakit hati dengan datang kesini lagi, tapi apapun nanti, gue sama yang lain bakal ada buat lo." Galen meyakinkan. Caleya hanya menjawabnya dengan senyum kecut dan membuka pintu mobil. Segera keluar dari sana.

ARTERI (A1- ARKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang