Fase Sembilanbelas

206 31 10
                                    


Why is everything so heavy
Holding on...
It's so much more than I can carry
I keep dragging around what's bringing me down
If I just let go I'd be set free
Holding on..
Why is everything so heavy

Now playing
Heavy - Linkin Park ft Kiiara




Kalau bukan demi Bundanya, Caleya nggak akan sudi melakukan semua ini. Badannya terasa capek banget, cewek itu juga kurang tidur. Bagaimana tidak, setelah pulang sekolah, Caleya langsung berjibaku di kedai Bang Fadhil, setelah itu lanjut kerja Part time di salah satu rumah makan Jepang, sampai jam sepuluh malam. Sampai di rumah, dia masih harus belajar dan kadang mengemas baju-baju yang sudah di jahit Bundanya. Nggak diragukan lagi kalau badannya remuk redam.

Seseorang mendorong piring kotor dengan kasar, atau lebih tepatnya buru-buru. Ya begitulah kerja di restoran yang ramai pengunjung, semuanya harus serba cepat kalau nggak mau diomeli atasan.

Dengan cekatan Caleya langsung mencuci semuanya. Cewek itu bekerja sebagai tukang cuci piring dan bersih-bersih. dia dibayar perjam untuk itu.

Hape dikantongnya berbunyi. Gadis itu mendengus dan terus melanjutkan kagiatannya. Ia sudah kena omel beberapa kali, dan dia nggak mau kena omel lagi. Sayangnya Hapenya nggak berhenti berbunyi.

Ketimbang mengganggu konsentrasinya, Caleya memutuskan mengangkat telfon tersebut. Dia tersenyum kecil melihat nama kontak yang menelfonnya bertuliskan 'Thanos ganteng'

"Gue hubungin ntar lagi ya, gue lagi kerja." ucapnya buru-buru. Cewek itu langsung mematikan sambungan. Bersiap menerima tumpukan piring yang sudah siap dilempar lagi.

"Kalau kerja ya kerja dulu jangan kebanyakan buka Hape, kita disini butuh orang yang kompeten bukan malas-malasan!" Ucap si pembawa piring sambil menyorokkan tumpukan piring kotor dengan kasar. Caleya menunduk, soalnya kalau melawan nanti tambah diomelin.

Hatinya menggerutu. Dasar Thanos nggak tahu waktu!

◇◆◇

"Anterin Lemonade nya ke kamar saya dalam 2 menit! Saya nggak mau kalau sampai telat!"

Pelayan dengan celemek putih itu mengangguk dan langsung bergegas. Sepertinya menahan tangis.

Jaeden langsung menaiki tangga rumahnya dengan muka suram. Semua pelayan menunduk tak berani, kalau Jaeden di posisi badmood seperti ini pekerjaan mereka jadi taruhannya. Cowok itu bisa memecat siapa saja tanpa pikir panjang.

Jaeden mengangkat Hape nya lagi. Menelpon kontak bernama kucing oren alias Caleya. Tapi bukannya terjawab yang muncul malah suaranya mbak mbak operator. Padahal, kemarin kan dia sudah bilang mau belajar secara virtual tapi sekarang cewek mungil itu malah nggak bisa dihubungi.

Ia menjatuhkan pantatnya di sofa kamar.  Sore tadi cowok itu sudah exited menyiapkan materi, tapi sekarang malah nggak jadi. Karena itulah satu rumah jadi berasa menegangkan kayak pressure test di master chef karena Jaeden yang marah-marah nggak jelas.

Pintu berderit terbuka. Jaeden nggak berniat menoleh. "Kamu kelamaan! Saya keburu nggak haus!"

"Jaeden"

Cowok itu menoleh, terkejut melihat Papanya ada di depan pintu.

"Papa, bukannya seharusnya masih di Singapura?"

Papanya nggak menanggapi, ia melihat jam tangan ber-merk ternama yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Papa tunggu di bawah dalam 15 menit." titahnya sama seperti Jaeden menyuruh pelayan tadi. "Pakai pakaian rapi, kita mau bertemu orang penting."

ARTERI (A1- ARKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang