Fase Tigapuluh

191 32 37
                                    


Fase ini mengandung kerecehan gw, maklumin kalau nggak mencapai humor kalian karena humor gue rendah..

Anyway Happy reading!

Like a river flows
Surely to the sea
Darling, so it goes
Some things are meant to be
Take my hand
Take my whole life too
For I can't help falling in love with you

Now playing
Can't Help Falling in Love - cover by Alexandra Porat


"Pagi miskiin!"

Sapaan Jaeden yang cuma kelihatan kepalanya dari jendela mobil itu membuat Caleya mengerang keras. Kalau ia dididik dengan tidak beretika pasti cewek itu sudah melempar wajah Jaeden yang mengejek tanpa dosa itu dengan kerikil jalanan.

"Lo kalau mau sekolah, berangkat aja kenapa sih?! Pagi gue jadi suram gara-gara lihat lo!" teriak Caleya. Tak peduli dengan pengguna jalan lain yang melihatnya heran.

Pagi ini benar-benar pagi yang apes bagi Caleya. Setelah terburu-buru sampai lupa membawa bekal makanan, ia harus menuntun motor kesayangannya karena ban motornya bocor. Mana sekarang ditambah muka menyebalkan Jaeden yang mengejeknya tanpa dosa.

"Ban lo kempes ya? Kasian.." ejeknya lagi.

Sialan, Caleya merasa terprovokasi. Sekarang Caleya bagaikan burung berwarna hitam di Angry Bird yang segera meledak karena emosi. Padahal baru tiga hari yang lalu Caleya dibuat senyum-senyum nggak jelas oleh Jaeden,  dan sekarang cowok itu kembali ke sifat asalnya. Tengil nan menyebalkan.

"LO BISA DIEM NGGAK SIH?!!" teriakan Caleya membuat Jaeden tertawa lebar. Pak Hamid juga tersenyum di belakang kemudi.

"Hahaha, padahal gue mau nawarin bantuan, kalau lo mau numpang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hahaha, padahal gue mau nawarin bantuan, kalau lo mau numpang.."

Caleya terus memaki sambil menuntun sepeda motornya.

"Tapi lo kelihatan nggak berminat masuk mobil mewah gue,"

"Ya ya, lucky you karena gue emang nggak berminat. Karena kalau gue mau, mobil mewah lo bisa meledak dalam sekali sentuhan tangan gue, lo juga sekalian! Muka lo udah kayak titisan fir'aun!!"

Pak Hamid dan Jaeden kompak tertawa. "Yaudah kalo nggak mau, selamat nuntun motor sampai ke sekolah, miskin.."

"Anjritt loo!! Gue doain lo kena azab!! Gue doain lo jatuh ketimpa kuda nil!!"

Jaeden menyemburkan tawa mendengar makian yang masih bisa di tangkap oleh telinganya. Cowok itu melirik wajah kesal Caleya dari kaca spion.

"Pepet terus tuan, sampai mampus." goda Pak Hamid.

Jaeden menetralkan ekspresinya. "Apa sih, biasa aja kok." jawabnya sok cool.

Pak Hamid hanya mampu geleng-geleng kepala.

ARTERI (A1- ARKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang