And you make me so mad, I ask myself
Why I'm still here, or where could I go
You're the only love I've ever known
But I hate you, I really hate you
So much I think it must be
True love, true loveNow playing
True Love - Pink
Ruangan dengan ukuran 12x8 meter itu hening setelah sebagian murid yang ikut mentoring pulang. Hanya ada beberapa dari mereka yang memilih menunggu hujan reda dulu ketimbang basah-basahan. Termasuk Caleya yang sekarang sibuk memotret tumpukan buku dan bekas belajarnya yang ditata sedemikian rupa untuk dijadikan Instastory. Caleya sebenarnya oke-oke saja kalau harus menerobos hujan, karena cewek itu suka sekali sama hujan, main hujan-hujanan adalah hal favoritnya. Namun, hari ini dia pulangnya nebeng abangnya Kalila.
Motornya di service jadi dia tadi di antar sama Bunda, dan pulangnya dia memutuskan untuk nebeng abangnya Kalila saja, karena jam pulangnya sama dan Kampus abangnya Kalila sejalan dengan Antariksa High School.
"Lo ngehabisin banyak waktu dengan fota-foto nggak jelas gitu cal," Ucap Jaeden yang entah dapat hidayah dari mana cowok itu masih stay didepan Caleya. Sedari tadi dia nggak banyak omong, mungkin dia masih marah soal kejadian tadi pagi. Caleya juga tak mau ambil pusing soal itu.
Caleya mendongak. Tak berniat mengatakan apapun. Dia melanjutkan aksinya.
"Mending di waktu luang itu lo pakai buat baca buku atau mengulang materi!" Ketus Jaeden.
"Kalau lo cuma nge foto-foto buku lo, yang penuh nanti memori Hape lo bukan otak lo!"
Caleya berdecak.
"Lo berisik banget sih! Kalau nggak betah disini pulang aja, jangan ganggu ketenangan gue!" suara cempreng Caleya terdengar dongkol.
"Lagian sekarang lo juga ada di waktu luang, lo juga nggak baca buku tuh"
Jaeden merusak tatanan kertas dan buku Caleya yang hendak di foto. "Nilai gue kan nggak perlu di selamatin."
Tatapan Caleya berubah kesal. "Yaudah, tadi kan juga udah belajar! Gue tuh butuh healing! Kalau nggak ntar rambut gue jadi kayak medusa."
Jaeden tertawa kecil. "Rambut lo juga udah mirip-mirip sama punyanya medusa, bedanya kalau punya medusa itu ular kalau lo kutu." ejeknya menekankan pada kata 'kutu'.
"Sianjir! Lo dulu lahir belom sempet di adzanin ya?"
Jaeden tertawa lebar. Caleya sempat terpana beberapa saat sebelum menepuk pipinya untuk kembali sadar. Tu cowok kelihatan lebih ganteng kalau ketawa, mana dari deket.
"Rambut gue terawat kok, bagus." Ia mengolak-alik rambutnya yang diikat separuh pakai pita merah.
"Gue nggak percaya sih lo bisa ngerawat rambut." Ia gemas sendiri melihat Caleya yang berusaha mengecek rambutnya.
"Ih gue keramas dua hari sekali, gue juga pakai conditioner, gue juga diem-diem ambil vitamin rambutnya Bunda juga kok! Yakali gue kutuan!"
Jaeden tertawa lagi. Padahal kan Jaeden cuma bercanda, kenapa Caleya paniknya beneran?
"Mana biar gue yang lihat"
Caleya mendelik. "Tangan lo nggak higienis!"
Karena gemas cowok itu mengacak rambut Caleya yang lembut. Rambut rapi cewek itu jadi awut-awutan. Pita yang tadi mengikat rambutnya juga merosot.
Caleya jadi membeku sesaat. Asli, bingung banget sama tingkah laku Jaeden yang tiba-tiba kayak gini.
Takut Caleya berpikir yang aneh-aneh, Jaeden mendorong kepala Caleya sampai kepala nya mendongak. "Tuh kan beneran cal, kutu lo nempel di tangan gue!" ejeknya. Nggak mau kalau Caleya sampai tahu kondisi hatinya yang sedang euforia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTERI (A1- ARKA)
Fiksi Remaja[Jaeden Martell FanFiction] Kehidupan SMA menyenangkan Caleya Stephanie Faraish sirna setelah cowok bernama Jaeden Arka Lieberher dan ketiga antek-anteknya dengan sengaja menempelkan red card sialan di pintu lacinya. Pasalnya,siapa saja yang mendap...