Fase Enampuluh

167 27 29
                                    

Please, don't fall apart
I can't face your breaking heart
I'm trying to be brave
Stop asking me to stay
I can't love you in the dark
It feels like we're oceans apart
There is so much space between us
Baby, we're already defeated
Ah-yeah-yeah-yeah-yeah-yeah-yeah-yeah
Everything changed me

Now playing
Love You in the Dark - Adele





"Apa kabar, Caleya..?" sapa Jaeden yang kini menatapnya dengan tatapan sendu.

Bibir Caleya terasa kelu. Cewek berambut panjang itu tak dapat memikirkan respon apapun selain berlari. Otaknya kosong melompong, seolah hal yang terjadi padanya saat ini adalah mimpi.

Ya, ini memang mimpi.

Mimpi yang Caleya sendiri tak bisa mengklasifikasikan akan masuk ke kategori mimpi yang baik atau buruk. Secara sengaja, cewek itu menarik kasar tangannya yang digenggam Jaeden. Matanya masih tak lepas dari laki-laki dihadapannya, namun langkah Caleya yang kian mundur membuat Jaeden menerbitkan ekspresi bingung di wajahnya.

"Cal, please.." Jaeden meraih tangan Caleya lagi, kini ia merubah posisi tubuhnya menjadi berdiri.

"Mau apa lo kesini?" tanya Caleya yang terlontar dengan nada lebih sinis dari perkiraannya. "Apa yang lo mau dari gue?"

Jaeden terdiam. Sorot matanya redup mendengar penuturan Caleya.

"Ada apa cal?" Rio dan Kinara mendekat. Melihat ekspresi Caleya yang terguncang, keduanya jadi menatap Jaeden curiga.

Caleya menggeleng, ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan. "Nggak ada apa-apa, gue cuma nggak enak badan tiba-tiba." tubuh Caleya berbalik. Bukannya ia tak mau menghadapi Jaeden, tapi reaksinya barusan muncul begitu saja, secara alami tanpa bisa ia kendalikan.

"Caleya gue mohon.. "

"Sekali ini aja, lo nggak bisa hidup dalam kesalahpahaman.."

Ucapan Jaeden membuat langkah Caleya terhenti. Ia menoleh, pandangannya bertemu dengan sorot sendu milik Jaeden. Cowok itu benar-benar memohon.

Caleya menatap Kinara sekilas. Cewek itu pasti sudah mengerti apa yang Caleya hadapi, hanya dia yang tahu secara detail cerita Caleya.

"Di tempat lain, jangan disini.." putus Caleya.


◇◆◇


Jujur saja, kalau ditanya apakah dia merindukan Jaeden, pasti Caleya akan menjawab iya. Ia tidak mau munafik soal itu. Lima tahun hilang kontak bukan berarti perasaan itu sudah berubah. Semuanya masih sama seperti dulu, tidak ada yang berubah soal perasaannya pada Jaeden.

Tapi, perasaannya yang tidak berubah, bukan berarti pemikirannya masih sama seperti dulu. Caleya bukan lagi anak SMA yang ceroboh mengambil keputusan tanpa pikir panjang, cewek itu kini sudah berusia duapuluh tiga tahun. Ia sudah dewasa. Caleya memang ingin bertemu dengan Jaeden, tapi ia sadar pertemuan mereka akan membawa bencana, maka akan lebih baik bagi Caleya untuk menghindar daripada menghadapi laki-laki itu, atau ia akan butuh lima tahun lagi untuk memperbaiki hatinya yang hancur.

Lima tahun berpisah dari Jaeden menyadarkannya dari ekspetasinya yang begitu tinggi. Ekspetasi kala ia masih dengan naifnya menganggap semua hal mungkin terjadi, termasuk berlangsungnya hubungannya dengan Jaeden. Gadis itu mulai sadar bukan seperti ini dunia bekerja. Kehidupan tak hanya bergantung soal cinta. Faktanya, ia yang Jaeden memang terlalu bertolak belakang untuk disandingkan.

Caleya memang sayang, tapi bersama Jaeden itu hal yang tidak mungkin, dan Caleya sadar akan itu. Ia hanya terlalu takut untuk patah lagi.

Angin sepoi-sepoi khas pinggir pelabuhan mengibarkan rambut Caleya yang terurai bebas. Langit sore yang mulai berubah menjadi jingga harusnya menjadi pemandangan romantis yang menenangkan. Tapi tidak bagi Caleya dan Jaeden saat ini. Keduanya mengunci mulut dengan hati yang sama-sama kalut.

ARTERI (A1- ARKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang