Fase Duapuluhdua

213 27 25
                                    


I'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman got nothing on me
I'm only one call away

Now Playing
One Call Away - Charlie Puth



Caleya meneguk salivanya susah payah setelah namanya disebutkan dalam daftar siswa yang harus ikut remedial dalam kuis Kimia.

Ia menjatuhkan kepalanya dramatis. Aura yang duduk di depannya mengelus kepala Caleya seolah memberi semangat.

"Padahal gue udah belajar mati-matian ra.." Keluhnya.

"Apa gue emang ditakdirin bego ya.."

Aura menepuk-nepuk kepala Caleya. "Semangat dong cal, mungkin lo jawabnya kurang bener aja kemarin.."

Caleya berdecak. "Aishh! Sama aja! Jawaban gue salah!"

Cewek berkacamata di depan Caleya itu tertawa kecil. "Tapi yang penting lo udah berusaha cal, besok lagi berarti lo harus lebih giat lagi"

Caleya menganggukkan kepala. Proses belajarnya agak terganggu belakangan ini karena kehidupan sekolahnya kembali dapat banyak gangguan karena statusnya yang kini berubah jadi 'pacarnya Rega'.

Ya, sejak kencan pertama dua minggu lalu, dia resmi pacaran sama Rega. Jangan tanyakan bagaimana bisa, soalnya Caleya sendiri juga masih bingung kenapa semudah itu menerima Rega. Padahal bisa dibilang Caleya itu masih bingung dengan perasaannya sendiri.

Ya dia memang suka sama Rega, tapi menurutnya rasa suka itu belum sampai fase cinta. Caleya belum merasakan perutnya berasa kayak ladang kupu-kupu atau rasa berbunga-bunga seperti normalnya orang jatuh cinta yang tertulis di novel romansa yang ia baca. Caleya malah merasa hubungannya dengan Rega itu hampir sama kayak hubungannya dengan Bang Fadhil.

Entahlah, Caleya nggak tahu. Kalau memikirkan itu rasanya Caleya jadi bersalah sama Rega karena menyembunyikan perasaan yang sebenarnya ia rasakan.

"Cal, kok lo ngalamun sih?!" Aura hendak mencolok mata Caleya pakai pensil.

Caleya mengusap wajah polosan tanpa make up nya kasar. "Kalau gini gue jadi kangen sama Jaeden." Ucapnya membanting stir pikiran. Aura ternganga dibuatnya.

"Maksud gue, gue tu ngerasa terbantu waktu ada si Jaeden. Galak-galak gitu dia enak jelasinnya. Nggak kayak Bu Galuh." Jelas Caleya menutup asumsi ngawur di kepala Aura.

Aura melipat tangannya di atas meja. Sepertinya jam terakhir, yaitu jam seni budaya kosong hari ini. "Jaeden beneran nggak ada kabar sejak nelfon lo waktu itu?"

Caleya mengangguk. "Beberapa hari lalu gue tanya sama Keenan, katanya dia Jaeden nggak papa sih,"

"Tapi sampai dua minggu nggak masuk sekolah. Gila ya, dia pasti lagi enak-enakan di rumah. Padahal disini gue kesusahan belajar."

"Tapi cal, waktu minggu pagi itu dia dijemput sama bodyguard-bodyguard gitu."

Caleya tak memberi jawaban. Ia teringat dengan cerita Jaeden kepadanya dulu. Tentang bagaimana kehidupan aslinya. Entah kenapa cewek itu mendadak risau.

"Kalau lo butuh mau belajar, lo nimbrung belajar sama gue juga nggak papa cal, ntar biar gue bilang ke Bian belajarnya di ruangan aja." Ucap Aura iba dengan kondisi nilai Caleya yang komplikasi. Selama ini dia dan Bian, partnernya biasa belajar di luar ruangan.

"Oke deh, lumayan buat sementara selama Jaeden nggak masuk." Putus Caleya kemudian kembali pada lamunannya setelah Aura membalikkan badan dan fokus pada tugas di papan tulis yang ditinggalkan Bu Novica karena nggak bisa mengajar.

ARTERI (A1- ARKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang