Fase Empatpuluh tujuh

154 27 24
                                    

Aduu gimana ya, pokoknya wajib vomment! Kalau nggak, nanti nggak jadi dijemput Hagrid.

Happy Reading!


And I get the feeling that you'll never need me again
What am I now? What am I now?
What if you're someone I just want around
I'm falling again, I'm falling again, I'm falling
What if I'm down?
What if I'm out?
What if I'm someone you won't talk about?
I'm falling again, I'm falling again, I'm falling

Now playing
Falling - Harry Styles





31 Desember

Kalau saja isi pikiran Caleya bisa dibedah, maka separuh lebih bagian pikiran itu adalah tentang Jaeden. Tentang perubahan sikap yang drastis pada cowok itu, dan tentang kembali munculnya masalah masa lalu, Raniya. Caleya nggak tahu mekanismenya ilmiahnya bagaimana, tapi saat ia mendengar nama Raniya disebut, yang muncul di otaknya adalah kenangan waktu dirinya dibully habis-habisan oleh murid satu sekolah karena dituduh menyebarkan foto Jaeden dan Mamanya serta dirinya di rumah Alexa.

Walau identitas Marisa tak jadi terusut waktu itu, karena Antoni memberi berita pengalihan, tapi hal itu masih menimbulkan kecurigaan di mata masyarakat. Terutama para pesaing bisnis yang berlomba-lomba menjatuhkan perusahaan swasta terbesar se Asia Pasifik itu. Apalagi saat ini Lieberher company sedang diisukan dalam kondisi krisis karena beberapa usaha mikronya nyaris bangkrut. Hal ini membangkitkan kecurigaan lama sekaligus nama Caleya. Cewek cantik berambut panjang se pinggang itu kembali disebut-sebut.

"Nih cal, gue pikir ilang, ternyata masih ada di lemari dalem.." Bang Fadhil menyodorkan totebag warna hitam dengan motif polkadot putih miliknya yang tertinggal di kedai Bang Fadhil.

"Thanks bang.." Caleya tersenyum kecil. Setelahnya Bang Fadhil kembali dengan aktivitasnya membereskan kedai karena tahun baru ini ia dan keluarga akan pulang ke Palembang.

Caleya membuka isi totebag itu. Hatinya berasa diiris melihat note kecil di dalamnya. Caleya menghapus air matanya cepat. Ia nggak mau menye-menye terus-terusan, walau aslinya sakit juga rasanya mengingat apa yang Jaeden dan Raniya bicarakan waktu di kafe tempo hari.

Walau begitu, cewek itu belum putus harapan. Selama ia belum mendengar Jaeden nggak suka lagi dengannya dari mulut Jaeden sendiri, ia nggak akan pernah mundur. Caleya yakin Jaeden pasti punya alasan untuk semua ini.

Selesai dengan note, Caleya mengambil rajutannya yang belum selesai. Entahlah, mungkin ia terlalu sibuk kerja untuk menuntaskan rajutan setengah jadi itu. Tapi yang pasti, rajutan itu akan segera selesai karena Jaeden mau syal ini menjadi hadiah ulang tahunnya yang ke 18, sesuai dengan isi note yang ia tulis sendiri.

"Jangan dipelototin gitu cal, ntar syal nya takut sama lo.." Peringat Bang Fadhil. Di kedai hanya ada mereka berdua, karena Kalila dan Aura memilih untuk sepedaan ke taman kota terus jajan-jajan dibanding membantu Bang Fadhil mengemasi barang-barang di kedai, dengan alasan "gue kemarin udah bantuin". Kadang mereka berdua memang pegawai laknat.

Caleya tersenyum samar. "Lo bakal stay di Palembang berapa hari bang?" Tanya Caleya mengalihkan topik pembicaraan.

Bang Fadhil duduk di depan Caleya. Ia menyapukan pandangn ke kedai mini tempatnya berusaha. "Entahlah, mungkin sampai akhir Januari gue baru balik ke sini."

Caleya mencebik. "Lama banget.." keluhnya. "Jadi kedainya juga bakal libur sebulan lebih dong?"

Bang Fadhil mengangguk. "Nenek gue udah tua cal, sering sakit-sakit plus kadang manja. Kemarin dia minta ditemenin anak cucu buat quality time gitu, jadi ya diturutin aja sih biar seneng.."

ARTERI (A1- ARKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang