Pain is just a consequence of love
I'm saying sorry for the sake of us
He wasn't my everything 'til we were nothing
And it's taken me a lot to say
And now that he's gone, my heart is missing something
So it's time to push my pride away
'Cause you are, you are, you are my everything
You are, you are, you are my everythingNow Playing
My Everything - Ariana GrandeBagi Jaeden lima tahun bukan waktu yang cukup untuk menyembuhkan trauma masa lalunya. Pasca kepergian Caleya dan Mamanya, roda kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat. Setelah sempat merasa kehidupannya mulai membaik, lagi-lagi ia dihadapkan dengan kenyataan pahit yang membuatnya meragukan kepantasannya untuk hidup di dunia. Rasa sesak seolah menjadi temannya setiap malam, bedanya, kali ini ia tidak punya arterinya, tak ada orang lain yang bisa ia harapkan untuk datang mengusir semua gundah dan sesaknya. Jaeden harus menyembuhkan semua itu sendiri. Hingga suatu waktu, Jaeden sadar, cara terbaik untuk sembuh dari trauma masa lalu adalah berdamai dengan masa lalu itu sendiri. Ia tak mungkin bisa menghilangkan kenangan buruk itu karena itu juga merupakan bagian dari hidupnya. Satu-satunya cara adalah berdamai, menerima semuanya.
Perlahan-lahan hidup cowok itu mulai tertata. Hal ini juga karena tanggung jawabnya sebagai pemimpin perusahaan yang baru walau perusahaan itu belum sepenuhnya jatuh ke tangannya. Jaeden bukan orang yang akan lari dari tanggung jawab, ia tidak seperti Papanya. Sore itu, dengan sepenuh hati ia menandatangani berkas yang diberikan oleh Pak Hamid, dan setelahnya, resmi sudah seluruh saham perusahan berubah atas nama dirinya.
Lima tahun berlalu, cowok itu sudah berubah. Reputasinya makin tinggi, cara pikirnya pun berubah juga sikapnya, tapi tidak dengan hatinya. Ia masih Jaeden yang sama yang merindukan senyuman manis Caleya, yang merindukan segala omelan dan sifat keras kepala gadisnya, yang merindukan pelukan menenangkannya. Nama itu tak pernah sirna dari hatinya, ia menetap disana, dan Jaeden yakin hal itu akan berlaku selamanya.
Walau Jaeden tak melanjutkan pencariannya, harapannya pada Caleya tak pernah pupus. Ia selalu yakin kalau Caleya juga merindukannya di luar sana, menantikan pertemuan mereka. Namun keyakinannya itu hancur saat kemarin sore Caleya menolaknya. Mengatakan kalau semua sudah tak sama seperti dulu.
Harapan Jaeden hancur. Ia ingin menolak percaya. Namun bukan hal yang tidak mungkin bagi Caleya untuk move on darinya, mengingat hal apa saja yang sudah ia perbuat pada Caleya dulu. Jaeden tak bisa memaksakan diri, Caleya punya kehidupan yang ia inginkan. Kebahagiaan yang mungkin cewek itu tak akan temukan bila bersamanya. Caleya benar, Jaeden terlalu egois dengan meminta Caleya tetap bersamanya.
Kata-kata Arkan kembali bergema di telinga Jaeden, apa gunanya kalau Caleya tetap tak bahagia walau bersamanya? Satu-satunya hal terpenting adalah kebahagiaan Caleya.
Jaeden melempar senyumannya ke arah jalanan, tatapan sendunya tertuju pada sekumpulan remaja berseragam SMA yang saling bergandengan dan bermain-main. Baginya, hidup dengan kenangan indah saat bersama Caleya dulu sudah cukup. Ia sudah merasa beruntung Caleya bersedia hadir membawa kenangan baik di hidupnya diantara banyaknya kenangan buruk di memori.
"Maaf kalau lama soalnya tadi masih meeting.." Ujar seorang laki-laki yang hanya mengenakan kemeja putih dan celana hitam formal.
Jaeden mendongakkan kepala, senyumnya terbit menyambut si lawan bicara. "Santai aja ga, gue juga nggak lagi sibuk.."
Rega menyalami Jaeden. Sudah lama mereka tak bertemu, dan cowok itu tiba-tiba dikejutkan dengan pesan Jaeden yang tiba-tiba ingin bertemu dengannya. "Gimana kabar lo jae?"
"Ya gini, kayak yang lo lihat.."
Rega melengkungkan bibir. "Ada apa BTW kok tiba-tiba ngajak ketemuan?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTERI (A1- ARKA)
Teen Fiction[Jaeden Martell FanFiction] Kehidupan SMA menyenangkan Caleya Stephanie Faraish sirna setelah cowok bernama Jaeden Arka Lieberher dan ketiga antek-anteknya dengan sengaja menempelkan red card sialan di pintu lacinya. Pasalnya,siapa saja yang mendap...