Fase Empatbelas

224 35 6
                                    


Hey, I just met you and this is crazy
But here's my number, so call me, maybe

Now Playing
Call Me Maybe - Carly Rae Jepsen


Diantara enam hari dirinya masuk sekolah, Caleya paling suka dengan Hari Kamis. Hari dimana dia bisa bebas pecicilan karena di hari itu terdapat pelajaran penjas orkes. Selain itu, pelajaran olahraganya barengan dengan kelas 10 IPS 2 yang katanya gudangnya cogan. Lumayan kan sekalian cuci mata.

Namun berbeda dengan hari ini, Caleya agak nggak mood dengan pelajaran. Soalnya, yang seharusnya dia praktek renang, nggak jadi karena kolam pribadi Antariksa International High School sudah dipakai praktek A four duluan. Dia yang sudah antusias jadi tiba-tiba nggak mood ngapa-ngapain.

"Cal tangkap bolanya!" Seru Suzie sambil melempar bola basket ke Caleya secara tiba-tiba. Beruntung ia memiliki reflek yang bagus, kalau tidak wajahnya yang sedari tadi tertekuk tambah memerah kena bola.

Setelah memasukkan bola ke ring lawan, cewek itu meneduh. Entah kemana si Aura tadi, perasaan bilangnya mau ke kamar mandi tapi malah nggak balik-balik.

"Cal, mau main lagi nggak?" Tanya Steven, si ketua kelas.

"Ayo Cal, kalau lo nggak main kita kurang orang." Tambah Vino, teman Steven yang menurutnya paling ramah waktu di kelas.

Caleya tampak berpikir dan kemudian mengangguk. "Okedeh."

Cewek itu kembali ke lapangan, bergabung bersama timnya yang rata-rata cowok. Yang cewek cuma dia sama Suzie. Maklum saja, Caleya memang agak nggak disukai oleh kebanyakan murid cewek Antariksa.

Dengan lincah, Caleya berhasil memasukkan kembali bola basket ke ring lawan. Membuat Jizca dan kawan-kawannya yang takut kepanasan jadi berdecih sebal. Kalau soal basket, skill Caleya jangan ditanyakan lagi. Dia dulu kan sering main basket bareng abangnya Kalila dan Papanya.

Steven menepuk bahu Caleya. "Nggak nyesel gue masukin lo ke tim"

"Iya Cal, lo lincah banget kayak belalang, cepet banget lompat sana-sini."

Caleya merenges. Tersenyum bangga. Sudah biasa baginya dapat pujian seperti itu.

"Thanks lhoh, gue emang suka sama basket." Jawab Caleya.

Pak Danang, guru olahraganya yang masih muda itu kembali meniupkan peluit. Pertandingan dimulai lagi. Kali ini Caleya lebih semangat karena mendapat pujian dari kedua teman satu timnya tadi. Beberapa anak kelas 10 IPS 2 yang sudah lebih dulu ditinggal gurunya juga tampak tertarik untuk melihat permainan. Beberapa di antara mereka meneriakkan nama Caleya.

"Semangatt Caleya!!" Teriak seseorang. Dirinya merasa tak asing dengan suara itu. Ia menyempatkan diri menoleh untuk melihat siapa yang berteriak. Ternyata Galen dan kawan-kawan. Caleya nggak terlalu memikirkannya, dia malah mengacungkan jempol. Hubungannya dengan Galen, Keenan, Noah sudah tak seburuk dulu-dulu, sebab mereka benar menepati omongannya untuk menjadi teman Caleya. Dan sejauh ini mereka memang teman yang baik.

Namun beda lagi kalau yang meneriakinya Jaeden. Soalnya, bukannya membaik, hubungannya dengan Jaeden makin memanas. Terlebih fakta yang baru Caleya ketahui sejak satu minggu yang lalu kalau Jaeden itu pintar sekali menghina orang. Ralat, sejak dulu sebenarnya. Tapi Caleya baru ngeh baru-baru inu.

"Caleya tali sepatu lo copot!" Seru Jaeden. Caleya reflek melihat sepatunya. Masih rapi kok, nggak ada yang copot. Sianjir, Jaeden ngerjain gue lagi. Benak Lea berbicara.

Apesnya, saat kembali menatap ke depan wajahnya langsung disambut oleh bola yang di passing oleh temannya. Caleya terjengkang. Ia memegangi wajahnya yang panas. Hidungnya juga mengeluarkan darah. Murid-murid di sekitar lapangan tertawa terbahak, termasuk Jaeden.

ARTERI (A1- ARKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang