Tragedi

949 47 0
                                    

Kayla POV

Setelah bersiap untuk berangkat ke kantor, aku turun ke bawah untuk sarapan. Di meja makan sudah ada Ayah Bunda, juga Kevin yang menunggu.

"Sayang. Ayo sini sarapan dulu." Ayah memanggilku.

"Iya Nak, ayo. Kevin biar sama Bunda ke sekolahnya. Bunda juga mau jalan ke butik hari ini. Satu jalur kan." kata Bunda.

"Key, apa Ayah bisa minta tolong kamu?"

"Apa itu Yah? Key pasti tolong lah."

"Apa Kamu bisa menghadiri meeting menggantikan Ayah di Marinka Hotel. Ayah merasa tidak enak badan dari semalam."

"Ayah pasti kelelahan karena perjalanan dari Swiss kemarin. Nanti Key yang akan menghadiri meeting itu Yah.."

"Kayaknya memang seperti itu Key. Ayah sudah menyiapkan materi di meja ruang tamu. Presentasinya tentang pembangunan resort di Labuan Bajo."

"Lusa ada survey disana. Ayah sudah pesan tiketnya. Karena ayah tidak sehat, kamu dan Felicya yang akan kesana."

"Iya Yah. Key sudah selesai habis ini Key langsung ke Marinka Hotel. Kevin sayang, jangan bandel loh kalau bunda nggak ada. Dengarin apa kata Oma Opa. Kalau orang yang lebih tua bicara, di dengarin yah Nak. Ingat pesan Bunda. Jangan bandel. Oke kesayangan? Janji sama Bunda." Kevin memberikan jari kelingkingnya dan menggaitnya dengan jari kelingkingku.

"Oke sayang." aku mencium dahinya dan memeluknya.

"Kevin jaga diri. Kalau tetap ingat kata kata Bunda yah."

Aku merasa berat hati harus pergi meninggalkan Kevin. Padahal aku tak kemana mana. Hanya di dalam Jakarta saja. Hanya saja jaraknya agak  jauh dan harus melewati hutan untuk pergi ke tempat itu.

"Ayah, Key Pamit yah, Bun. Key titip Kevin."

"Iya Nak. Kamu tidak usah khawatir dengan Kevin. Bunda sama Ayah pasti jagain dia Kok. Sebentar Bunda langsung suruh supir tungguin sampai pulang.

"Iya Bun. Yah. Dah sayang." aku beranjak dari ruang makan lalu mengambil berkas berkas Ayah dan langsung pergi.

Author POV

Cleo benar benar marah dengan Devan. Devan belakangan ini jarang berada di rumah dan meninggalkan dirinya yang sedang lumpuh tak berdaya itu.

"Devan benar benar keterlaluan. Aku lagi sakit begini, bukannya di jagain malah sibuk sama Irish dan anak anaknya. Kemarin pakai alasan cucunya ulang tahun. Ehh, sekarang malah anaknya mau nikah."

"Ngesalin bangat sihh! Mentang mentang aku sudah lumpuh begini, main di tinggal aja. Mana Sasya juga nggak bisa di andalin." Cleo terus mengomel tak henti.

"Syaaa!! Sasyaa!!" dia memanggil Sasya.

"Iya Mah... Apa sih? Sasya ini sibuk Mama nggak bisa diam? Di rumah ini banyak pengawal, banyak pembantu. Panggil saja mereka. Mengapa harus aku?"

"Kurang ajar kamu! Masa iya, Mama mau curhat harus sama mereka?"

"Oh gitu yah?"

"Nggak. Nggak gitu.. Sudah tau malah nanya!"

"Lah, Mama kok main marah aja. Udah buru, Mama mau bilang apa. Syukur di dengarin."

"Oh.. Bagus kamu. Sudah berani sama Mama?" Cleo naik darah.

"Yah maaf Mah. Mama sih nggak buruan ngomong."

"Ini Mama mau bicara kamu potong terus. Makanya diam!"

"Iya iya..  Ada apa Mamaku yang cantik?"

"Lama lama Mama kesal sama Papa kamu."

"Mama pikir Mama aja yang kesal sama Papa. Sama Sasya jugaa. Minta uang aja nggak di kasih. Mama juga nggak di kasih kan?."

"Uang aja yang ada di pikiran kamu. Mama ini kesal karena dia terus meluangkan waktu bersama Irish dan anak anaknya! Kamu cari ide gimana Kek, biar dia nggak pergi lagi ke mereka."

"Soal itu? Sasya dengar dengar, Karin
mau nikah yah? Ya udah sih. Bentar lagi juga Papa akan pulang. Tapi Mama tenang aja. Aku, Michelle dan Rasty istrinya Satria. Kita sudah punya rencana yang cemerlang. Dan pastinya nggak akan ada yang tau kalau yang lakuin itu adalah kita."

"Apa? Jadi apa rencana kalian? Mama jadi penasaran."

"Kasih tau nggak yaaahh.. Udah deh. Nanti bentar lagi juga Mama tau sendiri. Udah dulu Mah. Dahh." Sasya berjalan keluar kamar dan bergegas menemui kedua rekan kerjanya itu.

Kayla POV

Hampir setengah jam aku melaju dengan mobilku. Memasuki hutan kawasan hutan, tepat di dekat sebuah gedung tua, mobilku rasanya menabrak sesuatu.

"Astaga. Apa yang aku tabrak?" aku bergegas turun dari mobil dan memeriksa sekeliling.

Dan ternyata, tak ada apapun di sekeliling tempatku berhenti.

"Astaga. Syukurlah aku tidak menabrak apapun." Drrrttttt!! Dering ponsel mengagetkanku. Nama Felicya tertera di layar.

"Hallo Bu, Ibu sudah di mana?"

"Saya sudah jalan ke Marinka Hotel Fel. Sekarang saya sudah di depan gedung yang sudah tidak di gunakan di hutan dekat Marinka Hotel. Apa kamu sudah di sana?"

"Yah, saya masih di kantor Bu, saya pikir Ibu akan mampir dulu ke sini."

"Astaga. Yasudah. Kamu tunggu saja di situ. Saya akan putar balik. Ini juga belum jauh."

Aku mengakhiri panggilan dan masuk kembali ke mobil dan putar balik kembali ke kantor.

Author POV

Kayla menyetir dengan kecepatan tinggi sambil sesekali melirik jam tangannya.

"Aduh. Hampir jam 9. Felicya ini bagaimana. Seharusnya dia duluan saja. Kalau telat, nggak enak lah sama client." Kayla menggeleng geleng kepala dengan wajah kesal.

Sampai di sana, saat hendak memarkirkan mobilnya, rem mobil tak lagi berfungsi.

"Oh Tuhan. Ini sebenarnya ada apa? Rem nya rusak?" Kayla yang panik setengah mati, kaget dengan anak anak dengan seragam merah putih yang hendak melintas membanting setir ke kiri dan menabrak beberapa mobil yang sedang terparkir di situ.

BAAAMM!! Semuanya hancur. Mobil yang di kendarai Kayla yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak mobil di depan dan terpental melewati 3 mobil di sebelahnya.

"Arrgghh! Kevinn.. Maafkan Bunda Nak.. Mama maafkan... Kayla. Satria... Aku........ Sayang sama.. Kamu." Ucapan terakhir dari bibir mulut Ibu Muda itu sebelum akhirnya menutup mata.

Garis Hidup KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang