Perubahan

6.9K 331 0
                                    

Author POV

Sekarang, tidak ada lagi Kayla yang ceria, Kayla yang selalu tersenyum, sekarang hanyalah seorang gadis muda yang rapuh, dan penuh dengan dendam terkurung di sebuah ruangan gelap. Tempat tidur yang berantakan, lantai yang di penuhi tissue dan pecahan benda kaca, tirai jendela yang tak pernah dibuka.
Terlihat seorang gadis duduk di sudut ruangan tersebut. Dengan wajah tirus, kantung mata yang membengkak, bibir pucat tanpa warna, rambut kusut, badannya yang kurus, siapa dia? Kalau bukan Kayla Fernandez! 1 tahun lebih dengan keadaan seperti ini. Saat kedua sahabatnya datang, dia mengusir mereka dan tak pernah ingin bertemu mereka. Yang hanya bisa menemui dia hanyalah ibunya Yrish. Selama itu pula ia tak pernah keluar kamarnya. Makan juga tak pernah dihabiskan.
Kalian berfikir dia gila? Oh tidak. Dia hanya tidak bisa menerima bahwa sang kekasih meninggalkan dia begitu cepat dan terlalu sering orangtuanya cekcok. Dan selalu memikirkan bagaimana cara membalaskan dendamnya yang tertunda.

Kayla POV

Aku bukan lagi Kayla yang dulu. Penampilanku saja sudah seperti gelandangan. Aku berdiri didepan kaca meja riasku, dan menatap diriku sendiri.

"Aku harus berubah" aku meyakinkan diriku sendiri.

Aku segera membuka tirai jendela, dan mandi untuk membersihkan diri. Selesai itu, aku menggunakan celana jeans berwarna putih dan kaos berwarna pink, makeup tipis dan liptint rambut di biarkan tergerai, dan sebuah tas samping. Aku segera menuju ke lantai satu.
Terlihat diruang makan ada Papa, Tante Cleo, Sasya dan seorang Pria.

"Siapa dia?" aku membatin.
Kumantapkan langkahku ke arah ruang makan.

"Papa?" sapaku.

"Eh. Princessnya papa?duduk sayang kita sarapan!" ajak Papa.

"Ehhh.. Kirain udah mati terkurung dikamar. Masih hidup juga ternyata.!" sindir Sasya.

"Heh Sayap patah. Enak aja lho kalau ngomong." kesalku.

"Faktanya." balas Sasya lagi.

"SASYA!!" bentak Papa memarahinya.

"Iya iya." Sasya mengalah.

Aku lihat pria itu melirikku sekilas lalu kembali memakan rotinya.

"Pah. Kayla pamit kerumah mama yah. Mau ketemu Kak Kalvin sama Kak Karin." kataku pamit.

"Eh. Kemarin kata Mama kamu, mereka bertiga berangkat Ke Jerman mau menemui tunangan Kalvin." jelas Papa.

"Wow. Si Es mau nikah ajah.." aku kaget .

"Jangan begitu sama copian Papa. Kamu shopping saja. Ini kartu kredit papa." kata papa menyerahkan kartu kredit berwarna gold.

"Nggak usah Pah. Kayla masih punya tabungan dari yang dikirim mama sebelum ujian, belum Kay pake kok" balasku tersenyum.

"Kamu perawatan wajah tuh. Udah nggak cantik, cantikan mama kamu malah." canda papa mendapat tatapan tajam dari tante Cleo.

"Gak papalah.. Beda tipis mama sama anak. Emang papa mau? Balikan lagi sama Mama?" tanyaku dengan nada menyindir.

Aku melihat wajah tante Cleo berubah menjadi merah padam.

"Rasainn" batinku senang.

"Emmm.. Gimana yah?" papa tidak mampu berkata kata.

"Yaudah deh Pah. Nanti kita omongin lagi. Kunci mobil Kay dimana yah?" tanyaku menanyakan mobil kesayanganku.

"Kuncinya minta aja sama Bimo. Minyaknya full, nggak pernah di pakai." jelas papa tersenyum.

"Oh.. Makasih yah Pah. Kayla jalan dulu. Bye Pah, Tante, Sasya, dan... Mas... Dont know your name sir. Sorry. Excuse me." sebelum pergi aku tersenyum licik ke tante Cleo dan Sasya. Dan laki laki itu hanya "Hmmm" dingin sekali.

Aku langsung ke Pak Bimo dan mengambil kunci mobilku. Segera aku menjalankan mobilku di tengah keramaian kota dengan kecepatan diatas rata rata.

"Sepertinya ada hal hal baru yang terjadi di rumah, tanpa aku ketahui. Apa dia pacar baru Sasya? Hmm abaikan. Aku juga tidak berniat merebutnya. Karena dihatiku hanyalah Rendy. Ren.. I Miss You So Much." kataku pelan berusaha tegar.

Aku menghabiskan waktuku disalon untuk mempercantik kembali diriku.

Satria POV

Pagi ini aku diundang untuk sarapan bersama dengan keluarga Pak Devan Fernandez. Karena ibuku selalu mendesak, akhirnya aku terpaksa pergi dan bertemu dengan Sasya lagi. Sebenarnya aku dan Sasya di jodohkan. Tapi aku tidak suka dengan kelakuan manja dan kekanak kanakan Sasya. Saat sedang menikmati sarapan, aku melirik sekilas seorang gadis turun dari lantai dua. Gadis itu tampak muram seperti banyak masalah, badannya yang kurus, mata pandanya, rambut pirangnya, dan wajah tirusnya yang menjawab semua pertanyaanku.
Aku hanya meliriknya sekilas.
Saat dia bercanda dengan Pak Devan, saat Sasya menyindirnya, kurasa mereka tidak memiliki kecocokan. Dia gadis yang tampaknya tidak terlalu ribet seperti Sasya. Apa lebih baik aku pilih dia?

"I dont know your name Sir. Sorry, excuse me!!" aku mengingat kata kata itu dan tak sadar tersenyum simple.

"Pak siapa gadis tadi?" tanyaku membuka pembicaraan.

"Kayla?" tanya Pak Devan balik..

"Iya Pak," balasku mantap.

"Dia putri saya dengan istri pertama saya." jelas Pak Devan tersenyum.

"Ngapain nanya tentang perebut pacar orang itu?" sinis Sasya.

"Sasya kamu ini ngomong apa sih? Nak Satria, jangan di dengarin yah" tegur Tante Cleo.

"Apa dong Mah. Orang yang Sasya bilang kenyataanya kok." balas Sasya kesal.

"Gak papa Tan" balasku menengahi.

"SASYA!!" tegur Pak Devan dengan nada tinggi.

"Iyaaaaa" balas Sasya mengalah.

"Pak. Saya boleh bicara berdua dengan Bapak?" tanyaku ragu ragu.

"Apa yang ingin kamu bicarakan Satria?" tanya Pak Devan balik.

"Apa tidak bisa di tempat yang lebih privasi Pak?" tanyaku lagi.

"Hmmm. Baiklah sekarang ikut saya keruang kerja saya." balas Pak Devan dan melangkah pergi.

Sekarang kami berada dalam sebuah ruangan bernuansa coklat muda, yang dipenuhi dengan rak buku. Aku lihat Pak Devan mengunci pintunya.

"Apa yang ingin kamu bicarakan Nak?" tanya Pak Devan ramah.

"Saya,,,,,,," kataku gugup

"Kamu kenapa?" tanya Pak Devan lagi.

"Sebenarnya, saya jatuh cinta dengan Kayla Pak, bukan Sasya." jelasku berusaha agar tidak takut.

Tampaknya Pak Devan masih menyaring perkataanku tadi. Hening beberapa saat,,,, dan aku kaget mendengar beliau tertawa.

"Hahahahhhah. Kamu jatuh cinta dengan Kayla?" tanya Pak Devan di sela tawanya.

"Ya Pak. Saya ingin menikahi Kayla anak bapak." kataku berkomitmen.

"Hmmm.. Baiklah. Saya akan mengatakan maksud kamu kepada Kayla. Kalau dia mau, saya akan hubungi kamu. Kamu tadi lihat wajah muramnya bukan?" tanya Pak Devan.

"Iya, boleh tau dia kenapa?" tanyaku penasaran.

"1 tahun yang lalu, dia ditinggal pacarnya yang meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Dan kamu tau? Setahun lebih Kayla mengurung diri dalam kamarnya. Dia sangat rapuh Satria. Saya harap, kamu bisa menjaga dan mencintai dia sepenuh hati kamu. Kayla adalah sumber kebahagiaan saya. Apapun akan saya lakukan asalkan dia bahagia" Jelas Pak Devan tersenyum miris.

"Saya janji akan membahagiakan Kayla." kataku meyakinkan.

"Aku ingin menikahi dia bukan karena cinta, melainkan karena aku tidak suka diganggu. Kalau dengan Sasya, pasti hidupku tak akan bahagia karena keribetannya itu. Kayla? Dia bukan orang seperti Sasya kayaknya.." batinku tersenyum.

Garis Hidup KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang