Kayla POV
Saat ini Mama, Kak Kalvin, Kak Karin, dan Aku berada di ruang keluarga. Yap kalian tau kami dimana? Jawabannya kami bukan di Indonesia. Kami sekarang berkediaman di Berlin, Jerman. Aku lihat wajah mama tampak sedih dan menyiratkan luka dalam tatapannya. Memang aku merasa sejak 17 tahun yang lalu sampai sekarang, setiap malam mama sering menangis di kamarnya. Apalagi saat kami bertiga bertanya tentang Papa. Waktu kami berumur 6 tahun, kami bertanya tentang papa dan mama tidak menjawab satu katapun tentang papa. Mama hanya bilang "Nanti saat kalian berusia 17 tahun, Mama akan memberitahukan apa yang kalian tanyakan tentang Papa". Itu yang sering Mama katakan jika salah seorang dari kami bertanya tentang Papa.
"Kal, Kar, Kay. Mama akan menepati janji Mama." mama angkat bicara dengan wajah sedih.
"Tentang apa Mah?" tanya Kak Kalvin menyipitkan matanya.
"Mah. Apapun yang bikin mama sedih, mama jangan paksakan.." tambah Kak Karin.
"Nggak.. Ini tentang Papa kalian." kata Mama tegar.
Aku melihat ke Kak Kalvin dan Kak Karin, tanpa sadar kami bertiga mengatakan "Hah? Papa?"
"Iya sayang. Mama ingat janji mama sama kalian. Masa kalian nggak ingat? Kemarin kalian ulangtahun yang ke 17 tahun kan?" tanya Mama.
"Yah Mah. Kay ingat." balasku dengan senyuman.
"Iyalah Mah. Kayla memang selalu ingat sama itu. Karena dia yang selalu tanya soal Papanya itu kan Kar?" kata Kak Kalvin melirik Kak Karin.
"Iya Kayla memang suka nanya soal Papanya."tambah Kak Karin.
"Emang Papa Aku doang? Lalu siapa Papa kalian huh??" kesalku karena dipojokkan.
"Sudah. Sudah. Bagaimanapun Papa Devan itu Papa kalian. Jadi jangan seperti itu." tegur Mama lembut.
"Udah Mah. Ceritain. Gak usah dengarin 2 K ngeselin itu. Wleeee" kataku ke Mama dan menjulurkan lidah ke mereka berdua yang terlihat kesal.
Flashback On...
"Dev. Aku mau kamu ceraikan Yrish. Dan segera nikahi aku." kata Cleo manja di dada bidangnya Devan.
"Tapi bagaimana dengan Anak anakku sayang? Aku menyayangi mereka. Aku juga tidak enak sama papa Rega." jelas Devan mengelus kepala Cleo.
"Anak anak kamu biar aku yang jagain. Masalah papa biar aku yang urus." kata Cleo dengan nada merayu.
"Tapi.." karena sudah tak tahan aku keluar dari tempat aku mengintip mereka tadi dan memotong pembicaraan Devan.
"Devaaaan.... Apa apaan ini hah?" aku berteriak didepan mereka dengan mata berkaca kaca.
"Apa hah? Aku selingkuh sama Devan. Mau apa kamu??" tanya Cleo balik dengan senyum gatalnya.
"Ysh. Aku bisa jelasin Ysh." kata Devan menengahi..
"Diam kamu anak haram. Ini yang kamu bilang sayang sama aku hmm? Kamu tega Devan. Tegaaa... Kamu mencoba mengganti Marcell di hatiku, dan kamu berhasil. Kamu jahaatttttt Devaaaaaannnn!!!!!" aku berteriak tak tahan.
PLAKK...
Cleo menamparku...
"Apa kamu bilang? Anak haram? Aku tidak akan menjadi anak haram jika ibumu tak merebut ayahku." teriak Cleo tak mau kalah."Siapa suruh ibumu itu genit dan mau melakukan hubungan suami istri dengan orang yang jelas bukan suaminya." teriakku menamparnya balik.
Dan PLAK...
Kali ini bukan Cleo yang menamparku lagi. Tapii Devan orang yang aku cintai."Cukupp Yrish.. Cukup. AKU MEMANG TIDAK MENCINTAIMU NYONYA YRISH FERNANDEZ. AKU HANYA TANGGUNG JAWAB KARENA MENABRAK DAN MEMBUATMU AMNESIA!!!!" Devan berteriak tepat diwajahku.
"Baik. Terimakasih atas tamparannya Tuan Devan Jonathan Agrystho Fernandez!! Dan kau Pelakor. Congratulations sudah berhasil merebut suamiku. Kalian memang cocok. Dan Tuan Devan. Aku istrimu yang kau selingkuhi dengan Kakak Iparmu sendiri yang jelas mantan pacarmu? Aku minta sekarang kamu ceraikan aku.!!!" kataku mengelap air mata dan berusaha tegar.
"Baiklah. Tapi Kalvin, Karin dan Kayla akan tinggal disini bersamaku. Kau mengerti?" balas Devan menatapku tajam.
"Tidak.. Tidak akan pernah saya biarkan anak anak saya hidup satu atap dengan bajingan seperti anda Pak Devan yang rendahan!" teriakku.
"Jika kita bercerai, aku pastikan hak asuh anak akan jatuh ketanganku. Dan kamu tidak akan mendapatkan apa apa. Jadi kesimpulannya kalau kamu tetap meminta cerai, anak anak sepenuhnya akan bersamaku nyonya, dan jika kamu ingin mereka tetap bersamamu, jangan pernah minta cerai!!! Paham?" kata Devan santai.
"Apah?? Anda kurang ajar sekali Pak Devan!? Lalu? Saya hanya akan menjadi budak yang melayani orang selingkuh dalam rumah seperti kalian? Dan kamu pelakor.. Tidak tau berterimakasih saya sudah menerima anak kamu menjadi Kakak dari anak anak saya!! Dasar tidak tau malu!!"
PLAKK...
Satu tamparan melayang lagi di pipi kananku dan membuat airmataku yang tadinya sedikit mereda, kembali terjatuh. Diaaaa, Devan. Orang yang kembali menamparku. Karena sudah tidak tahan,"Pelakor, kamu mengajarkan saya tentang apa itu DENDAM, dan kamu suami GAGAL MOVE ON? Kamu mengajarkanku tentang BAGAIMANA CARA MEMBENCI!" Aku berbisik di telinga mereka dengan penuh penekanan, dan segera berlalu dari taman belakang ke kamarku.
Saat sampai dikamarku, aku segera mengunci pintu dan mengambil handphoneku untuk menelvon Kak Jhack.
"Kak.. Aku sama Devan berantem.. Itu gara gara Cleo anak haram Papa.. Aku nggak tahan dan aku harus pergi."
"....."
"Yaudah kalau kakak takut sama papa. Kakak nggak usah peduliin Yrish."
Aku langsung mematikan sambungan karena kesal kak jhack tidak dapat membantuku dengan alasan takut Papa marah. Dan yah papa tidak pernah peduli lagi denganku sejak Mama meninggal.
Aku coba menghubungi Kak Vino."Kak. Kakak tolongin aku kak hiksss hiksss aku tersiksa dirumah Devan kak. Kakak tolong bilang siapapun untuk datang temani kakak kesini agar bisa membantuku membawa anak anakku dari sini kak."
"....."
"Terimakasih Kak. Aku tunggu."
Aku mematikan telfon dengan Kak Vino dan menyiapkan perlengkapan anak anak untuk segera berangkat meninggalkan rumah terkutuk ini. Selesai dengan semua itu, aku bergegas menuju ruang kerja Papa, tanpa mempedulikan Devan yang duduk di depan TV.
"Pah." aku langsung masuk keruangan Papa.
"Hmm." balas Papa dingin.
"Yrish minta Papa kasih uang itu sekarang. Yrish minta papa segera bagikan warisan Yrish." kataku bertekad.
"Berapa mau mu?" tanya Papa dingin.
"10 Miliar Pah". Balasku tenang.
"Untuk apa uang sebanyak itu?" tanya Papa dengan nada dingin tapi menakutkan.
"Meneruskan hidup" balasku singkat.
"Lalu bagaimana dengan suami mu" tanya Papa datar.
"Dia lebih memilih anak kesayangan Papa." balasku berusaha tenang.
"Baiklah. Segeraku kirim. Pergilah" perintah Papa dengan wajah tanpa ekspresi.
"Yrish Permisi Pah. Jaga diri Papa baik baik. Jangan telat makan Pah." aku pamit dan langsung meninggalkan ruangan papa dengan wajah dibanjiri air mata. Sedih. Karena ayah kandungku sendiri tidak menghiraukan aku yang akan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Hidup Kayla
ChickLitIbunya merebut ayahku, membunuh GrandMa Ku, dan mengambil semua yang seharusnya menjadi milik ibuku. Aku bersumpah. Demi Ibuku. Aku akan merebut Ayah kembali dan menghancurkan pelakor dan anaknya itu -Kayla Shannia Alexandra Fernandez