2

103 9 0
                                    

~Happy Reading~

***

"Pagi semuanya!" Seorang guru laki-laki dengan perut buncitnya dan rambut ubannya memasuki kelas, menghentikan kegiatan-kegiatan yang sempat dilakukan para murid-murid di dalam kelas tersebut.

"Pagi, Pak!" Para murid langsung terduduk rapi seraya membalas sapaan sang guru. Sedangkan sang guru kini sudah tiba di mejanya.

"Eh bentar, bukannya kita gak ada pelajaran Pak Rudi ya hari ini? Kenapa dia masuk?" Naya bertanya kepada teman sebangkunya, Reta.

"Lah iya. Wah kayaknya Pak Rudi salah liat jadwal nih." Reta menimpali dengan anggukan. Ia menebak jika wali kelas mereka yang sudah tua itu pasti melupakan jadwalnya lagi.

"Pak, maaf sebelumnya!" Naya mengangkat tangannya tiba-tiba, membuat seisi kelas memandangnya bingung. "Bukannya Bapak gak ada jadwal ngajar di kelas kami ya hari ini?"

Pak Rudi—selaku Wali Kelas Seni Musik-1, mengangguk sekali. "Memang. Bapak gak lupa kok, Bapak memang gak ada jadwal ngajar di kelas kalian hari ini."

"Lah terus kenapa Bapak masuk ke kelas kami, Pak?"

Sang wali kelas tersenyum sejenak, melangkah maju ke depan, berdiri di tengah ruang kelas, berbicara di depan semua murid-muridnya. "Tujuan Bapak masuk ke sini adalah mau mengenalkan anggota baru yang akan bergabung ke dalam kelas kita." Beliau menjelaskan intinya.

Semua murid seketika berbicara kala mendengar kata 'anggota baru', yang artinya akan ada murid baru di kelas mereka. Keributan pun tercipta karena rasa penasaran para siswa-siswi. Mereka tampak sangat excited menyambut kedatangan murid baru itu.

"Semoga cowok ya anak barunya!"

"Harus sih! Semoga ganteng juga, akhhh!"

"Cewek aja sih men kata gue."

Begitulah beberapa bisikan yang terdengar. Mereka menebak-nebak apakah murid baru itu laki-laki atau perempuan.

"Kalian, ayo masuk!" Wali Kelas menghentikan bisikan para murid sejenak. Dirinya mengayunkan tangan ke arah pintu yang terbuka lebar.

Seketika semua perhatian terpusat ke arah pintu. Mata-mata berbeda bentuk itu menatap intens pintu masuk, menampilkan ekspresi wajah yang berbeda-beda.

"Anjir sekali dua dong! Aduh mana cakep semua lagi, akhh!"

"Astaga mereka blateran surga, kah?! Cakepnya kagak ngotak coy!"

"Tuhan, mimpi apa gue tadi malem sampe bisa ngeliat dua cowok kece ini?!"

Kembali suara-suara bisikan terdengar dari mulut-mulut mayoritas siswa perempuan. Mereka menatap kedua cowok yang baru saja masuk ke kelas mereka dengan raut kagum yang terpampang jelas.

"Silahkan perkenalkan nama kalian berdua." Pak Rudi berkata usai kedua anak baru itu sudah berdiri di depan kelas, membuat keduanya mengangguk serempak.

"Nama saya, Satya Dirgantara."

"Asta Nagara."

Wali kelas mengangguk kemudian lanjut memberi pertanyaan. "Kalian pindahan dari mana?"

"New York Internasional High School." Salah dari mereka menjawab.

"Wuih gila! Dari luar negeri dong!"

"Gila gak tuh?!"

Sekali lagi, suara bisik-bisik kembali terdengar. Tidak tanggung-tanggung, yang kali ini jauh lebih keras sampai-sampai membuat Pak Rudi menggebrak meja menyuruh semuanya untuk diam.

N a y a [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang