4

76 7 0
                                    

~Happy Reading~

***

"Reta!" Sebuah panggilan menghentikan langkah Reta, membawanya mengalihkan kepala menuju sumber suara. Terlihat dengan jelas jika Naya kini berlari cepat menuju ke tempatnya berdiri.

"Lo kok gak ngomong kalau mau pergi duluan, sih? Gue udah nungguin di depan rumah lo padahal tadi." Naya mendekat dengan nada bicara yang sedikit terdengar kesal.


"Iya, kah? Sorry, gue lupa kalau lo mau jemput gue," balas Reta singkat, membuat Naya mengernyitkan alisnya.

"Lo kenapa, kok nada bicara lo datar banget?" tanya Naya, suara kecil seperti orang yang bergumam.

"Ha, maksud lo?" Reta menatap Naya dengan raut bingung. Ia tak terlalu jelas mendengar apa yang Naya ucapkan.

"Gak jadi deh, langsung ke kelas aja, yuk!" Naya mengelak, menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum simpul, menarik lengan Reta. Berjalan di depan dan Reta di belakang.

***

"Reta ayo ke kantin!" Naya mengajak Reta yang sedang fokus membereskan buku-bukunya di atas meja, hendak memasukkannya ke dalam tas.

"Gak deh lo aja, gue gak laper," tolak Reta  masih tetap fokus dengan kerjaannya.

"Ayolah, masa gue sendirian?" Naya membujuk menampilkan wajah memohonnya di depan Reta.

Reta menggeleng. "Gue lagi gak mood, Nay. Ajak Hana aja."

"Dia udah pergi duluan bareng Arumi sama Gladis. Sisa kita berdua. Ayo ke kantin, please." Naya menggenggam tangan Reta mencoba memohon sekali lagi. Namun, Reta kembali menggeleng. "Ret--"

"GUE GAK MAU NAYA!" Tiba-tiba saja Reta berdiri, berteriak membentak Naya, dan menghempas kasar tangan milik sang sahabat yang menggenggam kedua tangannya itu. Teriakan darinya pun membuat beberapa orang yang masih tersisa di dalam kelas jadi kebingungan.

"Kenapa lo bentak gue, Re--" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Naya dibuat tercengang dengan aksi Reta yang tiba-tiba pergi dengan cepat, keluar dari kelas. Dengan segera ia menyusul langkah cepat Reta.

"Reta!" Naya memanggil Reta yang semakin menjauh di depan sana. Ia berdiri di pintu kelas masih mencerna apa yang barusan terjadi.

"Mereka lagi ada masalah, ya? Gak biasanya Reta ngomong kasar kayak tadi sama Naya." Suara bisikan memasuki indra pendengaran Naya. Naya berdecak kesal, tangannya terkepal. Dengan cepat dirinya pun berlari, menyusul langka Reta yang semakin jauh di depan sana.

.

"Reta, tungguin gue!" Naya berteriak keras, berusaha mengejar langkah sahabatnya di depan persis lima meter lagi darinya.

Grep!

"Reta lo kenapa, sih?!" Naya menghentikan langkah Reta dengan mencekal tangan gadis itu. Ia sudah berhasil mengsejajarkan langkahnya dengan Reta.

Reta terdiam, berhenti berjalan karena cekalan tangan itu. Naya yang melihatnya langsung berdiri di hadapan Reta menepuk bahu sahabatnya itu.

"Ada apa sama lo Ta, please kasih gue jawaban kali ini. Gue mau tau alasan kenapa akhir-akhir ini lo selalu kayak menjauh dari gue. Apa gue pernah buat salah sama lo, atau gue gak sengaja nyakitin hati lo dengan kata-kata gue?" Ribuan pertanyaan Naya lontarkan bertubi-tubi. Gadis itu menatap lekat, penuh interogasi ke kedua manik Reta. Kali ini dirinya serius, ingin tahu semuanya.

N a y a [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang