26

147 8 3
                                    

~Happy Reading~

***

Ending 🌹

.

"Pagi!"

Suara seorang gadis menggema di seisi ruang kelas, membuat semua orang mengalihkan atensi mereka padanya.

"Reta!" Suara balasan terdengar sampai ke telinga gadis bernama Reta itu. Ia menoleh, mendapati tiga orang gadis yang tengah duduk melingkari satu meja.

Tak banyak basa-basi, ia pun melangkah santai menghampiri ketiga gadis itu.

"Eh by the way, lo mau nampilin apa buat perpisahan kita nanti?" tanya salah dari ketiga gadis itu kepada Reta yang baru saja melepaskan tas dari punggungnya.

"Biasa," jawab Reta singkat, ikut menduduki dirinya di bangku kosong.

"Gitar?" timpal yang lain.

Reta mengangguk sebagai jawaban, sedangkan yang lain hanya ikut mengangguk paham.

"Gak kerasa ya kita udah mau lulus." Seorang gadis dengan rambut kuncir kuda menambahkan. Ia dikenal dengan nama Arumi.

"Iya, padahal gue rasa kita kayak baru beberapa bulan sekolah di sini." Gadis bernama Hana dengan lesung pipinya, ikut berbicara.

"Gue juga ngerasa kayak gitu. Semenjak Naya pergi, gue kayak gak minat lagi buat sekolah. Rasanya gue pengen berenti saat itu juga, eh tau-tau malah keterusan sampe mau tamat." Reta kembali bersuara menanggapi yang lain.
"Gue kangen Naya," sambung Reta meletakkan dagunya pada kedua tangannya yang tengah bersila di atas meja.

"Kita semua juga kangen dia. Kangen senyumnya, kangen sifat bar-barnya, kangen kelakuan jailnya. Gue juga kangen suara dia." Gladis, satu orang lagi yang belum diperkenalkan akhirnya masuk ke pembicaraan teman-temannya.

Seketika suasana yang tadinya ceria dan seru malah jadi memundar. Keempat gadis itu tampak terdiam dalam pikiran masing-masing.

Reta menghela nafas panjang. Ia kembali mengangkat kepalanya, mengalihkan atensinya keluar jendela kelas. Ia memandang lapangan sekolah yang luas dengan murid-murid yang sibuk berlalu-lalang.

Nay, lo tau? Sekarang gue udah naik kelas dua belas, dan bentar lagi bakalan lulus. Gue gak tau mau lanjut kuliah apa enggak. Semenjak lo pergi, gue gak ada niat sama sekali buat ngelanjutin sekolah, karena gue gak bisa satu kelas lagi bareng lo, batin Reta berbicara entah kepada siapa.

Rasanya selama setahun ini hidup gue hampa tanpa lo. Gak ada lagi orang berisik yang selalu gangguin gue. Gak ada lagi orang asik yang bisa gue ajak gibah. Gak ada lagi orang seberani lo yang siap marahin siapapun kalo mereka gangguin gue. Gue kesepian di sini, Nay. Apa lo gak kasian sama gue? Reta menunjukkan senyum kecutnya.

Selama kurang lebih satu tahun semenjak kejadian kecelakaan pesawat Naya, Reta dan semuanya merasakan kehilangan. Mereka-terkhususnya Reta, Asta, Satya, Gladis, Arumi, dan Hana, seolah kehilangan cahaya mereka beberapa bulan setelah itu. Mereka lebih banyak diam di kelas dengan pikiran masing-masing seperti saat ini.

Dengan kejadian itu pula, masalah pengkhianatan Reta pun terkubur dalam-dalam sebagai masa lalu kelam. Anak-anak JAS juga sebagian besar sudah memaafkan kesalahan Reta demi Naya yang sudah tenang di sana. Mereka tahu Naya sangat sayang pada Reta sampai-sampai menulis surat terakhir hanya untuk sahabatnya itu. Jadi, mereka tak ingin membuat Naya semakin bersedih sebab melihat Reta yang dijauhi.

"Pagi anak-anak!"

Suara seorang guru sontak membuat Reta keluar dari lamunannya. Ia menoleh ke depan dan menemukan wali kelasnya yang melangkah masuk mendekati meja guru.

N a y a [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang