~Happy Reading~
***
Bunyi bel pemberitahuan jam istirahat pertama terdengar di sepanjang koridor JAS, menggema memenuhi ruangan-ruangan kelas membuat para siswa-siswi bersorak senang.
Tepat di kelas sebelas Seni Musik-1, seorang guru baru saja keluar usai mengajar. Sebagian murid-murid di dalam kelas itu pun seketika berhamburan keluar, langsung menyerbu kantin ataupun toilet. Sisanya masih berada di kelas, sekedar membereskan buku-buku di atas meja memasukannya ke dalam tas ataupun kolong mejanya. Beberapa yang masih di dalam kelas tidak lain adalah Naya, Arumi, Hana, Gladis, Reta, Asta, Satya, dan tiga orang temen sekelas mereka yang lain.
"Reta, lo yakin gak mau ikut ke kantin lagi?" Naya menghampiri bangku Reta yang berada masih di belakang. Sahabat dekatnya itu belum mau kembali ke tempat duduk asalnya, di samping Naya. Alasannya karena Reta masih belum bisa menyelesaikan masalahnya, ia tak ingin Naya terganggu.
Naya yang mengerti memilih untuk tidak memaksa Reta. Dirinya tahu jika menyelesaikan suatu masalah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Terlebih itu masalah pribadi yang bahkan Reta sendiri tidak bisa menceritakannya ke orang-orang terdekat seperti Naya. Butuh waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu, atau bisa saja berbulan-bulan juga bertahun-tahun untuk bisa menyelesaikan masalah itu tergantung setiap orang.
"Gak deh, kalian aja. Gue bawa bekal." Reta menggeleng, menolak ajakan Naya untuk ke kantin.
Naya mengangguk paham. "Kalau gitu gue sama Arumi, Gladis, Hana pergi dulu, ya!" serunya melambaikan tangan. Reta ikut membalas dengan lambaian juga.
"Naya, wait!" Sebuah panggilan tiba-tiba menginterupsi Naya yang saat ini sudah berdiri tepat di daun pintu, bersiap membelokkan diri ke kanan menuju kantin. Ia menoleh, mendapati Asta yang melangkah ke arahnya.
"Mau bareng kami ke kantin?" Asta menunjukkan dirinya juga Satya bergantian.
"Ah itu ... gue udah terlanjur janjian sama Arumi dan Hana, sama Gladis juga, ya 'kan temen-temen?" Naya menoleh lagi ke sampingnya. Ekspresinya seketika berubah. "Loh, guys?" Kepalanya menoleh ke kiri ke kanan mencari keberadaan Hana dan yang lainnya. Namun, sejauh mata memandang Naya hanya bisa melihat koridor yang sepi, tidak ada ketiga sosok temennya itu di mana-mana membuat Naya kebingungan.
"Kenapa?" Satya bertanya, baru saja tiba di belakang Naya.
"Arumi, Hana, sama Gladis tiba-tiba ngilang. Kalian ngeliat mereka gak tadi?" Naya balik bertanya.
Satya terkekeh geli. "Gak ada tuh. Heum... mungkin mereka lupa kalau lo ketinggalan? Hahaha... " tawa Satya menggema, membuat Naya merasa jengkel.
"Udalah, Sat. Jangan ganggu dia." Asta menimpali menepuk-nepuk kepala Naya, membuat Naya yang semula emosi langsung merasa tenang kembali. "Ayo ke kantin, gak usah perduliin crazy people itu."
Naya tertawa mendengar ejekan Asta terhadap Satya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, mengikuti langkah Asta di depan.
"Weh, lo bilang gue apa tadi?! Atan! Awas lo, ya!" Satya yang tertinggal langsung saja berlari mengikuti Asta dan Naya yang sudah jauh.
Brak!
Gebrakan meja terdengar dari satu-satunya orang yang masih berada di dalam kelas.
Dia Reta. Wajahnya nampak kusut, tatapanya bersorot tajam ke arah pintu kelas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
N a y a [END]
Teen Fiction[Teenfic, Drama, Friendship, Romance, Comedy] ~Third Story~ Cover by Pinterest Don't Plagiat! ..... Ini tentang Naya yang dihadapkan dengan dua pilihan berat. Memilih sahabat atau cintanya. "Gak ada lagi yang bisa lo lakuin selain lo harus memilih...