10

57 7 0
                                    

~Happy Reading~

***

Asta membawa Naya ke taman sekolah yang sepi. Jam pelajaran baru saja dimulai setelah istirahat kedua, ia tak peduli lagi jika dirinya tengah membolos sekarang. Dia hanya ingin berbicara empat mata dengan pacarnya, Naya.

"Jelasin semuanya kenapa lo bisa sama Satya di rooftop." Asta mulai meminta penjelasan kepada Naya yang mulai tenang.

Naya mengangguk, meneguk salivanya dengan susah payah. Ia memberanikan diri menatap mata Asta. "Apa yang harus aku jelasin?" tanyanya dengan hati-hati, tak ingin membuat amarah Asta kembali bangkit.

"Everything! Jelasin semua hal yang jadi penyebab kenapa lo bisa ada sama sahabat gue di atas." Asta menjawab cepat.

Naya mengangguk. Dengan sekali tarikan dan hembusan napas ia mulai bercerita, "Tadi aku ke rooftop dengan niat buat nyari kamu, karena aku liat kamu mendadak keluar dari kelas. Aku bertanya-tanya kamu ke mana, sampai ada yang bilang kalau mereka liat kamu di rooftop."

"Siapa yang bilang?"

"Aku gak tau. Aku cuman denger obrolan dari sekelompok orang sekilas aja." Naya menggeleng, menundukkan kepala.

"Lanjut."

"Setelah di rooftop aku keliling sampe beberapa kali buat nyari kamu, tapi kamu gak bisa ditemuin sama sekali di sana. Aku jadi mikir kayaknya kamu udah pergi dari rooftop dan ketempat lain, jadi aku mutusin buat balik ke kelas aja. Pas di tangga tiba-tiba Satya dateng. Dia ngomong kalo dia juga mau nyari kamu yang kata orang-orang pergi ke rooftop. Aku jelasin semuanya kalau kamu gak ada di sana.

"Karena udah terlanjur sampai di rooftop Satya ngajak aku buat ngadem. Aku setuju karena memang di kelas terus gak asik, jadi kami berdua ngobrol kayak temen ngobrol biasa. Gak ada yang spesial, Asta. Kamu tau sendiri 'kan kalau Satya itu orangnya humoris, dia suka bikin lelucon. Aku yang selera humornya rendah gak mungkin gak merasa asik sama dia. Kami sefrekuensi, tapi bukan berarti aku suka sama dia karena itu. Percaya sama aku, Asta. Aku sama sekali gak ada rasa sama dia." Naya selesai menjelaskan semuanya.

Asta terdiam sejak awal, memilih mendengarkan sembari mencerna setiap  penjelasan yang dikeluarkan oleh Naya. Di satu sisi dirinya sangat percaya kepada pacarnya itu, namun di sisi lain entah mengapa ada perasaan ganjal yang sangat tidak menyenangkan, membuatnya sulit untuk memutuskan.

"Eh, Naya?" Sebuah suara tiba-tiba mencuri perhatian Naya dan Asta yang tengah dilanda keheningan. Mereka menoleh serempak ke asal suara mendapati seorang cewek berkacamata yang melangkah sembari mendekati mereka. "Ketemu gak sama Satya?" Gadis itu bertanya menghadap Naya.

Naya mengangkat alisnya bingung. "Maksudnya?"

Si cewek berkacamata menepuk dahinya. "Tadi 'kan lo nanya ke mana Satya sama gue Nay, dan udah gue jawab kalau dia ke rooftop. Lo udah nemuin dia gak?"

Naya melotot. "W-wait! Sejak kapan gue nanya keberadaan Satya sama lo?" Naya mengernyitkan dahi, semakin kebingungan. Ia tak mengerti maksud cewek di depannya itu.

"Aihs sumpah ya, bisa-bisanya lo lupa padahal itu baru beberapa jam yang lalu. Udahlah gue mau balik ke kelas aja. Maaf kalau sekiranya gue gangguin kalian. Bye!"

"Eh tunggu!" Naya berseru mencoba menghentikan cewek berkacamata itu. Namun, cewek itu sudah terlanjur pergi membuat Naya dengan segera melirik ke arah Asta dan menggeleng. "Atan aku gak pernah nanya keberadaan Satya sama dia, kamu gak usah percaya, ya--"

N a y a [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang