12

48 7 0
                                    

~Happy Reading~

***

"Lo mau ngajak gue ke mana lagi, sih?!" Asta menggeram kesal saat seorang cewek berambut panjang menarik tangannya tiba-tiba. Sudah yang keberapa kalinya hal ini terjadi, membuat Asta lama-lama jengkel.


Cewek itu tidak berniat berhenti, walau Asta memberontak. Ia tetap membawa cowok itu sekuat tenaga sampai mereka tiba di belakang sekolah.

"Gimana, lo udah percaya 'kan apa kata gue kalau cewek lo itu selingkuh sama sahabat lo sendiri?" Cewek berambut panjang itu menghentikan langkahnya, membuat Asta otomatis juga berhenti.

"Asta lo gak lupa 'kan sama janji kita?" Cewek itu berbalik, menghadap Asta memegang kedua tangannya.

Asta refleks menepis kasar tangan cewek itu. Ia menatap sinis. "Janji apaan, sih!"

Cewek itu—siapa lagi kalau bukan Reta—terkekeh melihat tatapan sinis yang Asta lontarkan padanya. "Lo gak mungkin lupa kalau janji itu menyangkut 'perasaan' kita berdua, kan? Lo udah janji bakal nerima gue jadi pacar lo kalau Naya sama Satya bener-bener selingkuh."

"What?! I never agreed to that!" Asta berseru keras.

"Really?" Reta menaikan aslinya. Tiba-tiba cewek itu tertawa. "Lo udah telat, Asta. Lo gak bisa nolak lagi." Tawa Reta hilang berganti seringai lebar.

"Apa maksud--"

"Asta, Reta."

Asta menghentikan ucapannya saat mendengar suara Naya. Gadis itu berdiri beberapa meter dari mereka.

Reta semakin menarik seringainya lebih tinggi kala melihat raut bingung Naya. Ia kembali memfokuskan perhatiannya kepada Asta. "Liat 'kan, mantan lo ganggu lagi, tuh."

Asta mengernyitkan alis, juga mengalihkan atensinya dari Naya ke Reta.

Menyadari suasana seketika hening, Reta mengambil kesempatan. Dengan cepat kakinya berjinjit, mendekatkan wajahnya ke Asta dan setelah itu...

Cup!

"Makasih udah nerima pernyataan cinta gue, Asta! Gue bener-bener happy!"

Naya, tak terkecuali Asta sendiri, langsung membeku saat Reta tiba-tiba mengecup pipi Asta. Keduanya tak sempat menghentikan kejadian mendadak itu. Mereka lengah, membuat Reta memenangkan pertandingan dengan mudah.

"Asta. Ka-kalian...."

"Gak Nay, ini... NAYA!!!"

Belum sempat Asta selesai dengan kata-katanya, Naya sudah pergi dan berlari lebih dulu. Sekilas ia bisa melihat jika mantan pacarnya itu tampak menangis. Ia pun berdecak, kembali menatap Reta dengan tajam penuh amarah.

"Mau lo apa sih, hah?!" Asta membentak Reta. Tak main-main kali ini, dirinya sudah sangat, sangat, sangat kesal beribu kesal dan marah. Apa maksud Reta melakukan semua hal tadi? Cewek itu sudah benar-benar gila.

Reta mengangkat bahunya tak peduli. Tidak ada penyesalan sama sekali dari cewek itu usai baru saja membuat kesalahpahaman besar.

Asta menggeram melihat jawaban Reta yang begitu santai dan seolah tak perduli sama sekali. Ia berdecak, memilih berbalik dan pergi dengan cepat guna menyusul Naya.

"Heh, mau ke mana?" Reta menahan tangan Asta. Tentu saja Asta menepisnya.
"Lo gak denger ya, Naya tadi ngomong apa?"

Asta berhenti. Lagi-lagi ia membuat keputusan yang salah.

N a y a [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang