24

51 9 0
                                    

~Happy Reading~

***

Setibanya Reta di Bandara kota, dengan cepat gadis itu segera turun dan memasuki Bandara. Ia menghampiri meja resepsionis.

"Mbak, permisi! Jadwal keberangkatan pesawat IAB ke Paris jam berapa, ya?!" tanya Reta dengan sangat jelasjelas dan terburu-buru.

"Untuk pesawat IAB keberangkatan Paris, kebetulan sudah berangkat beberapa menit yang lalu."

Deg!

Seketika jantung Reta seolah berhenti berdetak. Dirinya membeku di tempat.

Gue beneran terlambat?

Tanpa sadar, air mata Reta mengalirkan perlahan. Tubuhnya ikut melemas bersamaan dengan hal itu. Namun sebelum sempat terjatuh, sang supir telah menahan tubuh gadis itu lebih dulu.

Sang supir mengajak Reta untuk menduduki salah satu kursi tunggu yang ada di Bandara tersebut.

"Pak, Naya udah pergi. Aku gak tau lagi harus kayak gimana mau ketemu dia. Aku gak bakalan bisa pergi ke Paris. Mama sama papa pasti bakal marah kalau aku minta uang mereka buat ke sana," lirih Reta yang terasa amat tersiksa.

Ia terisak, menyembunyikan kepalanya di kedua lutut yang ia rapatkan. Gadis itu menangis tersedu. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Ia putus asa.

Sang supir hanya bisa terdiam dan mengusap pelan punggung Reta yang bergetar, berharap bisa sedikit menenangkan gadis itu.

"Non yang sabar, ya. Di setiap pertemuan, pasti bakal ada perpisahan, Non," tutur sang supir.

"Bukan masalah itu, Pak. Sebelum Naya pergi, aku sempet ngecewain dia.  Sekarang semua udah telat. Aku gak bisa lagi ngucapin kata maaf tepat di depan dia," ungkap Reta diiringi dengan isakkan.

***

Reta memasuki rumah besarnya dengan perasaan kacau. Gadis itu melangkah pelan tak, menunjukkan rasa putus ada sama sekali.

Beberapa jam yang lalu dirinya baru saja pulang dari Bandung. Karena tak ada lagi yang bisa ia lakukan, maka ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya saja dan menyesali semuanya.

Gadis itu menduduki dirinya pada sofa, menyenderkan kepalanya pada punggung sofa. Kedua matanya coba ia tutup, berusaha menghilangkan rasa pusing yang kini menggerayangi kepalanya.

"Berita hari ini. Telah dikonfirmasikan bahwa pesawat Internasional Air B dengan kode penerbangan 015 dari Bandung menuju Paris-Prancis, dinyatakan hilang kontak mulai setengah jam yang lalu. Pihak maskapai saat ini masih terus berusaha menghubungkan kembali komunikasi ke pesawat."

Deg!

Kedua mata Reta kembali terbuka lebar usai suara dari sang pembawa berita di televisi terdengar sampai ke telinganya.

Jantung gadis itu seketika berdetak dengan sangat kencang. Sekujur tubuhnya bergetar, menunjukkan raut yang benar-benar syok.

Naya?! Ia memekik kuat dalam hati. Gak! Gak mungkin itu pesawatnya Naya! Tapi, tadi Pak Roman sendiri yang bilang kalau Naya naik pesawat itu! Hati Reta terasa gundah. Keringat dingin mulai bercucuran dari pelipisnya.

Buru-buru gadis itu mengeluarkan ponsel miliknya dalam saku celana jeans yang tengah ia pakai. Jari lentiknya mulai mengotak-atik ponsel tersebut, mencari nomor Naya yang bisa dihubungi.

Dengan cepat, Reta membuka blokiran-nya pada nomor Naya. Selanjutnya ia menghubungi Naya dari nomor tersebut.

Tut ... Tut ... Tut ...

N a y a [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang