~Happy Reading~
***
Sebuah pintu kamar tertutup rapat, menyembunyikan seorang Naya yang kini sedang rapuh. Beberapa menit yang lalu ia baru saja menyelesaikan sekolahnya.
Bruk!
Dengan lesu ia melemparkan tas ke atas kasur, diikuti dengan dirinya yang merebah lemas. Kepalanya menekan, menyembunyikan mata sembabnya dengan bantal.
Hampir berjam-jam Naya menangis tadi siang, meratapi bahwa orang yang sangat dirinya cintai telah direbut oleh sahabat kecilnya sendiri. Bukan hanya wajah dan penampilannya yang kusut, hati dan kepala Naya pun hancur tak tahu lagi harus berbuat apa, pusing.
Helaan napas berat berhembus dengan lemahnya. Naya berbalik perlahan merubah posisinya, terlentang di atas kasur. Kedua maniknya yang masih memerah kini terdiam di satu titik, memandang langit-langit kamar. Kepalanya terus berkecamuk, memikirkan hal yang sama sedari tadi.
Apa yang harus dipilih? Dan kenapa harus memilih? Gak adakah jalan keluar lain selain pada sebuah pilihan yang sama-sama gak menguntungkan? Naya membatin, mempertanyakan semua isi kepalanya entah kepada siapa. Ia terluka, menangis, kembali menjatuhkan bulir-bulir air bening. Sahabat atau cinta? Memiliki atau kehilangan?
.
.
.
.
.
.
.
Naya terbangun dengan suara alarm yang berbunyi keras di samping telinganya. Matanya terbuka, menampakkan kedua manik indah yang sejuk bila dipandang sekilas ataupun lama. Dirinya bangkit, berdiri dan melangkah menuju kamar mandi guna membersihkan diri. Beberapa menit setelah itu, bau harum langsung tercium semerbak saat Naya keluar, lanjut melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian.
Naya menghela napas, memandangi dirinya di depan cermin. Ia sudah rapi dengan seragam sekolah juga semua perlengkapannya. Sejenak dia terdiam, terus menatap ke depan tanpa bisa mengalihkan pandangannya dari sosoknya sendiri.
Tidak ada yang tahu pasti sedang memikirkan apa dia sekarang. Namun sepertinya ia tengah berbicara lewat batin, mencoba menguatkan dirinya sendiri juga memantapkan hati dan jiwa raganya menghadapi hari panjang ini.
.
"Pagi, Ma." Naya menyapa Mamanya yang tengah duduk di meja makan sendirian. Ia sedang menyiapkan sarapan.
Sang Mama tersenyum saat suara Naya terdengar. Ia langsung menyuruh putri semata wayangnya untuk duduk di sebelahnya. "Kenapa muka kamu murung gitu?" tanya sang Mama refleks, karena mendapati wajah anaknya yang nampak tak ada semangat.
"Gak papa kok, Ma." Naya menjawab asal, tak mau jujur. Ia membuka piring, bersiap mengambil sarapan yang sudah tersusun rapi di atas meja makan. Dia hanya tinggal memilih ingin makan apa.
"Kalo Naya ada masalah cerita aja ke Mama, gak usah disimpan sendiri."
Gerakan Naya terhenti sejenak, memandangi wajah sang Mama yang tersenyum manis. Tangannya turun, tak jadi mengambil makanan. Ia menunduk.
"Maaf, Ma. Naya gak bisa cerita buat sekarang karena Naya gak mau nambahin beban Mama," lirihnya."Kenapa Naya mikirnya gitu? Naya anak Mama, satu-satunya anak Mama yang paling pemberani dan kuat. Jangan sungkan, Mama cuma mau menebus kesalahan Mama di masa lalu yang udah ngecewain kamu. Secara gak langsung Mama udah nyakitin kamu dengan tetap bertahan atas semua siksaan papamu dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
N a y a [END]
Teen Fiction[Teenfic, Drama, Friendship, Romance, Comedy] ~Third Story~ Cover by Pinterest Don't Plagiat! ..... Ini tentang Naya yang dihadapkan dengan dua pilihan berat. Memilih sahabat atau cintanya. "Gak ada lagi yang bisa lo lakuin selain lo harus memilih...