14

52 5 0
                                    

~Happy Reading~

***

"NAYA!" Sebuah teriakan nyaring mengalihkan atensi Naya dan Asta yang baru saja tiba di depan pintu masuk area kantin.

Plak!

Bunyi tamparan menggema ke setiap sudut kantin, membuat semua orang mengalihkan atensi mereka serempak ke asal suara.

Reta, menampar seorang Naya tepat di pipi kirinya. Wajah gadis itu nampak memerah, menahan amarah yang meledak-ledak.

"BERANI BANGET LO DEKET SAMA COWOK GUE!" pekik Reta keras di telinga Naya yang masih terdiam mematung karena cukup syok.

Plak!

Sekali lagi, Reta memberikan tamparan ke pipi Naya sampai membuat gadis itu tersungkur ke lantai dengan pipi kiri yang sudah sangat memerah.

"Lo apa-apaan, sih?!" Asta sontak menjongkokkan dirinya, menyamai tingginya dengan Naya.

"Kamu kenapa nolongin dia?!" Reta menepis tangan Asta yang baru hendak menyentuh Naya.

"Ck! Jangan ganggu gue!" Asta menatap Reta tajam, tak lama lelaki itu kembali fokus kepada Naya.

"ASTA! KENAPA KAMU MALAH BELA DIA?!" Reta berteriak semakin keras. Bahkan, semua orang yang ada di kantin sudah mengelilingi mereka bertiga.

"Gue gak bela dia!" Asta membalas. Perlahan lelaki itu membantu Naya untuk kembali berdiri.

"TERUS INI APA?! KENAPA KAMU NGEBANTUIN DIA, HAH?!" Nafas Reta menggebu-gebu.

"Karena lo udah keterlaluan! Dia gak salah apa-apa, kenapa lo malah nampar dia tadi?!" Asta menyahuti.

"YA KARENA DIA--"

"Udalah! Gue gak mau debat!" Asta memotong ucapan Reta. Setelahnya, lelaki itu mulai membopong tubuh Naya untuk pergi dari area kantin.

"AGH! SIALAN!" umpat Reta kesal.

***

"Makasih udah mau nolongin aku," ucap Naya menyentuh pipinya yang baru saja ditampar Reta tadi.

"Gak usah ge-er! Gue gak berniat buat nolongin lo!" ketua Asta entah kenapa langsung membuat hati Naya ngilu.

"Terus, yang tadi?"

"Gue cuman kasian sama lo," balas Asta acuh.

Naya hanya ber-oh ria dengan hati yang sedikit sakit. Tangannya dengan telaten mengobati luka bekas tamparan Reta di pipinya. Namun, tampaknya gadis itu agak sedikit kesulitan karena ia tak bisa melihat dengan jelas di mana letak lukanya.

"Ck!"

Deg!

Asta merampas kain dan air dingin yang Naya pegang. Lelaki itu kemudian menyampirkan helaian rambut Naya ke belakang telinganya. Selanjutnya, ia mengobati luka Naya dengan serius.

Naya mematung dengan aksi Asta yang tiba-tiba. Dia tersenyum kecil sejenak, menatap wajah Asta dari dekat. Hal yang benar-benar dia rindukan semenjak mereka putus.

Beberapa menit kemudian, Asta selesai dengan kegiatannya. Lelaki itu meletakkan kain bekas kompresan ke baskom kecil yang berisi air dingin. Setelahnya, ia meletakkan baskom kecil tersebut pada nakas di samping brangkar UKS yang saat ini tengah Naya gunakan untuk duduk.

N a y a [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang