16

46 6 2
                                    

~Happy Reading~

***

Pagi harinya Naya memasuki kelas dengan wajah yang datar. Gadis itu mengikuti apa yang Asta inginkan untuk menjauhi dari Satya. Bahkan, gadis itu tak membalas senyum kecil yang sempat Satya lontarkan padanya tanpa diketahui oleh siapapun. Padahal biasanya ia akan membalas senyum lelaki itu walau cuman sedetik.

Ia melangkah hingga sampai ke bangku miliknya. Ia menduduki dirinya di kursi dengan perlahan, dan semua gerakannya itu diperhatikan oleh teman sebangkunya, Hana Amira.

"Muka lo kenapa dah? Datar amat kayak triplek," sindir Hana.

Naya hanya memutar bola matanya malas, terlihat tak peduli.

"Woy, gue nanya!" Hana mulai kesal.

"Emang biasanya gue kayak mana?!" tegas Naya menjawab tak ikhlas.

"Ya ... lo 'kan anak yang ceria nih. Murah senyum lagi. Terus kenapa hari ini kek dingin banget. Datar pula," ejek Hana.

"Gue cuman lagi ngejain tugas," balas Naya pada akhirnya.

"Tugas? Tugas apaan?" tanya Hana.

Naya menarik lengan Hana agar sedikit mendekat ke dirinya. Gadis itu lalu membisikkan sesuatu ke telinga Hana.

"LO SERIUS?!" Tiba-tiba Hana berteriak keras, membuat seisi kelas jadi menatap dirinya dengan aneh.

Naya mencubit kuat lengan Hana. Gadis itu pun langsung tersadar dan segera menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Besar banget suara lo, Anj*r!" bisik Naya dengan nada yang amat menusuk.

Hana hanya bisa tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Jadi, lo serius? Pilihan lo berhasil dong kalau gitu!" ucap Hana dengan suara yang sedikit lebih kecil dari sebelumnya.

Naya mengangguk sejenak. "Gue berhasil, tapi baru di awal. Gue gak tau kedepannya bisa berhasil atau enggak," jelas Naya.

"Berhasil, dong! Harus! Gue pengen ngeliat muka kesal Reta pas ngerasain hal yang sama kayak lo dulu!" ungkap Hana.

"Jahat banget lo. Gak boleh dendam tau!" sergah Naya.

"Ih padahal sendiri juga dendam," sinis Hana.

"Kapan gue dendam? Gue cuman kesal, gak dendam," balas Naya.

"Hilih bicit!"

***

"Kak Reta!" Sebuah suara mengalihkan atensi Reta yang tengah melangkah pelan di koridor

Seorang gadis yang terlihat lebih muda, berjalan cepat menghampiri Reta yang tengah menatapnya.

"Kakak kemana aja, sih? Udah lama loh aku gak liat Kakak lewat depan kelas kami lagi," ucap gadis itu seraya menyamai langkahnya dengan Reta.

"Gue gak sempet. Maaf, ya." Reta mengacak pelan rambut gadis yang sedikit lebih pendek darinya itu.

"Oh iya, Kak! Kemarin aku ketemu sama sahabat Kakak yang namanya Naya!" Gadis itu kembali berucap, membuat Reta menghentikan gerakan kakinya.

"Dia bukan sahabat gue lagi." Reta berkata dengan penuh penekanan.

"Eh iya, ya. Dia 'kan udah berani coba ngerebut pacar Kakak, berarti dia bukan sahabat Kakak! Gak akan ada sahabat yang rela ngerebut pacar sahabatnya sendiri! Iya 'kan, Kak?"

N a y a [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang