9

49 6 0
                                    

~Happy Reading~

***

"Asta tunggu!" Reta menghentikan langkah Asta yang hendak memasuki kelas mereka.

Asta menoleh, mengangkat alisnya seolah berkata 'Apa?'

"Ikut gue!" Tanpa adanya persetujuan, Reta menarik lengan Asta supaya mengikutinya. Asta diam, kali ini ia tak ingin memberontak. Biarkan cewek di depannya itu berbicara, dia ingin cepat-cepat menyelesaikan semuanya. Dirinya lama-lama sudah muak terus diganggu seperti ini.

Mereka berjalan lurus ke depan, menjauhi ruangan kelas dengan Reta yang memimpin jalan. Setelah merasa cukup jauh dari sekitaran ruang kelas, Reta pun menghentikan langkah kakinya. Ia melepas genggaman tangannya pada pergelangan tangan Asta, lalu membalikkan badan menghadap cowok yang dirinya sukai itu.

"Lo harus liat ini Asta!" Reta mengeluarkan ponselnya dari dalam saku rok yang tengah dirinya pakai. Ia menghidupkan ponsel itu, mulai mengotak-atiknya dengan lihai. Usai menemukan sesuatu yang dimaksudkan, Reta menyodorkan ponsel miliknya itu tepat ke hadapan Asta.

Asta melirik Reta dan handphonenya bergantian.

"Perhatiin foto ini baik-baik." Reta berucap, menjelaskan apa yang harus Asta lakukan.

Tanpa banyak kata Asta menyipitkan matanya, berusaha fokus tehadap apa yang ada di layar ponsel tersebut.

"This is... Satya?" Asta menebak, lebih tepatnya ia sudah tahu kalau yang ada di dalam foto itu adalah Satya—sahabatnya baiknya. Ia hanya penasaran kenapa Reta menunjukkan sebuah foto yang di dalamnya terdapat seorang Satya.

"Iya lo bener, ini memang Satya. Tapi, coba lo tebak siapa yang ada di dia." Reta menunjuk layar handphonenya, membuat Asta lagi-lagi mengalihkan atensinya ke ponsel itu, kembali menatap intens dan fokus.

Setelah beberapa detik memandangi layar di depannya, Asta pun sedikit terkesiap. Ia sepertinya tahu punggung siapa yang berada di depan Satya di foto itu. Juga rambut pendeknya yang tak asing, seperti milik...

"Naya?" Asta bergumam tanpa sadar.

"Iya! Lo bener, ini Naya! Dan dia lagi selingkuh sama sahabat lo, si Satya!" Reta mengangguk dengan cepat. Cara bicaranya terdengar antusias.

Asta membelalak, ia berseru membentak Reta. "Lo jangan sembarangan nuduh!"

Reta menggeleng. "Gue gak nuduh! Gue liat sendiri kemaren, sepulang dari sekolah mereka ketemuan di kafe. Mereka ngobrol lama, ketawa bareng, bahkan sampe pulang pun gue ngeliat kalau Satya nganterin Naya!" Ia menjelaskan panjang lebar mengenai kejadian kemarin sore.

"I don't believe you." Asta berucap datar, memandang Reta tajam.

"Lo harus percaya sama gue, Asta! Foto ini real, gak ada gue edit-edit!" Reta berseru yakin, berusaha membuat Asta percaya. "Naya itu memang cewek gak baik, dia suka mainin cowok! Gue tau betul sifat asli dia karena gue sahabat dia dari kecil! Lagipula lo gak merhatiin apa kalo dia gak pernah dideketin sama cowok-cowok dari SMA ini kecuali lo yang anak baru? Itu karena lo gak tau kalau diri lo udah jadi target dia, mainan dia yang kesekian kalinya!"

Mendengar ketegasan kata-kata Reta tak membuat Asta goyah sedikit pun. Rautnya masih datar. Tak tampak sama sekali rasa kekecewaan dan bingung dari sana, yang ada hanyalah rasa emosi yang tertahan. Jika saja yang berada di depannya saat ini bukanlah perempuan, bisa saja terjangannya sudah melayang sedari tadi karena berani menuduh pacarnya yang tidak-tidak. Namun, berhubung penuduh ini perempuan maka ia lebih memilih diam, menahan emosi sebisa mungkin.

N a y a [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang