15

52 7 0
                                    

~Happy Reading~

***

Jam menunjukkan pukul 03.10. Bel tanda selesainya aktivitas belajar-mengajar di Jakarta Art School (JAS), telah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Naya melangkahkan kakinya menuju pintu keluar dari gedung sekolah. Namun, sebuah suara tiba-tiba menghentikannya.

"Naya!"

Naya menoleh, mendapati Satya yang tampak sedikit berlari menghampirinya.

"Sorry, ya. Gue baru bisa bicara sama lo lagi setelah beberapa hari gue kayak ngehindar."

Ya, entah mengapa Satya akhir-akhir ini sering terlihat menghindari percakapan antara dirinya dengan Naya. Lelaki itu lebih banyak terlihat menghindari interaksi dengan Naya. Awalannya Maya merasa sedikit aneh dengan hal itu, namun seiring berjalannya waktu gadis itu memaklumi. Mungkin saja Satya punya alasan tersendiri.

"Sebenernya gue cuman pengen ngejauh dari lo supaya Asta semakin gak salah paham sama kita," kelas Satya yang sesungguhnya.

Naya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Btw, gue mau minta maaf."

"Buat?" tanya Naya.

"Gue gak berhasil bujuk Asta buat percaya sama omongan kita. Kayaknya dia udah terlanjur sakit hati. Sorry Nay, gue tau lo pasti sakit denger ini," ungkap Satya.

"Yah gak papa, kok. Gue udah siap nerima apapun yang terjadi." Naya tersenyum kecil.

"Terus rencana lo gimana lagi?"

"Gue gak tau. Gue masih mau berusaha buat ngelurusin semua hal ini, tapi gue rasa ini bakalan susah. Gue gak tau gue sanggup buat bertahan atau enggak." Naya berucap lirih, gadis itu menunduk menatap kakinya yang berjalan di lantai koridor.

Puk!

"Gue percaya lo pasti bisa. Gue tau betul perasaan sahabat gue itu ke lo. Dia masih sayang sama lo, Naya." Satya menepuk kepala Naya dengan lembut, membuat Naya menjadi sedikit tenang.

"Makasih, Satya. Kalo gak ada lo sama Hana, mungkin gue udah nyerah." Naya tersenyum simpul.

"Udah yok, pulang!" Satya tiba-tiba menarik tangan Naya.

"Eh! Tunggu!" tolak Naya menghentikan langkahnya yang sempat tertarik oleh Satya.

"Loh, kenapa? Ini udah sore. Lagipula tadi gue ngeliat Asta udah pulang duluan, jadi lo gak usah khawatir dengan interaksi kita yang kayak gini," tutur Satya sedikit bingung dengan Naya yang menolaknya.

"Bukan gitu. Gue mau ke toilet. Hehe ...." Naya terkekeh geli.

"Ck! Aelah kampret." Satya memutar bola matanya malas melihat tawa Naya yang menurutnya sangat menyebalkan.

"Tunggu, ya!" perintah Naya lalu memutar balik dan berlari menuju toilet.

Tanpa Naya sadari, Satya tengah menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan.

Kelang beberapa menit seletelahnya, Naya selesai dengan aktivitasnya di toilet. Gadis itu pun kembali menuju ke tempat di mana Satya menunggunya.

Satya tersenyum simpul melihat sosok Naya yang kimi sedikit berlari untuk menghampirinya. Lelaki itu segera berdiri dari kursi santai yang memang diletakkan di sekitaran koridor. Selanjutnya ia meraih lengan Naya agar hadis itu mengikutinya.

***

Pagi harinya Naya kembali bertemu dengan seorang Asta, tapi yang kali ini ia tak sengaja melihat lelaki saat berada di area taman sekolah.

N a y a [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang