19

49 7 0
                                    

~Happy Reading~

***

Hari berlalu cepat. Semenjak semua orang tau jika Naya telah menyelakai Reta, gadis itu pun dijauhi oleh semua orang kecuali Hana dan Arumi, teman sekelasnya.

Ia selalu mendapatkan bullying dan kata-kata kasar yang dilontar orang-orang padanya, mulai dari lemparan kertas, coretan di bangkunya, barang-barang aneh di tasnya, sampai umpatan-umpatan keji dari orang-orang.

Naya yang semula diagung-agungkan sebagai salah satu Primadona sekolah, kini malah diteror habis-habisan oleh semua murid.

Namun, Naya memilih untuk tak memperdulikan semunya. Beruntungnya ia masih memiliki mental yang kuat untuk bertahan. Seperti saat ini, gadis itu tengah diteriaki habis-habisan dengan lemparan-lemparan kertas yang dilayangkan kearahnya.

"Pergi aja lo bangs*t! Gak usah muncul lagi di sekolah ini!" Suara keras dari seorang siswi perempuan nampaknya tak membuat Naya mengalihkan atensinya dari arah depan. Gadis itu menulikan telinganya, tak ingin mendengar apapun.

"Woy! Sahabat macam apa sih lo?! Masa sahabat rela ngedorong sahabatnya sendiri cuman karena cemburu?! Dasar, sahabat ban*ke!"

"Pergi aja woy! Gak ada lagi yang mau liat lo di sekolah ini! Kami gak butuh murid yang udah ngekhianatin sahabatnya sendiri!"

Langkah Naya terhenti, bersamaan dengan dirinya yang kini sudah berada tepat di depan pintu kepala sekolah. Ia mengulurkan tangannya, menekan kenop pintu agar pintu terbuka.

Kriet ...

Pintu pun terbuka, menampakan dua orang paruh baya yang berbeda jenis.

"Sini, Nak! Kami mau bicara sama kamu." Sang pria paruh baya yang tak lain adalah wali kelas dari Naya pun bersuara.

Naya mengangguk, menduduki dirinya di sofa. Bersebelahan dengan sang wali kelas.

"Jadi Nak, kami ingin menanyakan masalah yang sedang panas di sekolah ini? Tentang kamu dan para murid-murid di sini. Kalian ada masalah apa sih sebenarnya?" tanya sang wali kelas dengan pelan, membuat Naya merasa tenang.

Naya menghela nafas pelan. "Saya juga gak tahu apa yang membuat mereka jadi membenci saya seperti ini. Saya hanya punya masalah terhadap sahabat saya yang lama, sedangkan para murid-murid itu setau hanya ikut-ikutan saja. Mereka sama sekali gak tau masalah yang sebenarnya terjadi," jelas Naya.

Sang kepala sekolah juga wali kelas tampak berpandangan sejenak. Setelah itu, mereka kembali mengalihkan atensinya ke Naya.

"Di setiap sekolah pasti akan melarang perilaku bullying seperti ini. Ini sudah sangat tidak pantas dan patut mendapat teguran!" Kepala sekolah berkata serius. "Kami akan bantu kamu mengurusi para murid-murid yang sudah berbuat tidak pantas seperti itu," sambung kepala sekolah lagi.

Naya terdiam. Ia berpikir keras. Tak lama kemudian, gadis itu menggeleng pelan dengan senyum manisnya.

"Gak perlu Pak, Bu. Lagipula saya bakal ikut orang tua pindah."

"Loh, kenapa jadi pindah?! Kamu salah satu siswi berprestasi di sini. Kamu dikenal hampir oleh semua orang yang ada di sekolah ini. Kenapa kamu malah memutuskan buat pindah?"

"Saya punya jawaban yang gak bisa saya ungkapkan. Intinya keputusan saya sudah bulat. Orang tua saya juga sudah menyetujuinya. Mereka bakal datang dalam beberapa hari lagi," ungkap Naya menolak.

Kepala sekolah dan Wali kelas Naya pun terdiam setelahnya dengan pemikiran mereka masing-masing. Begitu pula dengan Naya, selesai berbicara ia terlihat tak ingin menambahkan apapun lagi.

N a y a [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang