~Happy Reading~
***
Naya memasuki ruangan kelasnya. Hari ini ia kembali bersekolah usai izin selama tiga hari dengan alasan keluar kota. Langkah kakinya menghentak di lantai keramik menuju ke meja miliknya yang saat ini sedang diisi oleh Hana.
Hana menyadari kedatangan Naya. Ia pun berseru menyambut Naya. "Akhirnya lo masuk juga, Nay. Gue udah kangen," ungkapnya. Naya hanya tersenyum sebagai tanggapan. "By the way, lo ke mana aja selama tiga hari ini?"
Naya menjawab Hana, "Gue ke luar kota, paman deket gue meninggal. Maaf karena gak bisa ngabarin kalian lewat chat. Gue gak ada waktu buka handphone."
"Astaga, turut berduka cita ya, Nay." Hana menepuk-nepuk bahu Naya, menguatkan.
"Iya, makasih." Naya membalas dengan senyum tulus.
"Eh iya, ini bangku lo, kan. Sorry, gue tadi cuman numpang duduk. Lo bisa duduk sekarang." Hana segera sadar, ia pun menyuruh Naya untuk duduk, sedangkan ia kembali ke bangku miliknya sendiri.
Naya mengangguk, langsung mendudukkan dirinya. Benar kata Hana, walaupun dia hanya pergi selama tiga hari, namun rasa rindunya tetap ada untuk kelas ini. Sejujurnya bukan hanya untuk kelas ini, tapi juga untuk seseorang.
Tanpa sadar Naya pun menggerakkan matanya, melirik ke arah belakang atau lebih tepatnya ke arah seorang yang sangat ia rindukan daripada apapun. Itu Asta, yang kini tengah duduk santai sembari membaca buku. Dia sangat merindukan cowok yang sudah hampir satu minggu menjadi mantan pacarnya itu.
Naya pun tersenyum kecut. Dirinya kembali merasa sesak kala tak sengaja mengingat momen-momen bahagianya saat masih bersama Asta dulu. Jujur Naya sangat ingin hari-hari menyenangkan itu kembali, mewarnai hidupnya. Ia jadi berharap semoga semua yang telah terjadi satu minggu lalu hanyalah sebuah mimpi buruk semata.
.
Naya yang tengah fokus pada handphonenya seketika tersentak saat tak bahunya tak sengaja bersenggolan dengan seseorang. Ia pun mendongak, segera meminta maaf.
"Eh maaf, gue... Atan?" Ucapan Naya terhenti kala sesosok yang familiar berdiri di depannya dengan wajah datar. Itu Asta, orang yang sangat ia rindukan.
"Stop calling me by that name." Asta berkata dingin, membuat hati Naya tergores panjang.
Naya tersenyum kecut. "O-oke, sorry." Ia menunduk sedih.
Tanpa mengucap apapun lagi, Asta pergi melanjutkan langkah kakinya, tak memperdulikan Naya yang terus memandangi punggungnya dengan sendu.
Ingin sekali Naya berlari menyusul cowok itu, memeluknya erat. Tapi Naya sadar jika dia bukan siapa-siapa lagi bagi Asta. Mereka sudah terlalu jauh, bak bumi dan langit.
***
Jam menunjukkan pukul empat sore. Satya kini tengah berdiri di depan sebuah pintu kayu dari rumah yang besar nan mewah. Ia menekan bel yang menghiasi pinggiran pintu rumah tersebut, mengeluarkan sesosok wanita paruh baya dengan pakaian pelayannya.
"Eh ada Den Satya. Kenapa, Den?" Wanita itu bertanya, tersenyum manis. Ia sepertinya kenal dengan Satya.
"Asta-nya ada, Bi?" Satya balik bertanya, juga tak lupa membalas senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
N a y a [END]
Teen Fiction[Teenfic, Drama, Friendship, Romance, Comedy] ~Third Story~ Cover by Pinterest Don't Plagiat! ..... Ini tentang Naya yang dihadapkan dengan dua pilihan berat. Memilih sahabat atau cintanya. "Gak ada lagi yang bisa lo lakuin selain lo harus memilih...