BAB 29
BENAR-BENAR CARI MATITidak ada kata happy ending dalam hubungan hasil perselingkuhan, semua hanya tinggal menunggu waktu kapan semua itu akan hancur
***Ivana gadis itu tengah berkutat dengan buku tugasnya. Mengerjakan tugas sekolahnya dengan telaten, setelah tugasnya beres dirinya merebahkan sebentar tubuhnya dikasur.
Ivana memejamkan mata, terlintas sepintas kejadian di cafe sore ini, tubuhnya terasa lelah. Bagaimana pun belanja selalu menguras tenaga berlebih.
Dirinya berdecak tak habis pikir, saat memikirkan sosok Fita, tampaknya gadis bernama Fita itu sudah tidak waras. Dia seolah bangga dengan apa yang dilakukan meski itu salah.
Namun meski begitu, bukan ranah Ivana untuk menghakimi dan menilai sebelah mata, mungkin ada alasan besar hingga menjadikan Fita seperti itu, pikirnya.
Jam menunjukkan pukul setengah enam sore, namun langit masih tampak cerah karena hari ini cuaca terik. Ivana berinisiatif untuk room tour disekitar rumah, melihat kalau-kalau nanti, ia menemukan hal yang menarik.
Baju yang ia pakai ia balut lagi dengan cardigan berwana abu-abu kali ini, agar lebih hangat.
Kakinya mulai melangkah menuruni anak tangga, sampai dibawah ia berjalan kesamping, tangannya membuka pintu kaca yang langsung memperlihatkan taman belakang yang cukup luas, semilir angin tampak membuat sore itu terasa menyejukkan.
"Keren juga, banyak bunga yang ditanam tertara rapih, mana ada kolam ikan juga lagi."gumam Ivana menilai.
Kakinya kembali melangkah, rumput yang tidak terlalu panjang membuat Ivana tidak terusik meski hanya memakai sendal.
Hingga saat keheningan menyelimutinya, suara tangis tampak terdengar dari balik semak, tampak tak asing namun ia tidak bisa menerka itu siapa. Ivana berjalan kearah semak dan membelai semak tersebut hingga menampilkan sosok yang tangisnya ia dengar, ternyata tangis itu milik Alvaro kecil.
Alvaro tampak terkesiap melihat kearah Ivana, ada pancaran rasa takut yang bisa Ivana lihat dari sorot mata anak kecil itu, "Kenapa nangis, sini?"tanya Ivana.
Alvaro tampak patuh dan dengan cepat menghampiri Ivana dengan kepala tertunduk, Ivana mengusap lembut rambut lebat milik adik tiri itu.
Terlihat Alvaro mengerijap pelan, saat mendapatkan perlakuan lembut dari Ivana, "Kenapa nangis hm? Coba cerita." Alvaro tampak mengulam bibir tampak berfikir.
"Al ditinggal sendirian, Al mau main keluar tapi Mamah ngga kasih izin."adunya dengan pandangan kembali berkaca-kaca.
Ivana merangkul tubuh Alvaro, menggendong tubuh kecil adik tiri itu. "Emang disini ngga ada temen sama sekali, dikomplek ini?" Alvaro tampak menggeleng.
Gemas dengan wajah Alvaro yang cemberut, Ivana mencubit pipi chubby lembut, "Lucu banget sih, ganteng lagi, masa ngga ada yang mau main sama Al."
Bocah itu menggeleng. "Al juga ngga tahu, tapi gpp deh sekarang kan ada Kak Ivana nemenin Alvaro."tuturnya, matanya menyipit senyum lebar kini mengembang membuat Ivana sedikit terhenyuh.
Ivana tampak berfikir sebentar, "Nanti mau ga ikut kerumah Oma? Kita ke Bandung. Tapi Al ngga boleh kasih tahu siapa-siapa," tampak wajah Alvaro semeringah mendengar hal tersebut.
"Al janji ngga akan nakal, Al juga janji ngga kasih tahu siapa-siapa."ucapnya menyodorkan jari kelingking pada Ivana.
Ivana tersenyum, mengaitkan jari kelingking nya dengan jari Alvaro yang kecil, "Ka Vana pegang janjinya ya,"seru Ivana ikut tertawa kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Hole Of Hope
Fantasy| TAMAT- CHAPTER MASIH LENGKAP| Impian Remaja, adalah salah satu judul novel yang memuat tentang perjuangan seorang gadis bernama Savana sampai titik puncak kesuksesan-nya. Namun bagaimana jika ceritanya mulai menjadi melenceng dari alur yang seharu...