47

1.2K 177 14
                                    

BAB 47

SEMATA KARENA EGO

-To be the most selfish person just because of the sheer height of ego-
"***"

Reno pemuda itu mendekap Ivana dengan erat, "Maaf karena udah buat hidup Lo hancur, gu-e ikut ambil adil atas skandal yang nimpa Lo disekolah,"Ivana mematung, ia menggigit bibir kuat, ia benar-benar dibuat tak habis pikir.

Ivana melerai dekapan Reno dengan sekuat tenaga, "Kenapa?" Dagu Ivana terangkat, ekspresi Ivana sudah mulai menggelap tampak marah.

"Gue cuman mau ngasih pelajaran, biar Lo ngga deket-deket sama gue lagi." jawabnya jujur, Reno memalingkan wajah tampak merasa bersalah.

Ivana mangut-mangut, bibirnya tercetak senyum tipis setelahnya. "Sekarang udah puas?" tanya Ivana dengan suara sedikit serak, tenggorokan seakan tercekat kala harus menahan gejolak amarah dalam hatinya.

Reno menggelengkan kepalanya, "Maaf gu-" ucapan Reno terpotong saat Ivana tertawa hambar, "Masih belum puas ternyata, terus Saya harus apa, biar Kak Reno puas? Saya harus pergi?" Reno menggeleng kuat.

"Jangan, jangan pergi. Gue minta maaf,"gumamnya menatap penuh permohonan pada Ivana, sementara gadis itu berdesis, menutar bola matanya jengah.

"Itu bukan sepenuh salah gue, gue cuman bantu nyebarin. Sedangkan dalangnya itu Andreas," jelasnya memberi pembelaan.

Alis Ivana terangkat satu, kepalanya dimiringkan sedikit. "Andreas siapa? Apa hubungannya sama saya" Reno menatap tak percaya pada Ivana.

"Andreas, cowo yang ngejar-ngejar Lo dari jaman SMP, Lo lupa? Dia yang selalu Lo tolak dengan kasar dan nggak manusiawi," Reno berdecak kesal melihat Ivana mengerijap tampak berfikir.

"Andreas, sahabat kecil gue." lanjutnya.

Ivana menatap Reno, "Terus?"nada bicara Ivana tampak ketus namun tak urung ada rasa penasaran tersendiri dalam hatinya.

"Lo bikin pertemanan gue ancur sama dia karena rasa cinta Lo itu, Lo yang bikin gue semakin sendirian sebelum Gugus, Arya dan Abang Lo hadir."

"Itu juga alasan kenapa selama ini Kak Reno terus nolak saya?" Reno tampak mengangguk mantap.

Reno mengikis jarak antara mereka, "Ngga ada laki-laki yang ngga mau sama cewek secantik Lo, seandainya kelakukan ngga biadap." Reno menyalipnya anak rambut Ivana dengan lembut.

Ivana menepis tangan pemuda itu, "Hoho, karena saya biadap atau karena hati Kakak udah di isi sama perempuan lain?" tanya Ivana sambil menyedingkan dagu kearah pintu kamar Kalla.

Reno mematung. "Lebih bego mana? Saya atau Kak Reno- Kak Reno yang nge-biarin cintanya ngejar yang lain, atau saya yang terus berjuang selagi hati ini masih mampu?"

Reno tak mengelak hal itu, "Gue emang pecundang,"jawabnya dengan lirih, Ivana menyedingkan bahunya.

"Pada dasarnya kita sama-sama bodoh, karena terus nge-biarin hati kita terluka padahal sudah tahu obatnya hanya perlu berhenti,"

Reno menggeleng tegas, mata Ivana menyorot tegas netra pemuda itu.

"Cuman satu obat dari rasa sakit ini, berhenti! Berhenti merjuangin hal yang sia-sia, berhenti buat acuh sama perasaan kita sendiri." Ivana menekan dada bidang Reno.

Reno menarik tangan Ivana, "Jangan berhenti cinta sama gue, gue ngga mau kehilangan lagi."lirihnya.

Ivana menarik lengan, membuat sedikit jarak diantara mereka. "Kita ngga pernah saling memiliki, dan kalo saya berhenti'pun itu bukan akhir dari segalanya, kita bisa berteman."

Reno tampak menatap enggan,"Berjuang sedikit lagi Va, buat hati gue luluh. Gue bakal berusaha buka hati buat Lo,"ucapnya.

Ivana terkekeh miris, "Jangan nambah pr dihidup saya, kalo emang Kak Reno ngga bisa bales perasaan ini jangan dipaksain, saya juga udah nyerah kok."

Reno menatap Ivana jengah, tangannya terkepal kuat. "Kemana Ivana yang dulu, Ivana yang janji ngga akan pernah ninggal gue? Ivana yang selalu ada bahkan sebrengsek apapun gue perlakuin dia."

Ivana menghembuskan nafas kasar, "Saya terlampau bodoh dulu pernah mencintai Kak Reno dengan sepenuhnya hati-Padahal Kak Reno sendiri tidak pernah membalas barang setengah hati pun perasaan saya," Ivana berbicara tidak semata-mata untuk dirinya, tapi ia juga mewakili rasa sakit jiwa Ivana yang asli.

"Berhenti, cukup sampai disini!" tegasnya.

Reno terlihat berfikir sambil menatap manik Ivana yang tampak terhunus tajam padanya, ucap Reno kali ini terasa seperti bom waktu yang tiba-tiba meledak, "Gue mau jadi pacar Lo," ucapnya dengan senyum manis terpati dibibir pemuda itu.

Takbir!

Ivana mengerijap, perasaannya kini tengah campur aduk, terasa benar-benar lucu hingga dirinya hampir tergelak akan tertawa keras. Ahh ... Kini dirinya cukup mengasihani jiwa Ivana yang asli.

"Saya merasa lucu dengan perkataan tuan Reno ini, tapi mohon didengarkan ucapan saya dengan sebaik-baiknya, saya sudah tidak ter-ta-rik untuk mengejar anda!"

"Jelas kan?! Jadi mohon anda untuk segera selesaikan masalah skandal itu besok, karena kalo tidak, mungkin saya akan memberikan pelajaran yang tidak manusiawi kepada anda- hhhaa, jangan lupakan bahwa saya adalah orang yang biadab!"

Ivana tersenyum sinis, menatap Reno dengan pandangan yang sulit diartikan, marah, muak entahlah perasaan ini terasa campur aduk.

"Kasih gue kesempatan bua-"Ivana mengangkat tangannya membuat ucapan Reno terhenti, "Kita omongin ini setelah Kak Reno selesaiin skandal sialan itu, permisi."ujar Ivana dengan nada tak terbantahkan, lalu dirinya berlenggang pergi meninggalkan Reno yang terdiam mematung dengan tangan terkepal.

Dirinya menahan Ivana bukan karena sudah mulai menyukai gadis itu, salah besar, dirinya hanya merasa tersentil, egonya yang melambung tinggi terasa jatuh begitu saja saat Ivana memutuskan untuk berhenti.

Berhenti mencintainya dan berhenti memperjuangkan-nya.

"***"
Sebelum lanjut jangan lupa di Vote yaa guyss

Thank you ❤️
See you next chapter!

-rbilqisasiah

The Hole Of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang