37

1.1K 185 13
                                    

BAB 37
BERHARAP RASA SEDIH HILANG

—Tuhan ngga pernah ninggalin hambanya, bahkan saat hambanya menjauh dan mengingkari
nikmatnya—
"***"

Tiga orang kakak beradik itu tengah asik bermain bola, salah satu nya tampak sudah kelelahan namun senyum dibibir tak hilang sama sekali.

Mereka adalah Alvaro, Bagas dan Ivana. Suara Danu mengintrupsi dari membuat mereka seketika berhenti.

"Anak papah udah pada makan belum? Nih papah bawain nasi padang spesial," Danu tampak memamerkan plastik hitam.

Ivana yang mendengar itu langsung berbinar, menghampiri sang Papah dan mengecup singkat pipi Danu.

Ivana merampas plastik tersebut dan membawanya kedalam,  "Daddy Sugar! Terimakasih, jadi sayang dehh."ocehnya sebelum pergi.

Danu mematung ditempat, memegang pipi'nya yang baru saja dikecup oleh sang putri, senyum terukir namun ia sedikit terganggu dengan panggilan Ivana yang memanggil dirinya, 'Daddy Sugar' anak itu benar-benar.

Danu berjalan bergandengan dengan Alvaro, dan Bagas disampingnya, "Bilang apa kamu tadi? Daddy Sugar? Enak aja!"seru Danu dengan wajah tak terima.

Ivana hanya tersenyum lebar, cekikikan. Gadis itu sibuk menata piring untuk mereka makan, "Pah, aku mau pergi ke Bogor sama Alvaro boleh ngga?"tanya Ivana tanpa mengalihkan pandangannya dari piring-piring dimeja.

Danu mengerut dahi nya, "Mau ngapain sayang? Mau kerumahnya Oma?" tebak Danu, Ivana mengangguk membenarkan.

"Mau main, tadinya si rencana mau ke Bandung, tapi kalo dipikir-pikir mening kerumah Oma, udah lama ngga jenguk." Danu tampak menimang nimang, ia menengok kearah Alvaro.

"Al mau ikut Kak Vana, ke Bogor?"tanya Danu, bocah laki-laki itu tampak mengangguk antusias.

"Mau Pah! Kemana aja asal sama Kak Vana, Al mau. "serunya dengan girang. Danu tampak terkekeh mengacak rambut milik Alvaro dengan gemas, "Kalo gitu Papah Izinin, mau kapan?" tanya Danu.

Ivana tersenyum karena mendapatkan izin, "Abis ulangan semester satu, 2 minggu lagi, habis itu kan bakal dikasih cuti sekolah beberapa hari." Ivana duduk mulai menyantap nasi padang didepannya yang tampak menggiurkan.

"Bagas juga bakal ikut Pah, lagian papah juga mulai minggu besok bakal sibuk keluar kota kan, bulan ini?" Bagas ikut menimbrung, Danu hanya menghela nafas dan mengangguk sekali lagi.

"Iya, nanti papah kalo kerjaan beres lebih cepet, papah temenin kalian ke Bogor-nya, kita family time!" Mendengar itu Ivana tak bisa menahan senyum bahagianya, keluar Ivana kini berubah lebih hangat dan harmonis, meski hal seperti ini sedikit melenceng dari alur cerita 'The Hole of Hope', itu sendiri.

"***"
Disisi lain seorang gadis tengah berada didepan rumah yang cukup besar, tampak gadis itu menenteng kotak bekal yang berisi makanan.

Tok ... tok ... tok

Ini sudah kesekian kalinya namun pintu belum juga dibuka, gadis itu Kalla masih dengan sabar berdiri didepan rumah sahabatnya, Reno.

Lelah karena tak kunjung dibuka, ia memutuskan untuk duduk dikursi diteras, mengayunkan kakinya dengan jenuh.

"Reno kemana sih, apa ngga ada dirumah ya ..." Wajahnya yang awalnya cerah untuk datang mengantarkan masakannya kini mulai lesu, makanan yang awalnya hangat juga kini sepenuhnya sudah mendingin.

Brum ... Brum ...

Suara motor besar memasuki pekarangan rumah membuat lamunan Kalla buyar, terlihat didekat garasi pemuda itu baru saja melepas helm nya dan berjalan kearahnya.

Kalla maju untuk menghampiri Reno namun pemuda itu melayang tatap tajam padanya, membuat Kalla terkesiap, "Reno kamu kenapa? Marah ya sama aku?" tanya Kalla dengan mata berkaca-kaca.

Reno mendengus, menatap perempuan dihadapannya dengan tatapan jijik, "Ngapain Lo disini? Pergi sana gue ngga suka liat muka Lo, muak tahu ga."sentak Reno saat Kalla berniat mendekat kembali.

"Ren ... Kamu kenapa? Bilang salah aku dimana jangan kaya gini, aku ngga suka." Lirih Kalla dengan air mata yang sudah turun, ia tak pernah terbayang bahwa sosok Reno yang selalu jadi malaikat pelindung untuknya, kini mampu berkata seperti itu. 

Reno terkekeh sinis, "Lo ngga ngerti bahasa Indonesia atau emang ga ngerti bahasa manusia?! Tolol," Reno mendorong Kalla untuk menjauh dari dirinya, gadis itu tampak sedikit terhuyung dengan tatapan seperti orang linglung.

Reno membuka kunci pintu rumahnya, "Pergi sana, gue muak liat Lo!" sarkasnya sebelum akhirnya menutup pintu tepat dihadapan Kalla  dengan keras.

Hari ini, dunia Kalla tampak semakin hacur, siapa yang harus ia salahkan kali ini. Untuk setiap rasa sakit yang ia rasakan, untuk setiap rasa kehilangan yang selalu sukses merenggut dunia indahnya.

Awalnya sang Ibu ...

Lalu Tuhan mengubah sang Ayah menjadi monster untuk dirinya

Mengubah harinya menjadi mengerikan, bak disebuah neraka

Dan sekarang—

Kenapa harus Reno, kenapa harus pemuda itu yang kali ini ikut meninggalkan dirinya

Se-buruk itukah takdirnya, kenapa tidak mati saja. Kenapa harus menyiksa dirinya pelan-pelan sampai sehancur ini Tuhan...

Selucu itukah hidupnya?

Selalu menyedihkan, itu benar...
Kesedihan nya tak pernah mau  berhenti.

Kali ini Kalla menyerah, kali ini gadis itu merasa terlalu hancur, dunia terlalu jahat. Ia tak pernah meminta hal yang aneh-aneh hanya kebahagiaan, hanya itu tapi sepertinya tidak bisa.


"***"
Jangan lupa klik bintang untuk memberi vote!

See you next chapter guyss

rbilqisasiah





The Hole Of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang