1

9.6K 595 40
                                    

BAB 1
KEHIDUPAN SAVANA

Ucapkan selamat pagi pada dirimu sendiri. Kamu terlalu sering menegur dunia, tapi kamu lupa caranya menjadi kamu tanpa penilaian mereka.
"***"

Hari ini langit begitu suram, dengan sang awan yang terlihat redup, mungkin karena terlalu banyak manusia yang lupa bersyukur dengan hal sederhana, yaitu nikmat Tuhan.

Setelah turun dari angkutan umum, Savana melangkahkan kakinya ke gerbang utama SMA Permata. Savana tidak pernah lupa untuk mengawali harinya dengan berdoa dalam hati, saat melewati gerbang sekolah.

Cukup aneh.

Jika biasanya orang lain berdoa saat akan belajar di kelas, Savana sudah terbiasa sejak kecil untuk berdoa juga saat melewati gerbang sekolah.

Itu karena ajaran sang ibu, kata beliau agar kita diberi kemudahan dan semangat untuk menuntut ilmu.

Langkahnya mulai menyusuri koridor yang terlihat sudah mulai ramai dengan siswa siswi yang berlalu lalang.

Di sepanjang koridor sekolah tidak jarang ada saja yang menyapanya.

Meskipun Savana bukan tipikal orang yang begitu ramah pada orang lain, namun ia berusaha untuk tetap membalas sapaan tersebut meski hanya dengan senyuman.

"***"

-Kelas-

Ketika memasuki kelas XI MIPA 3, terlihat beberapa orang ada yang tengah sibuk menyalin tugas dengan wajah sedikit panik, dan ada juga yang sedang menjalankan piket.

Ya ... meski seharusnya piket itu dilakukan sepulang sekolah, tapi tidak jarang ada yang melakukannya di pagi hari, dengan alasan jika sepulang sekolah mereka ingin langsung pulang karena lelah.

"Savana!" panggil seorang gadis dengan suara cukup keras.
Dia adalah Alina Akinsa, salah satu sahabat Savana di sekolah ini.

"Nggak usah teriak gitu Alin!" jawab Savana ketus, pasalnya jarak mereka hanya terhalang dua meja saja. Apa sahabatnya ini mengira bahwa Savana tuli hingga berteriak sekencang itu.

"Hhhhaaa ... biasa abis dapet pembagian sembako jadi bawaannya bahagia terus," tutur Alina sambil melangkahkan kakinya lalu duduk dihadapan Savana.

"Wahh sialan Lo! Jiwa emak emak gue berkoar jadinya, kenapa ngga ngasih tahu ada pembagian sembako dah," ucap Savana memelototi Alina lalu berdecak kesal.

"Canda yaelahh ... abisnya Lo kan kalo sampe dikelas suka langsung baca buku, adem adem ngga mau di ganggu tarnya," ucap Alina, Savana mangut-mangut sambil mengerucutkan bibirnya, karena sedikit kesal.

Memang kebiasaan Savana saat sampai di kelas selalu baca buku atau mempelajari artikel di internet sebelum bel masuk.

"Asalamualaikum yaa Ahli kuburr, Zivaa come back," teriak seorang gadis diambang pintu, teman satu kelas yang tadinya tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing langsung mengalihkan pandangan kearah gadis tersebut dan melempar tatapan tajam.

"Walaikumsalam!" ucap mereka serentak.

"Besok si Ziva kita keluarin dari kelas" ucap salah satu siswi yang tengah asik menyalin tugas.

"Lu kata kita udah pada mati! Nyebut ahli kubur,"

"Si bocah minta di rukiyah apa santet nihh,"

Beberapa orang mulai bergumam tidak jelas kepada Ziva.

Sedangkan si-empu'nya sendiri hanya terkekeh, mendengar penuturan teman sekelasnya yang menggerutu tidak senang.

The Hole Of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang