4

4K 395 6
                                    

BAB 4
SOPAN SANTUN

Ngga seharusnya Lo terlalu benci sama orang yang belum tentu tepat buat Lo benci.

-Ervin Meganasdam-

***

Alina dan Ziva yang masih saja memikirkan persoalan dikantin tadi siang, mereka berdua enggan untuk pulang, mereka takut geng Diandra sudah menunggu mereka di gerbang sekolah saat ini.

Sementara Savana sendiri tidak terlalu memikirkan hal itu, toh ia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Okee Afa mau pulang deluan, lama kalo harus nunggu kalian. Angkutan umum bisa keburu pergi semua," ucap Savana sambil berlalu pergi.

Hal itu sontak membuat Alina dan Ziva menghalangi jalan Savana. "Jangan dulu deh, sebentar lagi. Kalo mereka cape pasti pada pulang deluan kan ya?" ucap Alina sambil menengok kearah Ziva.

"Iya, kalo Ka Qiandra nunggu di gerbangkan pasti lama lama pegel, encok terus nanti bakal pulang juga. Jadi tunggu sebentar lagi ya," pinta Ziva mengeluarkan puppy eyes nya.

"Yang ada kalo sekolah sepi terus kita dibully gimana? Abis kita!" ucap Savana memutar bola matanya jengah.

Ziva dan Alina saling pandang, "Bener juga ya ..." ucap mereka serentak, namun meski sudah diberi tahu hak itu. Kedua temanya masih tampak berfikir dan menimang-nimang.

Sungguh, Savana sebenarnya  punya dosa apa hingga mendapatkan teman seperti mereka.

Kini Savana mencoba mencari cara agar kedua temannya mau cepat pulang tanpa harus diseret paksa.

Tunggu, Savana seperti mengingat sesuatu yang penting, "Ahh iya, kita harus kerumah sepupu Lo kan Alin?" ucap Savana menepuk jidatnya sendiri karena lupa.

Pandangan Savana beralih ke Ziva "Dan Ziva jangan-jangan mamih udah nunggu di gerbang loh. Kan hari Lo ada janji mau jalan ke mall bareng mamih," lanjut Savana.

Kedua mata teman'nya melebar lalu mereka kompak menepuk jidat bersamaan.

"Yaampum lupa gue, yaudah Ayo ..."ucap Alina menarik lengan Savana.

"Aduhh kalo mamih udah nunggu bisa dikata anak durhaka ini yaampunn ..."ucap Ziva yang  kini malah mondar mandir tidak jelas.

"Ziva deluan, doain Ziva masuk surga ya guys,"ucap Ziva sambil  berlari pergi dengan wajah yang panik.

"Si kampret dikata mau ngadep tuhan, doain masuk surga!" gerutu Alina sambil bergegas menyusuri lorong.

Alina yang melihat Ziva berlari mencoba menyusul Ziva, namun ia malah tidak sengaja menabrak bahu seseorang.

Saat melihat orang yang ia tabrak, Alina refleks berbalik dan bersembunyi dibalik tubuh Savana.

Mata elang itu kini menatap Alina dengan sengit, "Lo pikir gue setan?! Ngapain sembunyi gitu bukanya minta maaf," ucap Ervin kesal.

Iyah dia adalah Ervin, kini matanya beralih menatap Savana.

Tatapan Ervin sangat mengintimidasi namun Savana masih terlihat tenang. Lagi pula pada dasarnya Savana tidak merasa memiliki masalah apapun dengan laki-laki dihadapannya ini jadi ia bersikap biasa saja, berbeda dengan Alina yang kini tampak tengah ketakutan.

The Hole Of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang